Chapter 12

13.5K 1.6K 186
                                    

Rasyid bangun pagi-pagi sekali. Sebelum berangkat ke kantor, dia harus mengunjungi suatu tempat. Adel yang mendengar gerakan di kasur, terbangun. Menyipit bingung melihat Rasyid sudah bangun dan bergegas mandi.

Pun ketika berganti kemeja hitam. Adel menatap punggung bidang itu. Sedang memutuskan perlu bertanya atau tidak.

"Kamu ada morning briefing?"

Sedikit menoleh. "Aku mesti ke suatu tempat."

"Jauh?"

"Masih di kota ini."

Kali ini, Adel penasaran. Semoga saja tak terdengar menyebalkan. "Ke mana persisnya?"

"Kamu mau ikut?"

Kening Adel berkerut. Matanya yang belum sepenuhnya terbuka, makin menyipit. Ini jenis penawaran serius atau cuma basa-basi?

"Aku serius. Kamu mau ikut?"

"Berdua aja?"

"Nggak."

"Terus?"

"Aku pergi dengan Salma dan Kiara."

Oh. Cukup tahu. Adel berbalik, balas memunggungi suaminya. Menarik selimut hingga kepala. "Makasih tawarannya. Nggak deh."

Rasyid menatap tubuh istrinya yang terbungkus selimut. Menghela napas pelan. Dia tidak bermaksud basa-basi ketika menawarkan ajakan tadi. Tapi jawaban yang dia berikan sepertinya membuat Adel semakin enggan ikut.

Nanti, Rasyid akan menceritakan banyak hal pada Adel. Sekarang, masih terlalu dini. Hubungan mereka bahkan belum berkembang. Masih jalan di tempat.

Sebelum meninggalkan kamar, Rasyid mendekat ke istrinya. Mengecup kepala yang tertutup selimut. Hanya sebentar kemudian mengambil tas dan keluar dari kamar.

Begitu pintu ditutup dari luar, Adel segera mengibaskan selimut yang menutup kepalanya. Memaki. "Rasyid sialan!"

Makian yang entah untuk rasa ganjil di hatinya saat tahu Rasyid akan pergi dengan siapa atau karena lelaki itu mengecup kepalanya secara tidak langsung.

Mungkin untuk dua-duanya.

***

Mobil Rasyid berhenti di depan sebuah TK elit di ibu kota.

"Biar aku aja, Sal." Mencegah Salma yang hendak turun dan membukakan pintu untuk Kiara.

Jadilah dari jok depan, Salma memperhatikan bagaimana Rasyid turun dan mengitari mobil. Membukakan pintu di jok belakang, membantu Kiara turun dengan mengangkat tubuhnya mungilnya.

"Semangat sekolahnya, Princess."

"Om juga semangat keljanya." Kiara meringis, menampilkan deretan gigi putih yang menggemaskan.

Rasyid berjongkok, memperbaiki letak bando Kiara. "Pasti dong. Om harus semangat kerja biar bisa beliin Kiara makaroni."

"Tapi kata Mama, Kiala nggak boleh manja ke Om, nggak boleh minta macam-macam. Jadi, Om, nggak usah beliin Kiala makaloni lagi ya."

Tangan Rasyid kemudian mengusap kepala Kiara. "Kiara mulai bosan makaroni ya? Hmm, mau sesuatu yang lain? Atau—"

"Ras." Salma turun dari mobil dan menyergah.

Rasyid berdiri, mengerti maksud Salma. Membiarkan Salma berpesan hal-hal penting ke Kiara. Yang dijawab dengan anggukan patuh. Lalu mengantarnya hingga ambang gerbang. Kiara melambaikan tangan ke sang Mama dan juga Rasyid.

Suasana di dalam mobil mendadak menjadi canggung. Rasyid menyadari betul perubahan yang terjadi. Salma juga enggan menatap ke arahnya. Lebih memilih membuang wajah.

Wedding in Chaos [15+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang