Chapter 24

15.5K 2.4K 981
                                    

Gilak, aku gak nyangka vote dan komen di chapter 23 bakal jebol 😭😭😭

Makasih sudah diramaikan ya. Aku suka keributan dan baku hantam. Berasa penonton The World of Mariage Couple pindah ke sini, wkwkwkwk

Chapter ini panjang. Happy reading! ♥

————————


Rasyid terjaga penuh. Saat Adel beranjak tidur, dia justru menyalakan komputer. Bermain game-hal yang sudah lama dia tinggalkan. Mengumpat pelan saat beberapa kali dia kalah dari musuh. Bukannya tidak berbakat. Tapi fokusnya sudah pecah sejak awal.

Mematikan layar komputer-jengkel karena selalu kalah, Rasyid beranjak. Bukan merebah di tempat biasa dia tidur, tapi duduk di bingkai jendela. Menatap wajah Adel yang lelap.

Beberapa hari ini dia menemui Adel yang berbeda. Dalam sekali waktu, perempuan ini bisa mengekspresikan banyak perasaan. Tapi dia merasa banyak hal juga dipendam dengan baik.

Memangnya aku cukup ya buat menggantikan Salma dan Kiara di hidup kamu?

Pertanyaan beberapa jam lalu terngiang kembali. Rasyid tidak memberi jawaban. Karena dia tidak siap dengan pertanyaan itu.

"Aku nggak bisa menjanjikan apa-apa buat kamu, Del."

Senyap.

Menatap semakin dalam. "Maaf karena menempatkan kamu di posisi ini."

Mengusap wajah. Rasyid kemudian menatap cincin pernikahan. Cukup lama sebelum akhirnya kembali ke Adel.

"Aku belum bisa meninggalkan Salma dan Kiara. Kamu memang nggak bisa menggantikan mereka."

Menghela napas tertahan.

"Tapi, Del, lantas bukan berarti kamu nggak berarti buat aku."

Meninggalkan bingkai jendela, Rasyid beringsut ke tepi kasur. Merunduk. Mengecup pipi Adel. Berbisik soal mimpi indah.

***

Hari-hari berikutnya, sejak pertanyaan Adel tidak menemui jawaban, anehnya hubungan mereka tetap berjalan seperti biasa. Adel masihlah seorang Adel. Rasyid berharap terlalu banyak jika Adel mau mengutarakan keresahan hatinya. Perempuan itu kembali ke cangkang. Menyimpan baik resah di baliknya.

Mungkin jawaban Rasyid tidak penting untuk Adel. Atau barangkali, perempuan itu diam-diam sudah menyerah dengan hubungan mereka.

Maka, beberapa kali Rasyid akan mengetes Adel. Dia lebih sering mencuri cium di bibir Adel. Memang tidak dibalas. Tapi dia suka melihat mata indah Adel dari jarak yang lebih dekat.

Namun, hanya sebatas itu. Rasyid tidak pernah kelepasan. Dia menghargai Adel dan tidak akan memaksa. Meski soal urusan ingin punya anak dengan Adel, bukan candaan semata.

"Selamat pagi." Rasyid sedang menyeduh kopi hitam, mendengar pintu kamar yang terbuka dan melihat Adel menguap sambil meregangkan tubuh.

"Pagi."

"Yuk, sarapan." Rasyid membawa dua cangkir kopi ke meja makan.

Adel duduk begitu saja. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Rasyid tersenyum melihatnya. Akhir-akhir ini Adel sering tidur mengenakan daster. Dan sesuatu di lengan kanan Adel menarik perhatian Rasyid.

Astaga, sepagi ini sudah diberi cobaan.

Rasyid berdeham. "Ada yang melorot di lengan kanan kamu."

Dengan cuek, Adel membenarkan tali bra yang melorot.

Wedding in Chaos [15+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang