Chapter 28

15.9K 2.3K 453
                                    

Mau ngomong banyak, tp yaudah, di author note bawah aja yaa. Udah pada kangen Acid katanya (padahal doi kalian hujat mulu—durjana kalian!). Benci dan cinta memang setipis itu. WKWKWK.

Happy reading ♥

—————————

"Del, aku masak kesukaan kamu."

"Del, tanganku kejepit pintu."

"Del, badanku tiba-tiba demam."

"Del, dastermu nih bikin imajinasiku ke mana-mana. Ambil sekarang."

"Del, ambil sekarang atau aku bakar."

Adel menonaktifkan ponsel. Membuat teror panggilan dari Rasyid berhenti mengganggu. Dia sedang fokus berusaha tidur. Ini sudah lewat tengah malam tapi lelaki itu tidak tahu diri.

Beberapa menit kemudian, gantian bel pintu yang berbunyi. Adel mengabaikan. Tapi bel berubah gedoran. Sebelum lelaki itu berisik memanggil namanya, Adel menendang selimut. Bangun dan memaki.

Membuka pintu. "Apa?"

Lelaki itu baik-baik saja. Soal kejepit pintu dan demam hanya bualan belaka.

"Kangen."

"Tahu sekarang jam berapa?"

Rasyid mengangguk. "Tapi aku laper."

"Biasanya juga kamu udah tidur jam segini."

"Itu biasanya. Sekarang lagi nggak."

Adel mendecak. Kalimatnya kemarin dibalik. "Tapi aku beneran mau tidur."

"Yuk, tidur." Rasyid maju, tapi dengan cepat Adel menahan dada lelaki itu. Mendorongnya keluar dari ambang pintu.

"Ya udah, temenin aku makan aja."

"Rassss." Adel menggaruk rambut kesal. "Kamu bakal gini terus? Kamu paham nggak sih kalau aku lagi males lihat kamu?"

"Paham. Tapi marahmu mau sampai kapan?"

Adel melipat tangan. Membuang pandangan. "Pikir aja sendiri."

***

"Jadi bener Adel pindah unit?" Salma mengonfirmasi langsung ketika Rasyid mampir membawakan cheescake untuk Kiara. Sayangnya, yang dibawakan sudah tidur. Rasyid sempat ke kamar Kiara. Mengecup pipi. Membetulkan letak selimut lantas keluar.

Rasyid kemudian duduk di sofa. Menolak saat Salma mengeluarkan cangkir. "Aku nggak haus. Duduk aja. Kita ngobrol."

"Kalian berantem?" Salma menurut. Duduk di sofa yang berbeda.

Rasyid sedang menimbang apakah perlu mengatakan yang sebenarnya atau menutupi.

"Ras?"

"Biasalah. Salah paham dikit."

"Kalau cuma masalah kecil, nggak mungkin Adel pindah unit."

"Dia memang nggak ketebak."

Salma tahu ada yang sengaja Rasyid tutupi. Mungkin yang ini terlalu pribadi hingga lelaki ini tidak terbuka padanya.

Wedding in Chaos [15+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang