Setelah pertemuan dicafe, Key dan Rey mulai menyempatkan waktu untuk bertemu. Sekedar makan bersama sampai berbincang tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi jika ditanya tentang hubungan mereka sekarang, mereka juga tidak tahu. Hanya kembali nyaman saja tanpa tahu status mereka sekarang apa.
"Key, gue ajak Arin ya makan bareng. Tapi kalau nggak boleh, nanti gue bilang."
Rey melihat raut wajah Key dan menganalisa apakah Key akan murka, karena dia tahu sifat Key bagaimana. Tapi saat di café, Key biasa saja dan tidak melakukan hal yang membuat keributan.
"Boleh, ajak aja." Key tersenyum manis dan tanpa rasa curiga, Rey hanya mengangguk.
"Lo harus jaga sikap bar-bar lo, kita mainkan sebuah drama. Jangan mudah terpancing emosi, lo pasti bisa. Bersikap baik dan menerima apa aja, sampai ularnya keluar sendiri. Lo bisa playing victim nggak ?" Tanya Maya.
"Lo ajarin lah, kan lo ratunya playing victim." Jawab Kinan.
"Kurang ajar lo. Ini emang nggak baik, tapi yaudahlah coba dulu aja."
"Jadi gue harus licik ?" Tanya Key.
"Jahatnya sih gitu."
"Lo aja deh yang bantuin ambil Rey."
"Kalau gue yang ambil, nggak bakalan gue balikin ke lo."
"Jadi teman lo emang gak waras ya."
"Emang."
Key tersenyum mengingat tips dan trik dari Maya, walaupun Kinan dan Maya aneh dengan mendukung hal yang tidak baik ini. Tapi Key ingin mencobanya, Key tidak ingin kehilangan lagi. Sudah cukup permainan rasa empati, kali ini dia ingin egois dan tidak akan melepaskannya.
"Aku boleh gabung kan ?"
"Boleh." Jawab Key.
Mereka saling berbincang, sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Key jadi bingung juga ingin mengambil celah darimana untuk mengetahui watak asli perempuan ini.
"Berteman dengan Key ya Rin, walaupun anaknya galak. Tapi dia baik kok, lo kalau kesepian disini main sama dia aja. Masa main sama gue terus." Celetuk Rey.
"Jadi kamu nggak mau main sama aku lagi ?" Tanya Arin.
"Kan kalau main sama gue, pasti ketemu sama Key. Kecuali kita udah balik ke Jakarta. Bakalan susah ketemu Key."
"Oiya, Key temannya Maya dan Kinan juga ?" Tanya Arin.
Key hanya mengangguk sambil mengunyah makanannya, sampai dia tersadar sesuatu. Dia kenal Maya karena sepupu Rey. Tapi kenal Kinan bagaimana ? Kinan saja tidak kenal dengan Arin. Apa Arin menyelidiki seluruh orang yang dekat dengan Rey.
"Lawan yang hebat juga." Batin Key.
***
Key memutar bola matanya malas, dia terjebak di mall bersama dengan Arin. Setelah mereka sering bertemu, Arin mulai menjadi dekat dengan Key. Arin jadi sering minta ditemani untuk berjalan-jalan. Dan bodohnya Key, dia mau saja diajak karena dia ingin membuka sisi licik Arin. Tapi belum ketemu, jadi dia resah sendiri. Wira juga selalu tertawa jika Key habis menghabiskan waktu dengan Arin. Wira bilang, mungkin Arin tidak seburuk yang Key pikirkan.
"Key, biasanya cowok suka apa ?"
"Nggak tahu."
"Kamu kan sering beri sesuatu sama Rey, kamu biasanya beri apa ?"
"Kaktus."
"Ohh Kaktus."
Mata Key melirik Arin yang sedang memilih-milih barang, tetapi Key langsung tersadar. Kenapa Arin mencari barang-barang yang ada motif Kaktusnya. Key langsung terdiam, apakah Arin ingin memberi Rey hadiah.
"Key, kalau cewek menyatakan perasaannya sama cowok duluan gimana ?"
"Nggak boleh !"
Arin tersentak karena Key berteriak tegas sambil menatap tajam Arin, Arin hanya tersenyum menatap Key karena bingung dengan sikap Key yang mendadak berubah.
"Rin, gue pusing banget. Gue boleh pulang duluan nggak ? Atau kita pulang bareng ?"
"Aku cari hadiah dulu, aku bisa pulang sendiri kok. Kamu kalau mau pulang duluan nggak apa-apa kok."
"Maaf banget ya Rin.."
"Iya, hati-hati Key. Cepat sembuh."
Key hanya tersenyum miris, kenapa mereka terlihat sama-sama licik. Key tidak bisa mengatur emosinya, dia kira akan semudah hari-hari sebelumnya. Tetapi saat mendengar Arin ingin menyatakan perasaannya, Key tiba-tiba takut. Mungkin saja Rey akan menerimanya, mana tahu isi hati orang. Apalagi selama Key tidak disisi Rey, Rey mungkin saja dibahagiakan oleh orang lain yang selalu disisinya.
(To Be Continue)

KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA NYAMAN
Short Story"Berduri kayak kaktus. Kaktus nomor 1, gue nomor terakhir. Level gue lebih rendah daripada kaktus. Gue kalah saing sama kaktus nya yang penuh duri itu." -Key Melodi Putri- "Sampai kaktus gue mati gara-gara lo, gue botakin kepala lo. Bodo amat mau p...