Untuk pertama kalinya di SMA, setelah hampir tiga tahun Key masuk ruang BK hanya karena seseorang yang selalu dilindungi pacarnya dengan iming-iming sepupu. Disaat seperti inipun, Rey tetap membela sepupu kesayangannya itu. Key berjalan keluar dari ruang BK dengan wajah basah akibat terjadi siram-siraman dengan Maya saat mereka berkelahi tadi.
"Key..." Rey menahan tangan Key.
"Lepas..." Key menatap tajam Rey, dia benar – benar kesal melihat wajah Rey yang sekarang.
Rey tidak melepaskan tangannya dan malah menarik Key menjauh dari ruangan BK, Rey membawa kebelakang sekolah yang sepi.
"Apa ?!" Bentak Key.
"Lo kenapa sih ? Selalu berantem kalau ketemu, emosi lo diatur dong !"
"Lo juga diatur dong ! Lo kalau ketemu Wira juga sama, pasti mau lo pukul."
"Itu beda, lo nggak ngerti masalah cowok."
"Lo juga nggak ngerti masalah cewek !"
"Lo nggak pernah jelasin sama gue."
"Gue udah jelasin !!! Lo selalu nyalahin gue, lo sadar nggak ?! Dari pertama gue punya masalah sama Maya, lo mana pernah belain gue ? Gue kira kita pacaran bertahun-tahun, lo bakalan ngerti sama gue."
Air mata Key mulai runtuh, dia tidak ingin lemah hanya karena masalah ini. Tapi dia tidak tahan jika terus begini, Rey juga terdiam dengan kalimat yang dikatakan Key. Mereka terdiam dan sedang berpikir sejenak.
"Gue sama Maya udah dekat dari kecil karena kita sepupu, apalagi semenjak orang tuanya sudah nggak ada. Gue selalu disisinya, gue selalu menjaga dia, dia juga mulai tergantung sama gue dan keluarga gue. Apa salahnya jika gue sayang sama dia sebagai adik ?"
"Tapi dia sayang sama lo sebagai laki-laki, bukan sebagai kakak sepupunya. Dia itu sakit jiwa !!!"
"Gue tahu..." Rey langsung menghela nafasnya.
Key terkejut dengan pernyataan Rey, selama ini Rey tahu kalau Maya punya rasa sama Rey. Tapi kenapa dia malah memberi celah untuk Maya.
"Wah... Sekarang gue yang merasa konyol ada didekat kalian, lo tahu dia suka sama lo dan lo malah memberi celah ke Maya ? Lo juga sakit jiwa ?!" Bentak Key.
"Gue mau Maya sembuh, lo tahu kenapa dia ada disini ? Di kabur dari pusat rehabilitas, gue tahu dia mengalami brother complex dan mama gue juga tahu itu. Tapi mama gue nggak tahu, kalau sebenarnya gue juga tahu."
"Gue makin nggak ngerti sama jalan pikir kalian, dia itu sakit. Lalu kenapa malah beri perhatian lebih yang mungkin aja membuat dia bakalan dapat harapan dari lo."
"Dia sendiri, dia nggak punya siapa-siapa. Apa lo tega ?"
"Kalau lo nggak tega, pacaran aja sana sama sepupu yang lo sayang. Disaat kita putus, mungkin sepupu lo yang gila itu bisa sembuh."
Key langsung berlari meninggalkan Rey, Rey hanya diam memandang kepergian Key. Dia tidak bisa menahan, karena dia tahu jalan yang telah diambilnya adalah jalan yang salah.
***
Seminggu sudah, semenjak kejadian perkelahian Maya dan Key. Rey dan Key seperti orang yang tidak saling kenal, mereka seperti orang yang tidak pernah memiliki hubungan. Key terdiam dikamarnya, dia memandang kalung yang diberikan Rey lalu mengedarkan pandangan keseluruh kamarnya yang makin lama terlihat seperti kamar Rey dengan berbagai macam aksesoris kaktus. Key tersenyum kecut, dia memikirkan hubungannya dengan Key selanjutnya.
"Yang dekat kayak gini aja, gue masih belum bisa percaya. Dia juga pasti mikir gitu, apalagi nanti kalau sampai LDR ? Disaat kayak gini, putus emang pilihan paling benar nggak ya ?"
Tukang Kaktus
Lo ada waktu ?
Sekarang ?
Besok.
Ada.
Bisa kita ketemu ?
Kalau buat putus,
gue nggak ada waktu.
Ada yang mau gue
omongin. Penting !
Oke, nanti gue
jemput. Jangan nolak
Iya.
Key menatap layar handphonenya, apa dia siap kehilangan ? Apa dia siap meninggalkan zona nyamannya ? Apa dia siap dengan hal yang baru ? Tetapi jika dia mempertahankan, hubungan mereka makin tidak sehat.
(To Be Continue)
Whohohoho Plot Twist :)
Ternyata Rey juga tahu kalau Maya suka sama diaaa 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA NYAMAN
Short Story"Berduri kayak kaktus. Kaktus nomor 1, gue nomor terakhir. Level gue lebih rendah daripada kaktus. Gue kalah saing sama kaktus nya yang penuh duri itu." -Key Melodi Putri- "Sampai kaktus gue mati gara-gara lo, gue botakin kepala lo. Bodo amat mau p...