Part 43

10.2K 497 13
                                    

"Mau kemana kau?" Tanya Briant pada Deylora.

"Aku ingin pulang! Tak seharusnya aku berada disini" ujur Deylora sambil mengambil tas miliknya yang berada di sofa.

Tidak! Tak ku izinkan kau untuk pulang!" Jawab Briant dengan nada yang sedikit mengeras.

"Untuk apa aku disini. Pertunangan kita sudah usai. Aku bercinta denganmu bukan berarti aku memaafkan dirimu dan menerimamu kembali!" Jelas Deylora dengan mata yang tajam.

"Apa maksudmu? Kau menikmatinya bukan? Lalu mengapa kau seperti ini sekarang?" Tanya Briant pada Deylora.

"Aku tak bodoh Briant! Untuk apa aku menolak? Toh aku juga sudah kotor! Kau bebas menikmatiku bukan? Bukannya kau telah membayarku untuk itu? Kau lupa dari mana asal usulku bertemu denganmu?" Jelas Deylora. Ucapan Deylora menghujam jantung Briant. Briant berfikir jika Deylora benar-benar akan kembali padanya setelah adegan panas tadi pagi.

Tak ada jawaban dari Briant. Briant hanya mencerna ucapan Deylora. Apa yang Deylora katakan benar. Briant memang telah membeli Deylora dari madam Jeyner. Tak ada yang salah dengan perkataannya. Tapi sesungguhnya bukan itu yang Briant inginkan.

Deylora pergi meninggalkan Briant yang masih diam diposisinya. Sejujurnya bukan itu maksud Deylora. Deylora memang benar mencintainya. Tak dipungkiri Ia juga menikmati adegan panas bersama mantan tunangannya itu, tetapi sudah cukup ia di khianati oleh Briant.

Deylora sudah tak ingin memiliki urusan dengan mantan tunangannya. Semenjak ia pergi ke club malam itu, Deylora sudah memutuskan untuk tak kembali pada Briant.

'Anggap saja tadi pagi itu adalah perpisahan untukmu dan juga diriku' ujur Deylora dalam hati.

Deylora tak sebodoh itu akan kembali kepelukan Briant. Ia masih tak terima ternyata Briant adalah pria yang sudah berkeluarga. Deylora benar-benar sudah masuk terlalu dalam kedalam kehidupannya. Sudah cukup dirinya hidup menderita dengan seorang bapak yang pemabuk dan suka berhutang.

Sejujurnya ia tak snaggup dengan kehidupannya sekarang. Jika ia disuruh memilih ia akan memilih untuk hidup dalam damai dengan melanjutkan kedai rotinya hingga sukses.

Deylora pergi meninggalkan mansion Briant. Briant mencoba mengejar wanita itu.

"Deylora tunggu!" Ucap Briant memanggil pemilik nama tersebut.

Tak ada jawaban dari Deylora ia terus berjalan semakin jauh dan jauh.

Briant terus mengejar Deylora, sampai ia dapat meraih tangannya.

Tubuh Deylora telah berbalik menghadap Briant. Briant melihat pemandangan tak enak di wajah Deylora. Deylor ternyata berlari dengan air mata yang bercucuran dipipinya. Ia tak menyangka jika Deylora benar-benar sesedih itu.

"Tunggu!" Ucapnya sambil memegang kedua bahu Deylora. Dengan cepat Deylora melepaskan kedua tangan Briant yang berada dibahunya.

Briant memeluk Deylora. Ia benar-benar meminta maaf atas semua perilakunya.

"Cukup Briant! Lupakan aku! Jangan kau harap 3rondemu itu akan berkembang didalam rahimku!" Seru Deylora sambil berteriak diwajah Briant.

Briant masih terus terdiam mendengarkan Deylora mencaci-makinya. Ia siap dicaci-maki oleh Deylora. Ia pantas mendapatkan itu.

"Aku tak sebodoh itu Briant! Tak mungkin aku pergi ke club tidak mempersiapkan diriku! Sebelum aku berangkat aku sudah lebih dulu meminum birth control pills! Jangan harap apa yang kau tanam akan tumbuh dan berkembang di dalam rahimku!" Jelas Deylora pada Briant. Ia pergi berlari sejauh mungkin dari hadapan Briant.

Briant tak menyangka jika Deylora tidak semudah itu dibodohi. Ia benar-benar takjub pada wanita itu. Harusnya dirinya tak perlu repot-repot menjaga Deylora. Deylora bisa menjaga dirinya sendiri.

"Harusnya kubiarkan kau pergi sejauh mungkin meninggalkanku. Tetapi hatiku tak mampu meninggalkanmu Deylora" ujurnya lirih. Ia tak tau harus bagaimana lagi.

Cintanya telah kandas di tengah jalan. Padahal sedikit lagi dirinya akan benar-benar mendapatkan Deylora. Hidupnya akan bahagia bersama dengan anak Elea.

My Hero is a Man in a SuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang