Prologue

52.1K 2.5K 57
                                    

"Kamu nggak ada bilang lho, Ras, kalau apartemen kamu kayak kandang kecoak gini."

Rasyid mendahului istrinya yang berdiri di depan pintu. Menyeret koper besar miliknya sendiri. Mengabaikan kalimat dramatis Adelia. Kalian jangan percaya. Apartemennya tidak separah itu.

Seraya menyingkirkan kain putih yang menutupi sofa. "Aku lupa telepon jasa kebersihan."

"Ya udah, telepon sekarang."

"Kita berdua cukup kok bersihin apartemen ini."

"Aku? Bersihin apartemen seluas ini?" Adelia harus menolak mentah-mentah ide itu. Dia saja tidak berani melangkah lagi, dan tetap bertahan di depan pintu yang terbuka. Hanya antisipasi kalau-kalau ada kecoak terbang atau tikus putih berlarian. Membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.

Rasyid menatap istrinya. Mengoreksi. "Kita."

"Aku lebih milih nginep hotel aja malam ini." Adel siap berbalik.

"Daripada nginep di hotel, mending tidur di rumah kamu. Gimana? Karena kayaknya nggak mungkin balik lagi ke rumah orangtuaku. Kamu nggak akan mau menemani Bunda masak di dapur setiap hari."

Tidak. Itu ide yang lebih buruk. Dia susah payah bisa lepas dari rumah Mama, eh malah dibalikin ke sana lagi. Lalu, pilihan kedua, kembali ke rumah orangtua Rasyid juga seperti mimpi buruk. Seminggu sudah cukup. Adel kapok.

Dengan muka ditekuk, Adelia melepas syal yang melingkari lehernya. Membuka mantel. Menyisakan kaus hitam oblong yang kontras dengan kulit putih porselen-nya. Rasyid menahan senyum melihatnya. Dia tahu Adelia tidak semanja itu. Hanya perlu dipancing sedikit.

Setelah meletakkan syal dan mantel di atas koper besar, Adelia mencari letak sapu. Sementara Rasyid sudah menyalakan semua lampu dan memegang kemoceng.

"Hidup sama kamu susah ya. Apa-apa dibikin ribet. Kita bisa panggil jasa kebersihan. Ditinggal ngopi di bawah, beres. Nggak perlu capek-capek berdebu gini."

"Aku mau lihat kemampuan kamu bersihin rumah kayak gimana."

Adel berkacak pinggang. "Hei, kamu pikir dua puluh tujuh tahun hidupku, dipakai buat apa? Belajar ngupil pake jempol? Sampai beberes rumah nggak bisa?"

"Oh, jadi kamu jago ngupil pake jempol?" Rasyid membuka gorden jendela di dekat meja makan. "Nanti ajarin."

Salah satu percakapan absurd mereka. Rasyid sebenarnya cukup geli. Tapi satu bulan ternyata cukup untuk menerima keabsurdan istrinya. Dirinya bisa menoleransi.

Tidak. Dia tidak akan menyebutkan semua sifat jelek Adel. Biar nanti terungkap sendiri. Dan kalian bisa menilai. Hingga kalian bisa menentukan akan membela siapa kalau mereka bertengkar nanti. Kalian yang putuskan sendiri berada di kubu siapa.

"Ras, itu ruangan kecil boleh aku buat naruh barang dagangan?" Adel menghampiri Rasyid yang membersihkan calon kamar mereka.

"Itu mushola."

"Eh?" Adel nyengir. "Habis aku nggak lihat ada mukena atau sajadah. Ya udah deh."

"Itu ada kamar kosong satu lagi. Pakai aja. Emang barangmu mau dateng kapan?"

"Besok." Adel baru sadar sesuatu. Memekik horor. "Kita satu kamar?!"

"Iya, dong, Del." Rasyid melewati bahu istrinya. Mencari letak botol air mineral yang tadi dia bawa.

Adel mengikuti. Bersiap protes. "Aku nggak siap punya anak ya. Urusanku banyak. Aku nggak mau nambah beban dalam waktu dekat."

"Kita udah ngomongin ini ya. Meski nggak ada hitam di atas putih, aku masih ingat. Kita bakal ngomongin masalah anak kalau sama-sama udah siap." Rasyid menemukan botol di atas meja. Dia duduk di lengan sofa. Menenggak sambil melirik wajah istrinya yang merengut.

"Awas kalau kamu khilaf!"

Rasyid nyaris tersedak. "Khilaf ke istri sendiri bukannya dosa, malah pahala, Adel. Seminggu kita nikah, kamu nyatanya masih perawan. Lihat, aku bisa pegang omongan berarti."

Menghentakkan kaki dengan sebal, Adel kemudian berbalik. Diiringi dengan kekehan Rasyid.

***

Yak! Anak baru lagiiiii~

Beneran baru diketik tadi siang prolog ini, wkwkwk. Cover jg baru ala-ala, udah tanya ke covershop tadi, nunggu direspons.

Bentar, yg nungguin Regan jangan ngambek dulu. Aku jelasin~

Di saat aku stuck dgn karya lain, aku emg cari pelarian gini.

Stuck nulis Regan, aku nulis Juna. Stuck nulis Juna, aku nulis Kala. Dan sekarang, aku stuck nulis Regan dan Audrey, aku nulis Rasyid dan Adel 😆😆😆

Hiwhiwhiwhwiwhi.

Konflik kayaknya bakal ringan2 aja. Namanya jg cerita pelarian. Ditulis sesuai mood. Tp kalo pembaca udah lumayan, aku bakal gantungin separuh semangat di pembaca (kayak di Walk the Talk kemarin) 😋

Regan sama Audrey semoga weekend ini bisa update 😭

Sel/17.03.20

Wedding in Chaos [15+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang