"Kok Mama sih yang jemput?"
Adel berkacak pinggang. "Kalau Mama yang jemput, kamu nggak mau pulang?"
"Ya mau dong!" Narendra melewati sang mama. Berusaha menggapai handle pintu mobil. "Tapi kan Papa udah janji mau jemput."
Adel bantu membukakan pintu. "Marahin aja Papa nanti di rumah."
"Gitu ya?" Narendra mendongak. "Oke."
"Mau naik sendiri atau dibantu?"
"Sendiri bisa." Narendra nyengir dan naik ke jok bagian depan. Adel masih berdiri di belakangnya, sigap membantu. Lalu kena protes. "Mama ih, bisa sendiri. Tenang."
"Takutnya kamu jatoh kayak kemarin. Ntar Mama yang kena omel Papa."
"Tapi habis gitu Mama ngambek ke Papa. Lebih nyeremin."
"Kamu sebenernya anak Mama apa Papa sih, Ren? Kenapa belain Papa terus?"
"Anak Papa."
Adel mengatupkan bibir. Manggut-manggut. Dia bisa membuat perhitungan dengan Papa anak ini nanti malam.
Narendra menatap ke jendela kaca. Sedikit mendongak. Bersenandung lagu anak kecil yang Adel tidak mengerti. Sesekali Adel menoleh, gemas karena bibir mungil itu tak mau diam.
Lihat, Narendra hanya menuruni separuh sifat Adel. Tidak semuanya.
Tiba-tiba berhenti bernyanyi dan menoleh. "Ma, Eyang masak apa hari ini?"
"Nugget sayur."
"Yaaah."
"Kok?"
"Kemarin di rumah Oma udah dimasakin itu."
"Ya udah, oke. Mampir beli ayam kentaki ya."
Narendra mengangguk senang. "Mama nanti ikut, 'kan?"
"Lihat sikon dulu, Ren."
"Emang nanti malam Mama mau ke mana?" Narendra mencebik. "Mama kan jarang sibuk."
Adel sungguh ingin meng-hih anak ini kalau dia lupa bagaimana susahnya melahirkan. "Mama sibuk tidur, Ren."
"Hish, Mama tuh ya."
***
Ini kesekian kali Adel menepuk nyamuk yang hinggap di lengan. Dia menemani Narendra yang menunggu di teras. Rasyid terlambat menjemput. Sudah setengah jam berlalu dari yang dijanjikan.
Untungnya nih, untungnya Narendra apa-apa tidak dibawa ngambek. Anak itu lompat-lompat di halaman. Mengejar kunang-kunang. Adel membiarkan tapi tetap mengawasi. Anak itu pernah nyungsep di semak-semak saat mengejar kupu-kupu. Adel yang kena omel Mama.
Dari gerbang, terdengar suara deru mobil yang membuat Narendra seketika berhenti mengejar kunang-kunang. Kembali ke mamanya.
Rasyid turun dari mobil dengan wajah penuh bersalah. Tapi seketika lega karena Narendra sama sekali tidak ngambek. Dia merunduk, mengulurkan tangan dan membawa Narendra ke dalam gendongan.
"Maaf, Papa telat jemput."
Narendra memijat bahu Rasyid. "Papa ketiduran ya? Pasti capek. Jadi pergi apa nggak?"
"Nggak capek dong. Kan kita mau pergi lihat lampion."
"Mama ajak dong."
Yang langsung mendapat jawaban tegas. "Nggak. Mama nggak mau ikut. Kalian berdua aja."
"Susah banget sih berubah pikirannya." Narendra merajuk sebal.
Rasyid menatap lembut Adel, setelah sejak tadi hanya fokus ke Narendra. "Ikut yuk, Ma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding in Chaos [15+] ✓
Romance[Angst-comedy] CERITA LENGKAP ✅ Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutualisme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik. Banyak hal membuat langkah mereka terhenti d...