Part 55

10.2K 446 12
                                    

Briant mendorong kursi roda Deylora menuju taman di dekat rumah sakit.

Sudah lama Deylora tak keluar menghirup udara segar. Rasanya badannya sepeti robot, sangat kaku. Beruntung sekali Deylora diizinkan Briant untuk keluar kamar hari ini. Sejujurnya tanpa Deylora minta Briant memang ingin membawanya keluar dari kamar rumah sakit.

Kini mereka sedang berada di taman penuh dengan bunga bermekaran seperti hati keduanya. Tidak dipungkiri bahwa mereka benar-benar sangat merindukan satu sama lain. Briant bersyukur tidak ada yang mengganggu dirinya dan Deylora saat ini.

Jam menunjukkan pukul 3:30 PM.
Briant sengaja membawa Deylora ketika matahari akan tenggelam. Selain cuaca pada sore hari tidak begitu panas, namun Deylora juga bisa menikmati saat matahari terbenam.

"Bagaimana? Sedikit mendingan?" Tanya Briant kaku.

"Yaa. Indah sekali, sama seperti mimpi panjangku" ucap Deylora sambil menatap bunga-bunga yang ada dihadapannya.

Briant mengangkat alisnya bingung. Ia berjalan ke depan Deylora dan membungkukkan badannya sehingga tinggi mereka saat ini sama.

"Maksudmu?" Tanya Briant bingung.

"Aku bermimpi berada di tempat seperti ini sendiri, tak ada siapa-siapa. Aku terus berlari sampai aku menemukan seseorang" ucapnya sambil menatap manik mata Briant.

"Kau ingin tau aku bertemu dengan siapa?" Tanya Deylora pada Briant. Briant mengerutkan alisnya membiarkan Deylora terus berbicara. Briant benar-benar menikmati pemandangan yang ada di depannya. Sudah lama ia tak memandang wajah Deylora. Briant sungguh ingin memencium habis-habisan bibir merah Deylora. Deylora benar-benar sangat seksi ketika sedang sakit.

'Astaga, bagaimana bisa ketika kau sedang serius tetapi aku malah membayangkan bercinta denganmu!' Ucapnya dalam hati.

"Aku ber.." belum selesai Deylora meneruskan bicaranya Briant dengan cepat mencium bibir Deylora. Bibir Deylora seperti permen lolipop rasanya begitu manis, Briant ingin terus melumat bibir Deylora lagi dan lagi tanpa memberi ambun.

Deylora terjingkat kaget. Ia tak menyangka bahwa dirinya akan berciuman dengan mantan tunangannya kembali. Deylora sadar sejauh apapun dirinya pergi dan mencoba mengubur dalam-dalam kenangannya bersama Briant maka secepat mungkin Tuhan akan mempertemukan mereka kembali. Seakan-akan apa yang mereka lakukan hanyalah sia-sia karna Tuhan memang menakdirkan mereka berdua.

Tak ada penolakan dari Deylora. Sejujurnya ia benar-benar menikmati ciuman Briant.

"So-so-sorry aku hanya tidak bisa mengontrol diriku. Maafkan aku. Bisa kau lanjutkan bicaramu?" Ucap Briant melepaskan ciumannya.

'Shit! Aku kelepasan!' Runtuknya.

Deylora hanya tersenyum melihat Briant yang salah tingkah. Ia kembali berbincang-bincang. Sampai pada akhirnya salju mulai turun. Ini adalah hari pertama salju turun. Briant tak akan melewatkan momen ini.

Jam telah menunjukkan pukul 7 malam. Briant memberikan jasnya kepada Deylora untuk memberikan kehangatan.

Dirogohnya kantong saku celannya. Ia mencoba mencari benda yang telah ia beli sejak seminggu yang lalu. Deylora masih menatap kearah salju turun. Briant berlutut dihadapan Deylora dan berkata.

"Deylora... untuk kedua kalinya aku memintamu untuk menjadi pendamping hidupku seumur hidup, apa kau mau menikah denganku?" Tanya Briant sambil menatap manik mata Deylora.

Deylora melebarkan matanya tak percaya. Tapi sejujurya hati Deylora berbunga-bunga, banyak kupu-kupu berternangan disekelilingnya. Tanpa sadar Deylora telah meneteskan airmatanya.

My Hero is a Man in a SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang