Part 24

11.1K 596 10
                                    

New-York

Sudah 5bulan belakangan ini Briant terus bolak-balik New York - California hanya demi menghabiskan waktu bersama Elea. Briant senang wanita itu akhirnya menerima Briant dan mencoba berdamai dengan Briant disisa hidup Elea.

Betapa bahagianya Briant bisa menebus semua yang pernah hilang dulu.

"Mommy tak setuju kau menikahinya Briant! Dia hanya wanita pelayan hawa nafsu. Mommy tak ingin memiliki menantu dari seorang pelacur" tegas Deasy.

"Kali ini Daddy setuju dengan mommy-mu" tambah Felix.

"Ayolah mom, dad, ada Elea disini. Sekali saja kau mengertikan perasaannya" ucap Briant yang terus merajuk.

"Briant sudahlah. Tak ada gunanya jika kita terus saja seperti ini. Memang benar apa yang orang tuamu katakan. A-a-aku hanya seorang pelacur pelayan hawa nafsu pria-pria hidung belang. Bahkan aku sudah cukup bersyukur bisa masuk di club milikmu" ujur Elea sambil mengusap airmata yang jatuh di pipi.

"Tidak! Aku mencintamu! Aku akan berjuang demi cinta kita" jawab Briant dengan mantap.

"Cukup Briant! Hentikan omong kosongmu! Bawa wanita ini keluar dari rumahku! Aku tak mau melihat dirinya lagi! Gara-gara wanita ini, kau terus membangkang pada orang tuamu!" UcapFelix yang murka di tengah-tengah obrolan tersebut.

"Briant"
"Briant" masih tak ada sahutan. Deylora mencoba mengguncang badan Briant agar pria itu tak terus menerus melamun.

"Ya ada apa Elea?"
"Elea?" "Siapa Elea, Briant?" Tanya Deylora sambil menyerigai Briant.
"Uhm I'm sorry Babe dia hanya klien-ku" ujur Briant dengan raut wajah yang mencoba untuk tenang, supaya Deylora tak curiga padanya.

"Bagaimana bisa? Kau sedang bersamaku tetapi pikiranmu kepada pekerjaan Briant. Apa kau ada masalah dengan pekerjaanmu?" Tanya Deylora yang masih curiga.

"Tidak Deylora. Semua akan baik-baik saja. Setelah ini akan ku urus semuanya" jawab Briant pada Deylora.

Briant pergi meninggalkan Deylora sendiri di meja makan.

"Apa yang terjadi dengannya" "sudah beberapa bulan ini tingkahnya sangat aneh" "kadang begitu manis kadang juga sering acuh" Deylora kesal. Briant yang ia kenal sekarang bukan Briant yang dulu.

Deylora sebetulnya merasakan sesuatu yang tidak beres dengan Briant. Feeling-nya mengatakan bahwa ada wanita lain yang Briant sedang jaga. Jika benar feeling Deylora maka dirinya akan bersiap-siap untuk hancur sehancur-hancurnya.

Tak sadar Deylora pun meneteskan airmatanya.
"Apa ini" "tidak, aku tidak boleh cengeng" "sebaiknya sebelum semuanya terjadi, aku harus pergi dari sini" "aku tak ingin jika nantinya aku akan menerima kenyataan bahwa aku akan di campakkan oleh Briant" ucapnya lalu pergi meninggalkan meja makan.

Saat malam datang. Deylora berkemas-kemas untuk segera meninggalkan mansion Briant. Kali ini Deylora kabur dengan sangat gampang karna Briant sudah meninggalkannya untuk rutinitas yang tak pernah ia tau kemana Briant pergi. Pria itu selalu pergi disaat dirinya sedang tertidur lelap dan kembali sehari setelahnya, begitu terus sampai pada saat ini.

Deylora akan pergi sejauh yang ia bisa. Ia tak ingin Briant menemukannya. Deylora menco mengiklaskan Briant untuk pergi.

"Pada akhirnya, aku hanya satu dari sekian orang yang dicampakkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan dan jabatan" ujur Deylora malas.

Deylora pergi membawa tas ransel kecil miliknya. Dengan berat hati ia harus meninggalkan pria yang ia cintai.

Sejujurnya Deylora benar-benar bahagia dengan kehadiran Briant didalam hidupnya. Tidak ada pria yang bisa menaklukkan hati Deylora kecuali Briant-nya.

"Kalaupun Tuhan kirimkan Briant untuk menemaniku di hari-hariku, aku yakin kita akan dipertemukan kembali" Ujur Deylora dan lagi-lagi meneteskan air matanya.

Deylora memang tak pernah menunjukkan kesedihannya ke orang lain. Ia harus terlihat kuat di mata semua orang, ia tak mau dianggap lemah dan diremehkan. Tetapi ketika semua orang pergi meninggalkannya disanalah dia dengan kesedihannya. Deylora bisa menangis sejadi-jadinya bahkan ia bisa menangis dalam diam.

My Hero is a Man in a SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang