Mari lupakan apa yang terjadi semalam di depan pintu kamar. Adel tak mau mengingatnya lagi. Sudah cukup dia semalaman terjaga. Pagi ini moodnya harus bagus. Banyak pekerjaan yang mesti dia urus. Jangan sampai cium tempel bibir merusak harinya.
Beruntung Rasyid berangkat ke kantor lebih awal. Jadi Adel tidak perlu duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama tanpa keselek karena pikirannya akan liar ke mana-mana.
Apa sih, jangan mikir macam-macam ya.
Saat hendak mengambil air putih, Adel mendapati post-it-note tertempel di pintu kulkas.
Aku masak sarapan spesial buat kamu ❤
Adel mendengkus tanpa sadar. Apa pula maksudnya pakai emoticon love segala? Mengamati isi pesan sekali lagi dan gagal fokus pada tulisan rapi milik Rasyid. Menggeleng. Lalu meremas kertas kecil itu.
Dengan kejam melemparnya ke tong sampah di dekat kulkas.
Kali ini Adel tidak akan goyah.
Namun, demo cacing di perut adalah prioritas saat ini. Itu yang paling penting. Alih-alih mengabaikan, toh pada akhirnya Adel duduk di meja makan. Membuka tudung saji dengan tak sabaran.
Iya. Harga diri Adel memang sebatas ini. Makanan. Kalian juga, 'kan?
Apalagi di depannya sekarang ada setup roti tawar keju. Yang baunya astaga membuat Adel gelap mata. Lelaki itu tahu cara menjinakkan seorang Adel. Cukup dimasakin yang enak-enak, maka Adel sempurna tunduk padanya.
Rasyid sia—tidak, tidak. Adel tidak akan mengumpat sekarang. Tidak di depan makanan, maksudnya.
Sarapan dengan kilat. Karena memang setup roti tawar buatan Rasyid juara, Adel juga mesti mengambil barang ke ekspedisi. Tanpa mandi. Dia hanya sikat gigi dan mencuci muka. Memakai blazer. Beres.
Sepertinya hari ini tidak akan seburuk yang dia pikir. Tadi dia mengeluh karena lapar saja.
Sialnya, ketika hendak turun, dia harus satu lift dengan Nina. Belum cukup sial, mereka ternyata mengenakan baju tidur dan blazer yang sama. Adel mendesah bosan.
"Gue tahu, gue memang selalu jadi trendsetter." Nina membanggakan diri setelah melirik Adel di sebelahnya. Hanya ada mereka berdua di dalam lift. "Gue nggak masalah lo mau ngikutin semua style gue. Sebagai model, gue cukup pemurah. Gue akan lupakan kalau kita musuhan."
Adel memutar bolamata. Jengah. Dia susah payah membangun mood. Tidak akan dia biarkan perempuan barbar ini merusaknya. Jadi, ya, Adel memilih diam. Tinggal beberapa detik lift sampai di lantai satu.
Namun, sayangnya, Nina tidak suka diabaikan.
Lift berdenting, jempol Nina cepat menekan tombol. Menahan lift tetap tertutup. Sebelum Nina bertindak lebih jauh, Adel mengeplak lengan Nina hingga jempol perempuan itu lepas dari tombol.
Sambil meniup debu di tangan, Adel melangkah keluar lift.
Nina berusaha mengejar. Hingga langkah mereka sejajar. "Tangan gue sakit!"
"Sana laporin ke polisi."
"Lo pikir gue nggak bisa laporin?"
"Ya, sana, gue udah nyuruh barusan."
"Tanpa lo suruh pun, gue bakal lapor!" Langkah Nina mulai tertinggal. Dia gunakan kesempatan itu untuk mengulurkan satu tangannya. Berniat menarik rambut Adel yang dikucir kuda.
Gerakan Nina kalah cepat oleh seseorang yang tiba-tiba memotong jalannya. Menghentikan tangan Nina sebelum terlambat. "Eit, eit, jangan bikin masalah sama orang. Yang kemarin aja belum kelar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding in Chaos [15+] ✓
Romance[Angst-comedy] CERITA LENGKAP ✅ Ini tentang Rasyid yang terlalu tabah dan Adelia yang terlalu bebal. Menikah dengan asas simbiosis mutualisme, membuat mereka masuk ke dalam fase hidup yang jungkir balik. Banyak hal membuat langkah mereka terhenti d...