Part 52

9.4K 449 9
                                    

Mereka telah sampai di rumah sakit. Deylora langsunh ditangani oleh dokter. Entah sudah berapa lama Deylora berada di ruang operasi.

Briant berjalan kearah Fredy, ia berhasil mendaratkan kepalan tangannya ke wajah Fredy berkali-kali seakan tak ada ampun untuk Fredy.

"BRENGSEK KAU!!!!" Ucap Briant sambil terus menonjok wajah Fredy.

"KAU PANTAS MENDAPATKANNYA!!!"

"SUDAH CUKUP! BUKAN WAKTUNYA BERTENGKAR!" Daniel melerai mereka berdua.

"KAU DENGAR! JIKA KAU TAK BERULAH, SEDIKIT LAGI KITA AKAN MENYELAMATKAN DEYLORA DAN SEKARANG DEYLORA PASTI SUDAH BERNAFAS LEGA!" Maki Briant pada Fredy.

Fredy hanya meringis kesakitan. Benar yang dikatakan Briant. Jika ia urungkan niatnya untuk mendengarkan musik tak akan ia memencet tombol tipe tersebut.

"KAU LIHAT KARNA ULAHMU KITA...." ucapan Briant terputus ketika terdengar pintu ruang operasi terbuka dan memperlihatkan seorang dokter berjalan menemui mereka seakan ingin menyampaikan sesuatu.

"Bagaimana dangan keadaannya?" Tanya Fredy sambil meringis kesakitan.

"Sepertinya nona Deylora kehilangan banyak darah, apa disini ada dari kalian yang golongan darahnya O+?" Tanya dokter tersebut.

"Golongan darahku O+, ambil sebanyak-banyak yang Deylora butuhkan! CEPAT!!!" Ucap Daniel pada dokter tersebut. Tak lama dokter tersebut meminta suster untuk membawa Daniel.

"Apa dia baik-baik saja?" Tanya Briant pada dokter tersebut ketika akan meninggalkan mereka.

"Memintalah pada Tuhan supaya ada mukjizat. Aku harus segera kembali" ujur Dokter tersebut pergi meninggalkan semua orang yang ada diruang tunggu tersebut.

Briant pergi menjauh dari ruang. tunggu tersebut. Ia benar-benar merutuki kebodohannya.

'Kalau saja pada saat itu aku segera menarikmu dan menggantikanmu diposisi itu, pasti kau tak akan seperti ini sekarang' Batin Briant. Briant membenturkan kepalanya sekeras-kerasnya di dinding rumah sakit. Tak terasa jika dirinya telah mengeluarkan airmata.

Menurut Briant lebih baik menerima kenyataan Deylora telah menikah daripada harus menerima kenyataan bahwa Deylora akan pergi selama-lamanya.

Briant merogoh saku celananya mencari benda pipih miliknya dan mengetik nomer yang telah ia iangat diluar kepalanya.

"FRANS! HABISI SEMUA ANGGOTA KELUARGA ROBERT! SEMUA TANPA TERKECUALI!" Perintah Briant di telpon.

Briant sudah tak peduli jika dirinya akan masuk penjara karna kasus pembunuhan berantainya. Ia sudah bersumpah ketika peletuk itu ditembakkan ke Deylora berarti Robert akan menerima konsekuensi apa yang akan terjadi.

Briant kembali. Dirinya senantiasa menunggu Deylora meskipun matahari telah terbenam.

Tak lama ruang operasi menunjukkan tanda-tanda keluar beberapa dokter dan suster dengan membawa Deylora.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Briant dengan wajah serius.

"Operasi berjalan lancar. Saat ini nona Deylora akan kami pindahkan ke ruangan untuk masa pemulihannya" jelas dokter tersebut yang membuat semua orang diruangan tersebut bisa bernafas dengan lega.

Briant maupun Fredy telah berada disamping Deylora dengan terus memperhatikan kepala Deylora yang di perban.

Hati Briant hancur sehancur-hancurnya melihat selang yang terpasang diseluruh tubuh Deylora dan alat jantung yang terus berbunyi. Mirisnya dirinya harus melihat selang besar yang masuk di mulut Deylora.

Briant maupun Fredy terus berjaga diruangan Deylora. Tak ada percakapan yang terjalin antara mereka berdua. Fredy sesekali melihat kearah Briant. Memperhatikan setiap inci wajah Briant yang terus menatap lurus kearah Deylora.

Disini yang berperan menjadi suami Deylora adalah Fredy tapi yang sangat peduli teramat dalam adalah Briant.

"Sudah cukup kau memandangi istriku seperti itu tuan Scrott!" Ujur Fredy memecah keheningan.

Tak ada yang dikatakan oleh Briant kepada Fredy. Ia tak peduli apa yang pria itu katakan yang saat ini ia ingin adalah Deylora membuka matanya selebar mungkin.

Bahkan Briant tidak segan-segan menghabisi Fredy dan menguburnya hidup-hidup saat ini. Dirinya tak habis pikir dengan Deylora mengapa bisa memiliki suami bodoh mancam Fredy.

Briant akan terus menunggu dikamar Deylora sampai wanita itu sadar dan pulih kembali.

Krekkkk...

Daniel datang memasuki kamar Deylora. Hanya Fredy yang melihat kedatangan Daniel, Briant tak memperdulikan siapapun yang datang memasuki kamar Deylora. Briant hanya terus memandangi wajah Deylora.

"Ini bajumu" ujur Daniel sambil menyodorkan sebuah koper kecil.

"Apa-apaan ini?" Tanya Fredy heran.

"Dia akan menginap disini sampai batas yang tidak ditentukan. Semua tergantung Deylora" jelas Daniel pada Fredy.

"TIDAK! Tidak akan ku izinkan pria ini menginap disini!" Bantah Fredy.

"Aku adalah suaminya! Tolong hargailah" tambahnya.

"Apa yang harus ku hargai ketika seorang suami tak bisa menjaga keselamatan istrinya?" Briant menatap tajam wajah Fredy. Benar-benar membuat Briant muak.

"Lalu apa yang bisa aku percayai ketika semua rencanamu itu gagal dan mengakibatkan Deylora terbaring lemah tak berdaya dengan semua alat-alat yang melekat ditubuhnya sekarang!" Skak Fredy pada Briant.

"Tutup mulutmu! Kau yang mengakibatkan semua ini terjadi! Aku bisa saja menguburmu hidup-hidup saat ini!" Rahang Briant mulai mengeras ia hampir saja melayangkan tangannya ke arah Fredy.

"Aku tidak setuju dengan ini!" Bantah Fredy sekali lagi.

"Aku tidak peduli denganmu!" Ujur Briant kembali menatap Deylora.

Fredy terlalu keras kepala sama seperti Briant. Daniel hanya terdiam menyaksikan kedua pria dihadapannya yang sedang sibuk merebutkan satu wanita.

'Menang cinta itu buta' batin Danirl sambil menghelakan nafasnya kasar lalu ia pergi meninggalkan Briant dan Fredy.

My Hero is a Man in a SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang