Chapter 34

19.2K 2.5K 1.4K
                                    

Thanks to readers yg udah bikin nama panggilan sayang di bawah ini:

Acid

Rashit

Rasweet

Ada lagi gak? WKWKW

Dan aku tahu, meski benci, kalian sayang sama Rasyid—Acid—Rashit—Rasweet. Jangan ngelak 😭

Atau malah sayang sama Malik? Yg udah baca Tetralogy Regan mungkin udah gak asing. Malik ini another Kiki. Mirip banget sifat dan ngenesnya.

Dahlah. Malah curhat nanti aku. Hahaha.

Hela napas dan siapin jempol. Musuh bersama bakal nongol 😋

Soal ambyar apa gak, ini tergantung hati masing2. Kalau aku, ambyar sih tadi pas ngetik 😭

Oh iya, satu lagi. Aku tuh penasaran sama beberapa pembaca yg udah baca, terus mereka komen sampe akhir chapter. Nah, kupikir udah selesai baca ya. Tp beberapa jam kemudian mereka masih nongol lagi. Aku penasaran, kalian tuh ngapain? Kok gemessin pengin uyel2 kalian 😂😂😂

Malah ada nih yg ke author note duluan, baru baca. Udahlah. Ngaku sini ngaku. Komen di inline ini. Aku apal ya sama uname kalian, wkwkwkwk.

Chapter ini panjang. Semoga kamu suka 😊

————————

"Del, kamu ngapain?"

Rasyid kaget saat mendapati Adel berkutat di dapur. Berusaha menyalakan kompor. Bangun lebih pagi dari semestinya. Apalagi mengenakan daster begini. Adel terlihat seksi dari belakang.

Dari depan? Seksinya nggak ketulungan. Fokus, Ras, fokus!

Mendekat dengan cemas. "Kamu mau masak apa? Sini biar aku, kamu duduk aja."

"Aku pengin nyoba bikin nasi goreng. Semoga enak."

Rasyid tersenyum. Tidak memaksa Adel menyingkir dari depan kompor. Hatinya menghangat melihat Adel mau belajar masak begini. "Kalau nggak enak, tetep aku makan kok."

"Oke. Jadi kalau nggak enak, bilang jujur."

Tidak menyingkir, Rasyid berdiri di samping istrinya. Sigap membantu mengulurkan kecap dan saus. Tidak banyak berkomentar saat Adel membuat sekitar kompor menjadi kotor. Masih belajar, berantakan tidak masalah. Nanti bisa dibersihkan. Tidak perlu ditegur. Kapan coba melihat Adel sukarela masak begini?

Sepuluh menit perjuangan Adel akhirnya selesai. Dia menatap bangga dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi. Rasyid bertepuk tangan. Menepuk puncak kepala, lantas bergerak untuk mengusap titik-titik keringat di pelipis Adel.

"Gimana? Asin ya?" Saat melihat wajah Rasyid mengernyit. Iseng sebenarnya.

"Nggak berasa apa-apa." Rasyid buru-buru menambahi. "Tapi oke kok. Nggak kebanyakan minyak. Aku suka yang begini."

Adel nyengir. Mulai menyendok nasi goreng di piringnya.

"Hari ini mau lanjut nata ruko?"

"Iya. Bawa mobil sendiri-sendiri aja. Ribet kalau kamu mesti ke ruko dulu. Muter jauh."

"Nggak masalah sih. Kamu butuh bantuan nggak?"

"Nggak usah. Sendiri bisa kok."

"Nggak boleh ya ketemu Rama."

"Kamu tahu sendiri dia aktor. Udah jelas sibuk."

"Ya siapa tahu dia punya radar buat deteksi mantan di sekitar dia. Mana kemarin pede gila ngenalin diri sebagai mantan kamu. Sebangga itu dia. Gamon apa gimana."

Wedding in Chaos [15+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang