Chapter 14

13.5K 1.7K 187
                                    

"Setelah aku perhatiin, wajah Kiara mirip kamu ya ternyata."

Pernyataan itu nyaris membuat Rasyid terjungkal dari kursinya. Sebenarnya bukan hanya Adel saja. Semua orang yang mengenal Rasyid dan Kiara, akan berkata demikian. Bahkan tak jarang Rasyid disangka Ayah Kiara ketika jalan bersama. Hanya Malik yang mengerti.

Namun, ketika itu diucapkan oleh Adel, terasa sedikit berbeda. "Kamu akhirnya sadar kalau Kiara mirip aku. Habis ketemu ya tadi?"

"Tadi pagi nggak sengaja ketemu di lift. Jadi kamu sendiri pun mengakui kalau wajah kalian mirip?"

"Iya. Aku mengakui dengan sesadar-sadarnya."

"Lalu, Kiara sebenarnya anak kamu dong."

"Bukan."

"Ngaku aja sih, Ras. Aku nggak bakal judge kamu kok."

"Bukan, Adel." Jeda sesaat. "Kamu keberatan aku sayang ke Kiara?"

Dijawab enteng. "Nggak."

Tanpa berpikir, Rasyid spontan bertanya. "Kalau sayang ke mamanya Kiara?"

"Terserah."

Apakah jawaban itu datang dari hati? Tidak mudah membaca seorang Adel. Suasana hati perempuan itu sedang buruk dan Rasyid bertanya hal yang tidak penting.

Setelah kelima es krim tandas, Adel beranjak. Mereka melangkah dalam diam. Adel baru bicara saat di dalam lift. "Terus kenapa wajah Kiara dan kamu bisa mirip?"

Rasyid tidak bisa menjelaskan sekarang. "Besok main ke rumah Bunda ya. Aku kasih tunjuk sesuatu."

"Nginep?"

"Kenapa? Takut disuruh bantu masak?"

"Ya kalau nginep juga nggak apa."

"Oke. Nginep ya. Besok aku bakal pulang lebih awal. Atau coba lihat sikon dulu."

"Iya, atur aja. Aku ngikut."

***

"Jangan gegabah, man." Malik mengacak rambut. Seolah dirinya sendiri yang akan melamar anak orang. "Nikah itu kalau bisa sekali seumur hidup. Nikah sama perempuan yang udah jelas-jelas cinta sama. Lo-nya juga cinta dia. Tapi, siapa tadi? Adel? Wah, bercanda lo, Ras."

"Gue udah mikirin ini semalaman."

"Semalam? Lo pikir kayak beli tanah aja. Ini nikah, Ras. Mana lo nikahnya sama Adel. Sama sekali di luar bayangan gue."

"Gue bakal jadiin nyata, biar lo bisa lihat."

Malik mengibaskan tangan. "Terus Salma mau diapain? Sori, maksud gue, dikemanain?"

"Empat tahun ini nggak ada apa-apa. Kami bisa hidup sendiri-sendiri."

"Lo pikir gue bego?"

"Ha?"

"Lo bayarin sewa apartemen selama empat tahun ini. Bahkan, saking niatnya, lo beli apartemen satu lantai di bawahnya. Kenapa lo nikahnya nggak sama Salma aja sekalian?"

"Lo tahu kalau Ayah dan Bunda nggak bakal setuju."

"Udah coba emang?"

Memang belum dicoba, tapi Rasyid sudah tahu akan seperti apa. "Lo tahu sendiri, gue nggak bisa bawa Salma ke hadapan orangtua."

"Ribet ya kisah cinta lo." Malik kemudian duduk. Menenangkan diri. Dia juga tidak tahu kenapa dirinya emosi seperti ini.

"Gue yang bikin ribet sendiri. Kenapa mesti jatuh cinta ke Salma."

Wedding in Chaos [15+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang