Deylora yang baru saja pulang dari bekerja langsung dibuat kaget dengan kehadiran madam Jeyner.
"Bagus jika kau pulang dengan cepat, Deylora" ucap Mark, ayah Deylora.
"Cepat serahkan uang jatuh tempomu padaku!" Perintah Mam Jeyner sambil menagih hutangnya.
"Deylora! Cepat serahkan uangnya!" Perintah Mark
"Aku tak memiliki uang sebanyak itu ayah" ucap Deylora pasrah. Memang ia tak dapat membayar hutang ayahnya pada madam Jeyner. Pernikahannya telah hancur. Toko roti milik ibunya pun sudah tak seramai dulu.
"Lalu? Solusinya bagaimana?" Tanya madam Jeyner sambil melipat kedua tangannya.
"Sudah, bawa saja anak tak berguna ini untuk melunasi semua hutangku. Pekerjakan dia sesuka hatimu" jelas Mark pada madam Jeyner.
"Apa maksudmu ayah? Kau menjualku padanya untuk melunasi semua hutangmu? Dosa apa yang aku tanggung ayah? Kau yang memiliki semua hutang itu. Kenapa harus aku yang menanggung semuanya? Aku menjaga tubuhku untuk suamiku kelak bukan untuk dirusak oleh pria-pria hidung belang diluar sana!" Bela Deylora yang sudah meneteskan airmatanya.
"Ada apa ini?" Tanya Lily, ibu Deylora yang tiba-tiba muncul dengan kursi rodanya.
"Sudah jangan banyak bicara! Bawa dia pergi, telingaku sudah ingin meledak dengan semua masalah ini" ucap Mark pada semua orang yang ada disitu.
"Baiklah. Semuanya ku anggap lunas" ucap mam Jeyner pada Mark.
"Kalian berdua bawa wanita itu" ucap madam Jeyner pada kedua bodyguard-nya.
"Tidakk!!! Deylora!!! Jangan bawa putriku!!!" Teriak Lily.
Dalam perjalananan madam Jeyner disibukkan dengan handphone yang sedang ia pegang. Ia mencoba mencari-cari dimana ia menyimpan kontak rekan bisnisnya.
"Briant! Kau dimana? Aku memintamu untuk datang ke club untuk melihat wanita-wanita yang baru saja kau pesan padaku untuk bekerja di club milikmu" ucap madam Jeyner pada seseorang yang sedang ia telepon.
"Iya Briant darling! Sekarang! Aku tak mau menunggu terlalu lama karna aku juga sama sibuknya sepertimu!" Ucap madam kembali lalu memutuskan sambunagn tlp tersebut.Tak sampai disitu mam Jeyner pun mencoba mengotak-atik ponselnya kembali, ia mengangkat kembali handphone miliknya ke arah telinga miliknya.
"Halo? Apa kau sudah menyiapkan semua pesanan Briant?" Tanyanya pada seseorang di sebrang tlp.
"Bagus, aku tunggu di club milik Briant" ucapnya kembali lalu memutuskan tlp tersebut.Deylora tau ia ingin dibawa kemana. Hatinya tak tenang. Ia terus menangis. Ia tak ingin di jual pada orang yang bernama Briant. Demi apapun Deylora ingin memohon pada Briant nantinya, ia ingin melakukan apapun tapi bukan untuk bekerja sebagai pelacur.
Sesampainya mereka di club. Deylora di kagetkan dengan wajah Briant yang tampan. Dalam bayangan Deylora, Briant adalah lelaki tua berhidung belang yang suka membeli banyak wanita untuk di pekerjakan di club miliknya. Ternyata dugaannya salah, Briant terlihat muda dan tampan tapi sayang, faktanya memang tak mengubah semuanya. Briant tetaplah bajingan, ia adalah lelaki yang suka mempekerjakan wanita sebagai pelacur.
"Tunggu!" Cegah Briant pada Deylora.
Deylora hanya berbalik badan dan menatap Briant bingung, lalu Deylora menundukkan kepalanya.
Briant mendekati Deylora. Kini jarak mereka semakin dekat.
"Siapa namamu? Aku lupa" tanya Briant.
Deylora sebenarnya benci dan muak. Kalau saja ayahnya tak memberikannya pada madam Jeyner untuk melunasi hutang-hutangnya sudah pasti Deylora tak berada disini, di tempat ini.
Briant memegang dagu Deylora, Deylora mengira Briant akan berbuat macam-macam padanya sehingga ia menepis tangan Briant.
"Apa tuan tuli? Mam Jeyner sudah membacakan semuanya tentangku!" Seru Deylora menantang.
Briant bertepuk tangan seraya menghorekan ucapan Deylora.
"Kau ikut aku sekarang!" Seru Briant menarik tangan Deylora.
Briant memasukkan Deylora kedalam mobil ferrari miliknya.
Tak butuh waktu lama untuk Briant sampai pada tujuannya.
"Kau turun sekarang!" Perintah Briant pada Deylora.
Dalam pikiran Deylora, Briant akan berbuat macam-macam di mansion yang ia tidak ketahui itu mansion milik siapa.
Ketika Briant ingin keluar dari mobil miliknya dengan cepat Deylora menarik lengan Briant.
"Tunggu!" ucap Deylora pada Briant.
Briant yang berniat ingin keluar kembali masuk kedalam mobil.
"Ada apa?" Tanya Briant bingung sambil mengangkat salah satu alisnya.
"Ku mohon jangan apa-apakan aku. Aku terpaksa melakukan ini, ayahku yang menjualku pada madam Jeyner. Ku mohon aa aku mau bekerja apa saja asal jangan menjual diriku di club milik mu pada pria hidung belang" jelas Deylora sambil segukan.
Entah sudah ke berapakalinya Deylora menangis karena nasib yang tidak sedang berpihak padanya.
Briant tertawa melihat tingkah laku Deylora. Setelah sepersekian detik ia tertawa akhirnya Briant memutuskan untuk menghapus air mata wanita itu.
"Akan ku pertimbangkan semuanya. Sekarang cepat kau keluar dari mobilku! Mereka sudah menungguku lama" ucap Briant pada Deylora.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hero is a Man in a Suit
Romansa[[Belum diRevisi]] [[Completed]] 21+ Cerita ke 2 aku. Ini berhubungan dengan cerita pertama aku. Kalo kalian bingung kalian bisa baca cerita pertama aku dulu. --------------------------------------------------------------------- Deylora Lunix adal...