Iqbaal POV
Bener-bener sial rasanya aku hari ini.
Kenapa aku bisa melupakan janjiku sama Sasha tadi pagi?? Hufft aku menjambak rambutku kesal.
"Sha....maafin aku..."
Aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi menuju sekolah.Tentu saja sekolah sudah sepi, sebentar lagi Maghrib. Pintu gerbang sekolah sudah digembok dan terkunci rapat. Rasa cemas kian menghantuiku.
"Sasha, kamu dimana sekarang??" Gumamku frustasi.Aku melajukan mobilku pelan, berharap dapat menemuinya di jalanan. Aku tahu dia belum mengenal jalanan di kota ini. Dan sialnya dia tidak membawa ponselnya.
Bagaimana bisa dia dapat pulang dengan mudah tanpa ponselnya. Bagaimana bisa juga aku sempat melupakannya tadi hanya karena Jeni..
Shitt..aku memukul setir mobilku sendiri.Kalau saja mama Sasha tidak menelfonku menggunakan hp Sasha, mungkin sampai sekarang aku masih terjebak dengan permainan Jeni tadi. Sampai aku benar-benar bisa lupa sama janji yang aku buat sendiri sama Sasha.
Fiuhhhhh...
aku membuang nafasku kasar. "Shasa, kamu dimana? Maafin aku Sha.." pekikku dalam hati.Sepanjang jalan aku hanya berusaha mencari Sasha di kiri kanan jalan, siapa tau Sasha masih disana. Aku hanya mengumpat diriku sendiri atas kebodohanku, dan aku hanya berdoa dalam hati...semoga dia baik-baik saja.
Sampai dirumah Sasha, aku masih mengumpulkan seluruh kekuatanku agar mempunyai nyali untuk menemui mama Ida tanpa berhasil membawa Sasha bersamaku.
Aku menghela nafas, dan keluar dari mobil setelah memarkirkan mobil di bahu jalan depan rumah Sasha.
"Assalamualaikum.." seruku serak sambil mengetok pintu rumah Sasha
"Waalaikum salam" jawab seseorang dari dalam. Dan aku yakin itu suara mama Ida. Karena setelah Maghrib gini, biasanya bi Iyah sudah pulang menurut cerita Sasha.
"Iqbaal, sini masuk nak.." ajak mama Ida setelah membukakan pintu
Dengan langkah ragu akhirnya aku masuk dan duduk di kursi ruang tamu.
"Maaf Tan, akuuu..."suaraku tercekat
"Udah ngga apa-apa Baal, syukur Sasha udah pulang.."potong mama Ida menenangkanku
"Sasha udah pulang Tan?" Iya udah, kamu jangan kuatir.."
"Gimana Sasha bisa pulang Tan, Sasha pulang sama siapa,? Tanyaku serius mencemaskan Sasha.
Tapi mama Ida hanya tersenyum.
"Nanti Sasha yang akan cerita sama kamu ya,? Sasha sekarang lagi istirahat..Sasha tadi nitip pesan buat kamu, katanya kamu pulang aja..Nanti aja kalian bicara..dia bilang dia cape, mau istirahat dulu.." terang mama Ida menjelaskan
Aku hanya dapat menghirup nafas pasrah, agak lega karena Sasha sudah pulang, dan sedikit sedih karena Sasha tidak mau menemuiku sekarang.
"Baik Tante, kalo gitu aku pamit dulu Tan..sampaikan salamku sama Sasha." Ucapku lirih dengan senyum yang sekuat tenaga aku buat setulus mungkin.
Mama Ida mengangguk dan menepuk bahuku.
"Iya Baal, nanti Tante sampein ke Sasha. Kamu hati-hati ya.." jawab mama Ida dan aku mengangguk sambil berlalu pergi dari rumah Sasha dengan perasaan yang tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata. Rasanya campur aduk. Aku mengutuk kebodohanku sendiri hari ini.
Sasha POV
#flashback on
Di tepi jalan aku hanya terduduk lemas dan menunduk, rasanya lelah sekali. Dan hatiku, hatiku yang paling merasakan lelah dan putus asa...
"Aku patah hati Baal, "
hatiku sakit sekali..melebihi sakitnya kakiku yang sekarang terasa panas dan lecet karena berjalan cukup jauh tanpa arah.Aku berusaha mengendalikan emosiku sekuat tenaga, agar aku tak menangis lagi.
Sekuat tenaga pula aku berusaha berdiri lagi. Mematung. Berfikir mau kemana sambil tetap berharap taxi lewat atau ada orang yang berbaik hati mau mengantarku pulang.
Sampai di jalan raya, mataku mencari taxi dan tak lama tanganku terulur menyetop taxi yang lewat.
Dengan tergesa aku masuk, dan ingin rasanya aku segera duduk ditempat yang lebih nyaman daripada tadi duduk ditempat sembarang tanpa tujuan.
"Mau kemana neng?" Tanya supir taxi padaku
"Ini pa.." aku menyodorkan kartu nama mama yang terdapat alamat butiknya.
"Baik neng.." katanya sambil kemudian melajukan mobilnya.
Akhirnya sampai di butik mamaku, sedikit tertatih aku berjalan masuk kedalam butik. Tapi mama sudah pulang. Hanya ada karyawannya yang memang sudah mengenalku dengan baik. Masih beruntung, aku dapat sampai di butik mamaku sebelum butik ini tutup.
Aku melepas sepatuku yang terasa sangat panas dan mengganti dengan sandal jepit yang biasa dipakai mama disini. Aku masukkan sepatuku kedalam kantong plastik bertuliskan nama butik ini.
"Sha, tuh grab nya udah ada di depan." Seru teh Yuni memberitahuku.
"Oke teh aku pamit pulang ya teh, makasih banyak.."
"Iya Sha hati-hati ya sayang.."
Aku mengangguk dan masuk ke dalam taxi online yang akan membawaku pulang kerumah. Dan sebelumnya mamaku sudah ditelfon oleh teh Yuni, diberitahu bahwa aku ada di butik.
#flashback off
Sebenarnya aku belum tidur ketika Iqbaal datang kerumah, tapi rasanya aku tak mempunyai tenaga untuk menemuinya sekarang.
Aku harus benar-benar mempersiapkan mental dan terutama hatiku untuk berhadapan dengannya. Aku takut, perasaanku yang sekarang sakit..membuatku berlaku diluar kendali.
Sebaiknya aku dikamar saja, beristirahat. Dan ingin segera meninggalkan hari ini, hari yang membuat hatiku patah.
Aku sudah titip pesan sama mama untuk Iqbaal, kalo Iqbaal datang kataku pada mama. Karena dalam hati kecilku, aku masih yakin kalo dia akan datang dan masih punya sedikit perasaan iba padaku.
Akupun tak berniat untuk membuka ponselku. Aku hanya menchargenya dan berusaha memejamkan mataku setelah tadi sesampainya dirumah aku mengobati kakiku, merendamnya dengan air dingin dan mengolesi lukaku dengan salep luka bakar untuk bagian kakiku yang lecet dan sedikit memberi obat merah pada luka lecet yang menganga.
Aku mandi, makan dan kemudian merebahkan diri di tempat tidurku. Rasanya aku sangat butuh istirahat sekarang. Istirahat yang banyak. Dan ingin segera tidur nyenyak untuk bersiap menghadapi hari esok di sekolah. Bertemu Iqbaal.
Ya... Bertemu dia yang membuat hatiku patah hari ini.