Semua terjadi begitu saja, takdir yang mempertemukan mereka dan takdir juga yang memisahkan mereka. Sudah sekitar 20 menit, Key duduk menatap Maya yang terbujur kaku dengan oksigen dan peralatan lainnya. Situasinya sama seperti waktu itu, tepat dimana terakhir kali mereka bertemu sebagai seorang teman.
"Loh ? Kaki Maya kenapa ?" Mata Key menatap Rey menunggu jawabannya.
"Kata dokter cuma terkilir."
"Sampai pakai tongkat kayak gini ?" Maya hanya mengangguk.
"Kalau ada apa-apa, panggil ya. Jangan nyusahin Key."
"Nggak apa-apa lagi, biar aku aja yang urus. Apalagi sama-sama cewek, kamu mau ke toilet cewek ?"
"Yaudah, tapi tetap harus bilang juga kalau kamu kesusahan."
"Gampang...Ayo Maya..."
***
Hari demi hari Maya bergantung kepada Rey, Maya lebih banyak menghabiskan waktu dengan Rey dibandingkan dengan Kinan dan Key. Key memaklumi, karena Maya adalah sepupu Rey. Jadi Key tidak mengambil pusing dan tidak mempersalahkan ketergantungan Maya kepada Rey.
"Kamu bilang sendiri, aku nggak mau jadi tukang ngadu." Sinis Kinan.
"Kinan..."
"Apa ?"
"Kali ini aja, tutupin rahasia aku... Lagi."
Kinan menutup pintu toilet cewek dan berjalan cepat meninggalkan toilet cewek tersebut dan berpapasan dengan Key.
"Mau kemana Key ?!" Tanya Kinan.
"Kaget ! Kenapa sih ngomongnya ngegas gitu. Mau buang air kecil."
"Jangan !!!"
"Ini kalau gue ngompol gimana ?"
"Ke toilet guru aja." Kinan langsung menarik tubuh Key menjauhi toilet cewek, seperti biasa Key ngomel-ngomel. Tetapi Kinan tetap memaksa sambil menulikan telinganya.
"Ini sebenarnya aku teman siapa sih ?" Batin Kinan.
***
"Aku ke UKS dulu deh..."
"Katanya mau pulang ?"
"Aku mau minta maaf sama Maya, Rey wajar aja marah sama aku. Sudah tahu kaki Maya lagi sakit, malah aku ajak ke kantin. Akhirnya jatuh kan dia, kamu juga lihat kan tadi."
"Udahlah, nanti juga diurus Rey. Pulang aja..."
"Rey !!!" Teriak Key, tetapi Rey berlari melewati Key karena tidak mendengar suara Key.
Key pun berinisiatif untuk ke UKS, Kinan hanya mengikuti temannya tersebut dan sesampai di UKS. Key mendapatkan sebuah kejutan dari Maya, dia melihat Maya berjalan tidak memakai tongkat dan tidak kesakitan. Dia terlihat sangat sehat dan baik-baik saja, Kinan yang berada dibelakang Key hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Mau jelasin sesuatu ke aku ? Aku mau kok dengar penjelasan kamu." Key berusaha menjaga emosinya dan ingin menerima penjelasan dari Maya.
"Aku suka dengan Rey, bukan sebagai kakak sepupu. Tapi, kamu pasti ngerti."
"Tiba-tiba ?"
"Bukan tiba-tiba, aku kayaknya nggak perlu pakai topeng lagi. Aku cuma cari perhatian aja sama kalian terutama sama Rey."
"Rey harus tahu ini, ini nggak benar."
Key berbalik dan keluar UKS, Maya berlari untuk mencegat Key. Sedangkan Kinan hanya diam, karena ini adalah masalah mereka. Key dan Maya harus menyelesaikan masalah mereka, Kinan hanya bisa memantau saja.
"Jangan macam-macam !!! Kamu punya segalanya, sisakan Rey aja... Aku mohon, aku cuma perlu Rey."
Maya menahan tangan Key, tetapi tidak ada belas kasihan dari sorot mata Key. Key juga egois, dia tidak mau berbagi rasa yang dimiliki Rey untuk orang lain walaupun itu orang terdekat Rey.
"Kamu gila, kamu nggak waras..."
"Kamu dan Rey selalu asik bersama, Kinan juga tidak terlalu suka main dengan aku. Aku hanya perlu Rey, berikan Rey untuk aku. Kamu merebut posisi aku ditempat Rey."
"Aku nggak pernah merebut, karena posisi itu memang bukan milik kamu."
Key mendorong Maya perlahan untuk menjauh darinya, tetapi Maya berlari menarik Key agar tidak mencari Rey. Terjadilah perkelahian antara kedua gadis itu, Kinan langsung dengan sigap memisahkan mereka berdua. Tetapi naas, Key tidak sengaja mendorong Maya terlalu keras dan Maya terjatuh dari tangga disaat Rey datang.
"Maya !!!" Kinan, Key dan Rey berteriak bersama.
"Sudah lama disini ?"
Key tersentak dari lamunannya dan mendapati Rey datang, sama seperti dahulu. Rey akan fokus mengurusi Maya, waktu dulu mereka sempat break karena Rey mengurusi Maya. Sekarang, mereka tidak break. Hanya saja rasa asing itu mulai kembali, mereka berdua diposisi yang sama. Yaitu sama-sama merasa bersalah dengan orang yang sama pula.
"Rey, kita sudah kelas 3 dan sebentar lagi kita akan mengejar impian kita masing-masing. Gue rasa, kita jalani aja dulu masing-masing. Sampai semuanya normal kembali."
"Gue nggak mau, kita bisa kok jalani semuanya dengan normal."
"Gue nggak bisa, gue menyerah dengan hubungan kita."
"Key... Lo kira selama ini gue nggak capek sama hubungan kita ? Gue capek, gue juga sempat bosan. Lo ngerti nggak sih kenapa kita bisa sampai sejauh ini---"
"Gue ngerti, maka dari itu... Kita jalan masing-masing aja dulu, ini baik untuk kita kedepannya. Hidup ini nggak tentang cinta aja, lama-lama kita jadi egois dan cara mempertahankannya jadi salah."
"Lalu buat apa semua yang kita jalani selama beberapa tahun ini ? Lo nggak mikirkan rencana kedepannya ?"
"Justru gue mikir, kita jalani sendiri- sendiri aja dulu. Kalau memang jodoh, lo harusnya percaya."
"Kalau kita jalan sendiri-sendiri, apa lo yakin nggak bakalan bisa kembali ?"
Key terdiam, dia sebenarnya takut. Dia tahu, mungkin aka nada yang membuat dirinya berpaling suatu saat nanti.
"Lo juga nggak yakin kan ?! Lo juga ragu ! Gue nggak mau, kita tetap pertahankan hubungan kita."
"Lo ngerti nggak sih ?! Lo lihat Maya sekarang ? Dia terbujur kaku kayak gitu gara-gara siapa ? Gara-gara gue !!! Lo juga tahu itu..."
"TERUS LO MAU GUE PACARAN SAMPAI NIKAH SAMA SEPUPU GUE ?!"
"Bukan... Lebih baik kita jalan sendiri-sendiri aja, gue harap lo menerima keputusan gue. Makasih karena selalu berusaha menjadi seperti ayah gue."
Key memeluk tubuh Rey, air matanya mulai membasahi pipi. Begitu juga dengan Rey, bulir-bulir bening yang sedari tadi dia tahan akhirnya membasahi pipinya juga. Dia benar-benar tidak bisa mempertahankan hati Key seperti dulu lagi.
(To Be Continue)
Apakah kisah cinta ini akan kandas :')
KAMU SEDANG MEMBACA
ZONA NYAMAN
Короткий рассказ"Berduri kayak kaktus. Kaktus nomor 1, gue nomor terakhir. Level gue lebih rendah daripada kaktus. Gue kalah saing sama kaktus nya yang penuh duri itu." -Key Melodi Putri- "Sampai kaktus gue mati gara-gara lo, gue botakin kepala lo. Bodo amat mau p...