Sasha POV
Benarkah aku harus menerima ajakan untuk pulang dengannya?
Secepat itukah aku harus baik-baik saja sementara semuanya belum jelas dan terang benderang?
Apa alasan dia kemarin mengingkari janjinya?
Apa alasan dia kemarin melupakan aku begitu saja?Pertanyaan-pertanyaan itu yang terus berputar di kepalaku, sampai aku tidak dapat menerima materi MOPD di kelas hari ini dengan baik. Huffftttt.
Dia hanya bilang maaf dan tidak akan mengulang kebodohannya lagi.
Tapi maaf untuk apa maksudnya? Maaf untuk kesalahan yang mana?
Kebodohan yang bagaimana yang dia maksud? Arrrrgggghhhhh aku tak tau...Aku baru mengenalnya, aku baru dekat dengannya, bahkan dia bukan siapa-siapa aku.. tapi, kenapa seperti ini??? Aku ngga ngerti.
Bunyi bel pulang sekolah membuyarkan lamunanku, entah sejak kapan Zulfa bertanya padaku.
"Sha, kamu baik-baik aja kan??"
"Iya Zul, aku baik..tenang aja," jawabku dengan senyum yang sekuat tenaga aku paksakan.
Semua berhamburan keluar kelas, begitupun denganku dan Zulfa.
"Yukk?!" Ajak Iqbaal di pintu luar kelas dengan mencekal tanganku dan membuatku sangat kaget.
"Pulang bareng Iqbaal ya? Ya udah aku duluan ya Sha, hati-hati.." ucap Zulfa sambil menepuk pundakku, berlalu dariku yang masih berdiri di depan pintu kelas tanpa menunggu jawaban dariku.
"Ayokkk..." Katanya terlihat santai sambil menarik tanganku untuk ikut jalan dengannya.
Aku menurut saja, aku tak mau berdebat dengannya, apalagi dihadapan banyak orang. Tapi perlahan aku melepaskan tanganku dari genggamannya.
Kami berjalan beriringan menuju parkiran mobil Iqbaal.
"Yuk" ajaknya menyuruhku masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dia bukakan.. aku masuk tanpa basa-basi dengannya.
Diperjalanan terasa hening, aku tak mau membuka pembicaraan terlebih dahulu dengannya. Dari sudut mataku terlihat dia sering sekali menengok ke arahku, atau mungkin itu hanya perasaanku saja. Aku ngga tau.
Sampai di jalan sebuah taman perumahan dia menghentikan mobilnya dan menepi.
Aku melihat ke arahnya dan pandangan kami beradu, pandangannya begitu tajam padakku. Lantas dengan cepat aku kembali menunduk memainkan gantungan di tasku.
"Sha... Plisss jangan kaya gini..." Ucapnya dengan menghadapkan badannya ke arahku dan memegang kedua tanganku.
"Aku tau aku salah, kalau kamu belum mau maafin aku, aku terima..tapi aku mohon, jangan diem.."
"Aku bingung kalo kamu diem, mendingan kamu marahin aku Sha, atau kamu mukulin aku...aku ngga apa-apa, tapi pliss jangan diemin aku kaya gini.." ucapnya lirih dan memohon. Aku semakin menundukkan kepalaku dan gak terasa air mata itu jatuh lagi, untuk ke sekian kalinya..."Ah Sha... Aku mohon jangan nangis lagi, " ucapnya menaikkan daguku dengan tangan kanannya dan menghapus air mata yang menetes di pipiku.
"Aku sedih liat kamu nangis Sha, hatiku sakit liat kamu kaya gini.." ucapnya serak dan menarik kepalaku ke dadanya.
"Udah yaaa, aku minta maaf...maafin aku Sha.." ucapnya lagi sambil mengelus rambut di punggungku.Aku menarik kepalaku dari dadanya dan menghapus sisa air mata di pipiku. Aku hanya bisa mengangguk pelan. "Iya.." cuma kata itu yang dapat keluar dari mulutku.
