Adel mendadak sebal Rasyid ada di rumah. Ini masih pagi tapi tidak terhitung berapa kali lelaki itu memanggilnya. Biasanya lelaki itu bangun duluan, Adel tak pernah rewel.
"Del?"
"Aku di sini."
"Di mana?"
"....."
"Del?"
Adel berkacak pinggang. Meniup poni. Tidak menjawab dan kembali menghitung stok masker yang ada.
"Del, di mana?"
Hitungan Adel kembali kacau. Membiarkan lelaki itu mencari sendiri. Apartemen ini bukan istana ya. Rasyid tidak perlu maraton hanya untuk menemukan dirinya.
Saat lelaki itu muncul di pintu, Adel baru bertanya. "Apaan?"
"Aku bangun-bangun kamu udah nggak di sampingku."
Deuh.
"Kerjaanku banyak."
Rasyid masuk ke kamar yang disulap jadi gudang barang dagangan Adel itu. Menumpukan satu tangan di box cokelat. "Aku bantuin nanti."
"Oke."
Tatapan Rasyid tidak sengaja memindai istrinya dari atas hingga ke bawah lalu kembali ke atas lagi. "Kamu kayaknya gemukan, Del."
Adel refleks memicingkan mata. Menjawab asal. "Cocok susunya."
"Kamu nggak ada minum susu selama ini."
Harus banget dibahas?
"Aku mending bikin sarapan sebelum kamu berubah jadi Hulk." Rasyid menggaruk rambut, berbalik pergi. Tapi saat di ambang pintu, dia menoleh.
Apa lagi?
"Lupa bilang, nanti Kiara main ke sini."
Adel tidak membalas tatapan Rasyid, tapi diam-diam menghela napas. Nggak sekalian itu bocah sama emaknya pindah ke sini aja? "Aku juga lupa bilang kalau nanti mau pergi sama Gina."
"Ke mana?"
"Ke mana aja."
"Katanya kerjaan kamu banyak?"
Adel mengusap keringat di dahi. "Aku lebih butuh jalan sama Gina sih. Soal kerjaan, bisalah aku urus nanti malem."
"Kamu kan ada suami. Kenapa butuh jalan sama Gina? Aku bisa kok temenin kamu."
Lupa ya dia tadi ngomong apa? Kiara katanya mau main ke sini?
"Cita-cita kamu pas kecil apa, Ras?"
"Kok jadi bahas cita-cita?"
"Udah, jawab aja."
"Pahlawan, hero di komik-komik, dan semacamnya."
Adel bertepuk tangan. "Sungguh mulia. Jadi bisa mengayomi dan menjaga banyak orang ya. Kamu berbakat soal itu, aku akui. Udah terwujud pula."
Sebuah sindiran. Rasyid pelan-pelan bisa mencerna. Akhirnya, hanya berdeham dan melanjutkan langkah. Kalau ditanggapi, takutnya malah membuat mereka bertengkar.
Tapi, kalau diingat-ingat, mereka belum pernah bertengkar. Hanya menunggu waktu sebenarnya. Tidak wajar kalau seterusnya mereka akan damai-damai saja. Kecuali jika Adel tetap memilih bebal dan menutup mata tentang hubungan mereka yang berjalan di tempat.
Rasyid sudah berusaha mendekat. Dia merasa Adel memberi respons positif, tapi di saat yang bersamaan perempuan itu juga membangun tembok pertahanan yang tinggi. Dia jadi sulit memahami maunya Adel bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding in Chaos [15+] ✓
عاطفية[Angst-comedy] CERITA LENGKAP ✅ Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutualisme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik. Banyak hal membuat langkah mereka terhenti d...