"Berduri kayak kaktus. Kaktus nomor 1, gue nomor terakhir. Level gue lebih rendah daripada kaktus. Gue kalah saing sama kaktus nya yang penuh duri itu."
-Key Melodi Putri-
"Sampai kaktus gue mati gara-gara lo, gue botakin kepala lo. Bodo amat mau p...
Kehidupan cinta mereka memang kandas ditengah jalan, tetapi kehidupan lainnya masih terus berjalan. Dunia cinta mereka memang patah, tetapi dunia yang lain masih berjalan. Kehidupan mereka masih berjalan dengan jalan masing-masing, tidak ada yang hancur. Hanya saja berbeda, tidak utuh seperti dahulu kala. Tapi tidak apa-apa, karena semua akan pulih kembali seiring berjalannya waktu.
"Sudah lama ya..."
"Semenjak itu, kita fokus ujian dan untuk mimpi masing-masing."
"Gue dengar dari Gilang, lo pilih psikiater ? Nggak jadi ngambil bisnis ?"
Rey mengangguk untuk jawaban pertama dan menggeleng untuk jawaban kedua, mereka sama-sama diam dan memandang langit malam yang penuh bintang. Rey merindukan kebersamaan mereka dan Key juga merindukan hal yang sama, tapi keputusan mereka sudah bulat. Mereka pasti bisa menjalaninya, ini pilihan mereka dan tidak ada kata untuk menyesalinya.
"Lo gimana ? Pacaran sama Wira ?"
"Gila ya lo ? Emang gue move on secepat itu ?"
Mereka berdua terkekeh, memang canggung tetapi mereka mencoba untuk mencairkan suasana yang lama tidak mereka berdua dapatkan.
"Gue besok berangkat ke Yogyakarta..."
Rey mengeluarkan barang yang sedari tadi disimpannya dan memberikan kepada Key, Key hanya tertawa melihat barang tersebut.
"Lo nggak punya apa-apa selain kaktus ya ?" Tanya Key.
"Itu harta gue yang paling berharga."
"Iya deh, makasih ya."
Key juga mengeluarkan sesuatu dari saku hoddienya dan mengeluarkan gantungan kunci berbentuk cupcake.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue cuma punya ini, mau nggak ?"
Rey hanya terkekeh dan mengambil barang pemberian Key dengan bahagia, dia langsung memasangkan kepada kunci motornya.
"Makasih..."
"Sama-sama."
Mereka kembali berdiam diri sampai Rey menghela nafasnya karena ada panggilan yang sering terjadi akhir-akhir ini, Rey berpamitan dengan Key.
"Gue nggak bisa ikut antar lo ke stasiun kereta, lo nggak apa-apa kan ?"
"Gue bisa kok sendiri, tenang aja."
Rey merentangkan tangannya dan menunggu kehadiran Key, Key mendekat dan memeluk tubuh Rey.
"Baik-baik ya dikota orang."
"Lo juga baik-baik dikota sendiri."
***
Kinan dan Key sedang berpelukan erat, hari ini Key berangkat untuk melanjutkan pendidikannya. Di stasiun kereta sudah berkumpul Bunda Key, Mama Rey, Kinan, Farel, Gilang, dan Wira yang mengantarkan kepergian Key. Tetapi seseorang yang seharusnya berada disana dan mengantarkan Key tidak terlihat sama sekali. Bukan berarti dia menghilang dengan sengaja, tetapi waktunya benar-benar sama. Kali ini pilihan laki-laki tersebut menemani Maya yang akhirnya sudah siuman.
"Sering beri kabar ya, kalau ada libur gue kesana kok." Ucap Kinan.
"Hati-hati ya Key." Ucap Farel.
"Jaga diri lo, jangan aneh-aneh disana." Ucap Gilang.
Wira tidak berbicara banyak dan hanya memeluk Key erat, biasanya Wira akan banyak omong. Tapi sedari tadi dia diam saja.
"Kalau lo perlu tempat berkeluh kesah, gue siap." Bisik Wira disela pelukan mereka.
"Tante bakalan kangen banget sama kue buatan kamu."
"Bunda juga bakalan kangen banget sama tukang cupcake kebanggaan bunda."
Key tersenyum lebar mendengar kata "Tukang Cupcake" , dia mungkin akan merindukan panggilan yang sudah lama tidak didengarnya. Key memeluk Bunda dan Mam Rey secara bersamaan dengan erat.
"Key pamit ya, sampai jumpa lagi..."
Key berjalan menuju keretanya dan memegang kaktus yang tadi malam diberikan oleh Rey, dia tersenyum tetapi bulir bening menetes dari matanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia tidak bisa menyesal dengan pilihannya, karena ini sudah menjadi pilihannya. Seiring waktu berjalan, semua akan menjadi biasa-biasa saja.
***
Rey memandang jam yang ada dihandphonenya, dia hanya bisa tersenyum karena ada notifikasi dari seseorang yang selalu dianggap olehnya sebagai rival.
Wira
Dia udah berangkat
"Rey..."
Rey langsung berdiri dan menghampiri Maya untuk melihat kondisi Maya yang mulai pulih, Maya menatap Rey karena mata Rey berkaca-kaca. Maya sadar mata itu bukan untuknya saat ini, Rey mengingat yang lain.
"Key---"
"Lo menang..." Rey dengan cepat memotong ucapan Maya.
"Aku haus."
Rey dengan sigap keluar dari ruangan Maya untuk mencari air minum karena tidak ada air diruangan Maya. "Gue kalah..." Gumam Maya dan air mata Maya mulai menetes, tangan gadis itu memegang gelangnya yang tidak pernah dilepasnya walaupun pertemanan yang dibangunnya sudah dilepaskannya.