"Sha.., aku kemarin sama Jeni hanya untuk menyelesaikan masalahku dengannya..aku..."
"Stop kak," ucapku memotong penjelasannya.
"Aku belum mau mendengarkan penjelasan apa-apa tentang yang kemarin.."
"Tolong, biarkan Hatiku baik dulu...biar aku bisa dengan baik mendengarkan kakak.." ucapku pelan padanya.Aku mendengar dia menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin dia kecewa denganku. Tapi syukurlah, sepertinya dia mau menerima sikapku kali ini.
"Oke Sha, aku ngerti.."
"Tapi kamu janji ya, besok kamu mau ngobrol denganku..kamu mau dengerin penjelasan aku.." tambahnya memohon dengan sedikit memaksa seperti biasa. Dan aku hanya bisa menganggukkan kepalaku perlahan."Makasih.." ucapnya sambil mengusap pucuk kepalaku. Lalu melajukan mobilnya perlahan menuju rumahku.
Iqbaal POV
Sepertinya dia masih butuh waktu untuk bisa berhadapan denganku dan mendengarkan penjelasanku soal kemarin. Dia bilang aku harus membiarkan hatinya membaik dulu agar dia bisa menerima dengan baik penjelasanku.
Oke Sha, aku ngerti perasaan kamu. Aku akan sabar menunggumu mau berbicara lagi bahkan untuk mau memaafkanku.
Karena tak ada sedikitpun terbersit niatku untuk menyakitimu Sha, aku sayang kamu. Aku ingin kamu tau itu, tapi mungkin tidak sekarang. Sekarang aku akan membiarkanmu untuk membuat hatimu kembali baik. Maafin aku Sha.
Sampai dirumah Sasha, aku pamit pada Sasha untuk langsung pulang. Salam buat mama, kataku padanya. Dan dia hanya mengangguk dan berusaha tersenyum tulus padaku sambil melambaikan tangannya saat mobilku mulai melaju meninggalkannya.
"Udah pulang de,? Kata bunda menyapaku dan menjabat tanganku yang hendak mencium punggung tangannya.
"Udah Bun," ucapku sambil duduk dan melepas tali sepatuku.
"Kusut amat mukanya, cape ya,?" Tanya bunda lagi
"Iya Bun, cape hatiii..." seruku sambil berlalu meninggalkan bunda sambil mencium pipinya terlebih dahulu. Bunda hanya tersenyum mendengar jawabanku. "Dassar" katanya
Sampai dikamar, bukannya langsung mandi tapi aku iseng membuka ponselku. Sambil merebahkan tubuhku di kasur, aku melihat status WA Sasha...dia sedang online. Dan kulihat pesan-pesanku yang kemarin padanya sudah dibacanya meskipun belum dia balas.
Haiii, mandi terus mkn yg bnyk yaaa...
Aku mau bsk aku ngobrol sm cewe yg cantik, dan segerrrrr...😍Aku mengirimkan pesan WA kepadanya, tak lama dia membacanya tapi tak langsung membalasnya.
Ada pesan balasan darinya setelah sekitar 5 menitan aku menunggunya.
Iyaa, kamu juga😊
Singkat memang, tapi itu sangat berarti bagiku. Dia masih mau membalas pesanku, dia masih perhatian padaku...aahhhh aku senang sekali Sha...
Besok aku harus bisa membuatnya kembali tersenyum denganku, dan besok aku harus bisa menyembuhkan lukanya dan bahkan membuatnya lupa pernah terluka olehku.
Siap grakkk 💂
Balasku padanya, tapi tidak ada balasan lagi darinya.
Mungkin dia langsung mandi dan makan seperti pesanku padanya.
Dia memang perempuan baik dan penurut. Aku suka sekali dengan itu. Aku suka kamu Sha...