Tengkyuuu buat jawaban kalian kemarin. Bikin ngakak 😭♥
———————
"Bubur jagung lo keburu dingin." Sejak duduk dan mengambil semangkuk bubur jagung, Adel melangkah ke bangku yang tersisa dan melamun. Kebetulan bangku ada di samping jendela. Mudah saja hanyut pada rintik hujan yang mampu mengalihkan.
Gina bergabung tak lama setelahnya. Membawa nampan sendiri. Mumpung manajernya belum datang dan jam kerjanya belum dimulai, dia bisa ikut icip-icip sarapan sambil menemani Adel yang datang sendirian tanpa Rasyid.
"Suami lo ke mana?"
"Masih tidur."
"Berantem ya kalian?"
"Nggak."
"Terus kenapa sarapan sendirian?"
"Pengin sendiri aja."
"Gue bener. Kalian berantem."
Lalu ponsel Adel di atas meja berdering. Tanpa bermaksud membuat Rasyid kesal, dia mengangkatnya. Memang baru panggilan pertama, bukan kedua atau ketiga.
"Kamu ke mana?"
"'Cari sarapan."
"Sepagi ini?"
"Iya. Laper soalnya."
"Kok nggak bangunin aku?"
"Nggak tega."
"Oke, kamu di mana? Aku susul sekarang."
"Nggak usah. Hujan. Sarapannya juga udah mau kelar."
"Di mana?"
"Rendenvous."
"Aku ke sana. Kamu tungguin."
Telepon ditutup. Adel melempar ponsel ke meja. Membuat Gina berjengit dan bergerak cepat. Ponsel Adel membentur ponsel miliknya. Gina lengah sedikit saja, ponselnya sudah terjun bebas dari meja.
"Lo kenapa?!" Gina yakin ada yang tidak beres.
"PMS."
"Lo juga bohong tadi. Sarapan masih utuh, tapi bilang udah mau kelar."
"Diem deh."
"Oke." Gina mengangkat kedua tangan. Mulai menyendok buburnya sendiri. Dia sendirian dan tidak ada Malik di sini. Lebih aman kalau dia menggigit lidah daripada kepo bertanya di saat Adel mode senggol-bacok.
Adel gagal menandaskan bubur jagung saat Rasyid muncul di pintu. Nyaris tidak dikenali karena lelaki itu memakai hoodie yang tudungnya menutupi separuh wajah.
Tidak sulit menemukan Adel yang duduk bersama Gina di meja paling ujung. Tanpa berniat menghampiri buffet yang menggoda, dia lebih dulu menuju ke meja Adel. Menepuk bahu Gina. Minta geser.
Gina yang pengertian langsung berdiri. "Kalian duduk deh. Udah waktunya gue kerja. Ambil sarapan gih. Gue yang bayarin."
"Oke, makasih." Rasyid mengiakan biar cepat. Segera setelah Gina pergi, dia duduk di depan Adel. Meraih sendok di tangan istrinya dan mencicip bubur jagung yang tersisa tanpa sungkan. Mencecap sejenak.
"Ambil sendiri aja."
Menggunakan senyum andalan. Wajahnya yang masih setengah mengantuk sulit ditolak. "Ambilin dong, Del."
Demi apa, Adel luluh dong. Dia berdiri. Padahal logika sudah menariknya duduk lagi. Tapi dorongan dari hati lebih kuat. Selain mengambil semangkuk bubur jagung, dia juga berinisiasi mengambilkan yogurt. Bagus, mana tadi Adel yang sengaja kabur sarapan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding in Chaos [15+] ✓
Romance[Angst-comedy] CERITA LENGKAP ✅ Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutualisme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik. Banyak hal membuat langkah mereka terhenti d...