Di Jalan Pulang

978 75 7
                                    

Iqbaal POV

Akhirnya dia mau juga ikut pulang diantar aku, meskipun harus berulang kali aku meyakinkan. Kulajukan mobilku perlahan melesat meninggalkan sekolah sambil sesekali melihatnya yang masih menunduk dan sesekali melihat jalanan. Dia masih terlihat murung dan kulihat mata dan hidungnya mulai memerah dan sepertinya dia sekuat tenaga menahan tangisnya dengan mengalihkan pandangannya.

"Loh, kok nangis?? Kenapa,?" Tanyaku pelan padanya

Dia terisak.

"Mama kemana ya, kok tega sama aku..hiks" isaknya sambil sesekali menyeka air matanya yang hendak keluar tapi masih berusaha ditahannya.

"Ngga apa-apa, kan ada aku" rayuku menenangkannya

"Tapi...hiks"

"Bentar lagi nyampe nih, nanti kan kamu bisa tanyain ke mama..mama pasti punya jawaban kuat, kenapa sampai bisa tidak jemput kamu tadi" tambahku sambil ku usap pucuk kepalanya.

"Iyah, makasih ya kak..kalau ngga ada kamu, aku ngga tau..."

"Iya udah ngga apa-apa," jawabku sambil tersenyum padanya

Meskipun dia terlihat sedih, tapi wajahnya begitu menggemaskan, dia tetap cantik dan terlihat lebih cantik ketika dia cemberut karena sedikit kesal dengan mamanya.
Aku harus berterima kasih dengan mamanya, yang hari ini tidak menjemputnya. Jadi usahaku untuk bisa lebih dekat dengannya menemui jalan yang lebih mudah dan lancar..hehe maaf Sha, tapi aku senang. Senang sekali.

"Kamu sekelas sama Zulfa,? Tanyaku mencairkan suasana

"Iya, sama Akew dan Nandan juga. Yang tadi dihukum juga"

"Akew??" Tanyaku meyakinkan

"Iya Akew, katanya dia temen main kamu ya," jawabnya sambil melihatku menyelidik

"Siapa bilang?" Tanyaku sambil tersenyum

"Zulfa dan Yori.. Yori sepupu kamu kan ya??" Tanyanya lagi

"Hahahaha dasar comel si Yori mah" (comel=ember/suka bilang-bilang)
"Kamu kenal juga sama Yori?" Tanyaku lagi

"Iya dong, dia kan sahabatnya Zulfa, jadi kita lebih akrab karena tadi sama-sama dihukum meskipun kita ngga sekelas"

"Ohhh Yori kelas mana? Tanyaku

"Dia di IPA 3 sama Piyan dan Anhar, teman-teman main kamu," jawabnya sedikit menekan kata-katanya

"Oya?? Hahahaha" dunia ini memang sempit

Sasha POV

Sampailah di depan rumahku. Tidak jauh dari gerbang komplek. Rumah berlantai 2 yang ada taman kecil di samping garasi depan pintu utamanya. Ada ayunan kayu lumayan besar juga disana.

Mobilnya berhenti di depan gerbang rumahku.

"Aku langsung aja ya, udah sore.. ngga apa-apa kan,?" Tanya Iqbaal padaku

"Iya kak, ngga apa-apa.. makasih banyak ya kak, udah mau direpotin." Ucapku

"Engga kok, aku ngga repot.. kita kan searah juga, cuma rumahku agak harus putar arah lagi dari sini trus belok dan lurus lagi dech...hehehe" candanya yang seperti ingin menghiburku

Aku terkekeh mendengarnya, itu artinya rumah dia ngga searah denganku..haha dasar.

"Gitu dong, kalo senyum gitu kan cantiknya keliatan" gombalnya

Aku memanyunkan bibirku dan kembali tersenyum padanya.

"O iya, tugas buat besok jangan lupa ya, jangan kesiangan juga..kecuali kalo kamu emang bener-bener mau terus deket-deket sama aku" katanya sambil menaikkan satu alisnya

"Hah?" Aku ngga mengerti maksudnya

"Iyaaa, kalo kamu kesiangan lagi kan nanti aku hukum kamu lagi, jadi kita bisa terus deket-deketan kaya tadi...hahaha" tawanya yang membuat aku kesal dan sedikit membuat pipiku panas menahan malu

"Huhhhh, dasar modus" balasku sambil mengerucutkan bibirku

"Hahaha itu bukan modus, itu usaha namanya...kerja keras...lebih keras dari usaha teman-temanku yang lain..hahaha"

"Hah?" Tanyaku kembali bingung

"Udah..udah, ngga usah difikirin, hehehe"
"Aku pergi dulu yaa...take care," katanya sambil melambaikan tangannya

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, dan dia melajukan mobilnya perlahan kemudian melesat jauh meninggalkanku yang masih berdiri di gerbang rumahku.

Aku senang diantar sama Iqbaal, aku senang bisa kenal sama dia, aku senang ngobrol sama dia dan aku senang bisa deket sama dia. Senang sekali. Rasanya ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di atas kepalaku sekarang...hahaha

Makasih ma..., maskipun masih kesal sama mama dan aku harus dapat alasan yang kuat dari mama, sekarang. Ya, itu harus.

Aku bergegas masuk ke rumahku, dan membuka gerbangnya sedikit tergesa.

CINTA ALESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang