Part 41

10.3K 480 8
                                    

New York

Hari ini adalah masa-masa sulit Deylora. Sejak seminggu yang lalu dirinya menerima kenyataan pahit tentang Briant. Ia memutuskan untuk menjauh dari Briant. Briant menyetujui hal itu. Briant beranggapan jika Deylora juga butuh waktu untuk menjernihkan pikirannya, begitu pula dengan dirinya.

Deylora telah megurung dirinya selama hampir dua minggu lebih didalam kamar. Ia tak ingin makan dan minum. Dirinya hanya ingin sendiri dan hari ini ia memutuskan untuk pergi kesuatu tempat. Dirinya berharap bahwa tempat tersebut akan membuatnya mulupakan Briant.

Tak ada cicin yang melingkar di jari Deylora. Ia telah melepaskannya semenjak dirinya pulang dari California. Wanita itu benar-benar sakit hatinya terasa remuk dan hancur berkeping-keping ia tak mungkin bisa bertahan dengan pertunangannya. Tak ada yang mengetahui soal kejadian itu selain dirinya dan Briant.

"Kau mau pergi kemana sayang?" Tanya Lily pada sang anak.

"Ingin mencari angin diluar" ujur Deylora dengan acuh.

"Jangan pulang terlalu malam. Itu akan bahaya" jelas Lily pada anaknya. Deylora pergi meninggalkan rumah.

Lily bingung mengapa akhir-akhir ini Deylora berbeda. Ia lebih suka mengurung diri, kadang Lily juga sering mendengar di balik pintu jika anaknya itu menangis.

Ia tak tahu pasti apa yang sedang terjadi kepada anaknya. Ia merasa ada sesuatu hal yang tidak beres dan ini berhubungan dengan Briant. Pasalnya pria itu tidak akan mengizinkan Deylora untuk pulang kerumahnya dan stay dalam waktu lama dengan alasan apapun.

Deylora berjalan sampai pada jalan raya yang ramai. Ia mencoba mencari taksi dan memberhentikannya.

Ia pergi menuju salah satu club malam. Pastinya bukan club malam milik Briant. Ia tak sudi berhubungan lagi dengannya.

Tak disangka sepanjang perjalanan Deylora terus memikirkan kejadian waktu itu. Airmatanya terus berjatuhan membasahi pipinya. Ia terus-terusan menghapus air matanya dengan kasar.

Kini dirinya telah sampai didepan club.

"Ini akan membuatku gila! Tetapi aku membutuhkan ini untuk melepaskan semua beban yang ada dipundakku terutama dipikiranku" ujurnya pada dirinya sendiri. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu club.

Tak disangka-sangka hal bodoh itu keluar dari otak Deylora. Untuk pertama kali dalam seumur hidupnya ia masuk ke club hanya untuk menghilangkan rasa stressnya.

Deylora memesan minum beralkohol tinggi. Ia sudah tak peduli dengan hidupnya. Tak ada yang bisa dipertahankan saat ini. Bahkan ia telah kehilangan kehormatannya hanya karda terbuai dengan manisnya perlakuan Briant. Ia benci dirinya yang bodoh.

"Dan sekarang, tidak ada yang akan bisa menerima wanita kotor sepertiku.... Ha Ha Hhahahahaha" ucap Deylora sambil teriak.

Musik yang sangat keras tak akan membuat teriakannya terdengar oleh seseorang.

"Daylora?.." ujur Pria yang menghampirinya.
"Mike?" Deylora bingung mengapa ia bertemu denga pria itu di tempat seperti ini.
"Apa yang kau lakukan disini?" "Apa kau ada masalah?" Tanya Mike kembali pada Deylora.
"I-i- i just drinking" jawab Deylora dengan memperlihatkan minuman yang ada di tangannya.
"Yeahh. I know you drinking. Tapi yang ku maksud adalah apa kau minum karna ada masalah?" Ujur Mike bingung. Ia paham dengan wanita tipe seperti Deylora ini. Kebanyakan wanita polos nan lugu seperti dia ini tak akan menghabiskan waktu hanya dengan minum saja. Ia yakin jika wanita itu memiliki masalah besar.
"Come'on ceritakan padaku. Siapa tau aku bisa membantumu" kata Mike dengan wajah yang siap menerima cerita Deylora.

Deylora tak membalas ucapan Mike. Deylora sudah mabuk. Ia enggan untuk bercerita tentang masalahnya itu akan membuatnya semakin kepikiran. Ia datang untuk melupakan bukan untuk memikirkan.

Sementara dari kejauhan seseorang telah mengintai Deylora. Ia tak habis pikir dengan wanita yang sudah ia kenal selama hampir 2tahun terakhir. Tak biasa-biasanya wanita itu pergi sendirian dengan tujuannya saat ini. Ia sangat khawatir banyak hidung belang yang mengincarnya.

Benar saja pria yang bertemu dengan Deylora di kedai kopi itu menghampiri Deylora. Ia tak tahu apakah Deylora janjian dengan pria itu atau hanya kebetulan saja, yang pasti sekarang dirinya benar-benar marah. Ia takut jika pria itu mengambil ke untungan dalam situasi seperti ini. Bahkan dengan tidak sadarnya Deylora ia mengajak pria itu untuk berdansa dengannya.

Semua mata tertuju pada Deylora-nya. Ia benci dengan pandangan semua lelaki, seakan-akan mata mereka berbicara untuk meminta Deylora melayaninya.

"Shit! Sudah cukup Deylora kau bermain-main. Aku memberimu waktu bukan untuk seperti ini! Jika aku tau kau akan memiliki ide gila ini tak akan ku beri kau waktu untuk sendiri. Sekarang tak ada ampun lagi bagimu! Kau harus jadi milikku" umpat Briant.

Briant jalan menuju tempat dansa dimana Deylora telah membabi buta disana. Banyk pria telah menggodanya. Di tambah perlakuan Mike yang mengambil kesemoatan dalam kesempitan. Briant sudah menduga jika pria itu bukan pria baik-baik.

Briant menarik tangan Deylora dengan kasar. Ia membawa Deylora pergi dari tempat dansa itu.

"Lepaskan!!! Lepaskan aku! Aku disini ingin bersenang-senang kau jangan menggangguku!!!!" Teriak Deylora dengan badan yang sempoyongan.

"Ikut aku pulang!!!!" Seru Briant.

"Tidak! Aku tidak mau pulang denganmu!" Jawab Deylora.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Mike pada Briant sambil melepaskan tangan mereka.

"Kau dengar baik-baik! Aku tunangannya! Aku berhak membawanya keluar dari sini!" Jelas Briant dengan nada tingginya.

"Sudah ku bilang! Meskipun kau tunangannya ataupun suaminya, jangan pernah kasar padanya! Dia lagi tertekan! Di butuh dibebaskan!" Jelas Mike pada Briant.

"Tak usa ikut campur urusan kami! Aku sudah mengintaimu! Kau tak usa mencoba peduli dengannya! Bahkan kau sejak tadi mengambil keuntungan darinya!" Briant pergi membawa Deylora. Ia sudah tidak peduli lagi dengan keparat itu.

My Hero is a Man in a SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang