Chapter 24 ternyata makin gilak. Jebol vote sama komen. Makin sayang sama kalean 😭😭😭
Yg gatel mau ngehujat Acid, rem dulu ya. Kita cooling down di chapter ini~
———————
Restoran penginapan sudah penuh. Sarapan yang tidak boleh dilewatkan. Mengingat padatnya acara hari ini. Rasyid masih berdiri di pintu. Mengedarkan pandangan. Siapa tahu istrinya nyempil di salah satu bangku.
Namun, mengingat Adel yang ansos, tidak mungkin rasanya perempuan itu mau sibuk membangun imej dengan mereka. Kemarin saja percakapan pertama Adel sudah menyulut api. Mengibarkan bendera perang.
Dari sebuah bangku, Salma melambaikan tangan. Rasyid balas melambai, tersenyum. Tapi alih-alih mendatangi bangku mereka, Rasyid ingat jika harus mencari Adel.
Meninggalkan pintu, Rasyid menyisir koridor sambil menikmati pemandangan. Keadaannya membaik dengan cepat. Dia tidak boleh absen di hari kedua.
Rasyid terhenti saat mengenali punggung Adel. Menuruni undakan, Rasyid melangkah di rerumputan. Menuju tepian bukit.
"Kamu udah sarapan?" Rasyid berhenti persis di belakang Adel, merunduk, mengalungkan kedua tangan. Meletakkan dagu di bahu perempuan itu.
"Males sarapan."
"Tumben kamu skip sarapan?"
"Males sarapan." Dijawab sama.
"Aku bawain ke sini mau?"
"Nggak usahlah. Aku juga nggak ikut acara nanti. Rebahan nggak butuh energi banyak."
"Katanya kamu mau jalan ke mana gitu?"
"Udah males."
Rasyid menegakkan tubuh. Berpindah duduk di sebelah Adel. "Aku lupa kalau kamu lagi PMS."
"Udah sembuh?" Adel bertanya hal lain.
"Lumayan." Satu tangan Rasyid memeluk punggung Adel, sementara tangan yang lain menggenggam tangan Adel di pangkuan. Terasa dingin. Berapa lama perempuan ini duduk di sini? Tadi, Rasyid memang terbangun tanpa Adel di sebelahnya.
"Nggak usah maksain ikut acara. Besok sama lusa juga masih bisa."
Merebahkan kepala di bahu Adel. "Nggak enak sama yang lain."
"Mereka bakal ngerti."
"Justru karena mereka bakal maklumi, aku merasa makin nggak enak."
"Kamu sendiri yang bikin ribet."
"Kalau ada yang ribet, kenapa mesti yang gampang?"
"Ah, terserahlah."
Rasyid mengalihkan. "Kamu ganti shampoo ya?"
"Lupa bawa. Jadi pakai yang di penginapan."
"Aku lebih suka yang biasanya."
Untuk sesaat, keduanya terdiam. Rasyid merasa nyaman menyandar seperti ini. Menikmati udara yang sejuk membelai wajah. Genggaman yang menenangkan. Dia tidak tahu jika duduk bersama Adel akan senyaman ini. Rasanya seperti di balkon apartemen mereka. Bahkan lebih.
"Bahagia itu capek kan ya."
Rasyid mendongak. "Siapa yang bilang?"
"Orang-orang."
"Yang capek itu pura-pura bahagia." Rasyid tidak sadar dengan perubahan mimik wajah Adel.
"Dan kita sedang ngelakuin hal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding in Chaos [15+] ✓
Romance[Angst-comedy] CERITA LENGKAP ✅ Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutualisme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik. Banyak hal membuat langkah mereka terhenti d...