Part 38

9.3K 438 10
                                    

Briant sudah berada di rumah. Dirinya sedang menenangkan Nichole. Felix berada di kantor polisi untuk menyelesaikan urusannya dengan Robert.

Kringgg.....

Handphone Briant berbunyi. Ia pergi meninggalkan semua orang yang berada di ruang keluarga.

"Ada apa?" Tanya Briant pada pria di seberang telpon.
Wajah Briant shock dengan apa yang dikatakan pria itu di telpon.
"Aku akan segera kesana, tunggu sampai aku datang!" ucap Briant dengan nada dingin.

Briant membalikan badannya untuk segera pergi meninggalkan balkon, ia melihat Deylora berada didepannya.

"Kau mau pergi?" Tanya Deylora pada Briant.
"Ya, mungkin aku akan pergi untuk seminggu kedepan" jelas Briant pada Deylora.
"Kemana?" Tanya Deylora kembali.
"Ada yang harus ku urus" jawab Briant dengan nada tegas. Ia benar-benar tak punya waktu lagi untuk menjawab pertanyaan Deylora yang menurutnya tak penting.
"Aku ikut denganmu" ujur Deylora merajuk.

Briant melepaskan tangan Deylora pada lengannya.
"Kau boleh ikut denganku, tapi kau jangan menyesal!" Ujur Briant langsung pergi meninggalkan Deylora.

Deylora terdiam di balkon melihat Briant terus pergi dan menghilang dari penglihatannya.

'Apa maksud dia?' Ujur Deylora dalam hati. Dirinya tak mengerti apa yang dimaksud kekasihnya dengan kata-kata 'menyesal'.

Deylora pergi bersiap-siap. Ia benar-benar ingin ikut dengan Briant. Deylora berpikir dengan Briant berada disampingnya ia tak akan khawatir akan kenapa-napa.

Briant kembali dengan Deylora. Ia sudah bersiap-siap untuk pergi.

"Aku dan Deylora akan pergi untuk seminggu kedepan" ucap Briant pada semua Deasy, Nichole dan juga Daniel.

"Aku titip Celli padamu. Tugasku menjaga Celli sudah selesai" ujur Briant pada Daniel.

Briant pergi bersama Deylora. Diperjalanan Briant tak berbicara sepatah katapun pada Deylora. Ia tak perduli jika Deylora akan mengetahui kebusukannya, ia juga sudah siap jika Deylora akan pergi meninggalkannya.

Briant menjamin jika Deylora tidak akan bisa pergi dari kehidupannya. Wanita itu hanya ditakdirkan untuk dirinya, bukan untuk orang lain. Sehingga jika Deylora akan pergi meninggalkannya ia akan dengan gampang menemukan wanita itu. Lagipula mereka berdua sudah bertunangan.

Briant yakin jika wanita itu akan menerimanya dengan segala kekurangan dan masalalunya.

Kini mereka telah sampai dibandara. Briant dan Deylora akan terbang menggunakan jet pribadi. Ia akan terbang ke California.

"Kita akan kemana Briant?" Tanya Deylora.
"Aku dan kau akan ke California" jelas Briant dengan singkat.
"Apa ini ada hubungannya dengan kejutanku di California?" Tanya Deylora dengan senyum yang bahagia.
"Bisa dibilang begitu" ucap Briant dingin.

Tak ada obrolan lagi yang mereka bicarakan. Deylora melihat wajah Briant yang begitu dingin. Ia bertanya-tanya apa terjadi sesuatu pada pria itu, sehingga wajahnya terlihat benar-benar dingin. Rahangnya mengeras. Tatapannya pun tajam.

Deylora memutuskan untuk tidur di tengah perjalanan udaranya.

Briant terus menatap ke arah jendela pesawat. Ia memikirkan sesuatu yang sedang terjadi pada Elea. Tanpa sengaja mata Briant bertemu dengan pemandangan di sampingnya. Briant melihat Deylora sedang tertidur. Briant berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan ke arah pramugari berada. Ia meminta pada pramugari sebuah selimut untuk menutupi tubuh Deylora.

Setelah menutup tubuh Deylora dengan selimut. Ia mencoba memandangi wajah tunangannya itu. Betapa sejuknya melihat wajah Deylora yang begitu cantik man manis. Ia mencoba mengelus-elus pipi merah Deylora.

'Aku berharap kau bisa menerimaku setelah semuanya akan kau ketahui' batin Briant. Dengan manis Briant mengecup kening Deylora.

My Hero is a Man in a SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang