Sasha POV
Kami duduk di restoran cepat saji menunggu pesanan makanan kami datang.
"Kamu sekarang tambah cantik ya.." ucapnya memujiku.
Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya.
"Kita udah lama ngga ketemu, hampir setengah tahun. Aku kangen Sha.." lanjutnya.
Aku ngga tau harus bereaksi seperti apa, perkataannya barusan seperti mengungkit luka lama yang bahkan bekasnya sudah tak terlihat.
Dia terlalu lama pergi, membuat hatiku bahkan sudah tidak lagi dapat merasakan sakitnya ditinggal begitu saja saat itu. Yang aku rasakan sekarang, hanya marah dan sedikit benci.
"Aku tau aku salah Sha, aku kesini hanya ingin ketemu kamu dan meminta maaf." ucapnya sambil meraih kedua tanganku. Dan aku membiarkannya.
"Maafin aku Sha, aku ngga berani meminta apapun lagi dari kamu. Kamu berhak marah padaku, tapi aku mohon..jangan benci aku Sha, aku minta maaf.." ucapnya lirih dan sepertinya tulus.
Aku memejamkan mata sejenak dan menggigit bagian dalam bibirku, menahan emosi yang entah itu apa.
"Kita dulu setiap hari bareng, dan sekarang...aku hanya ingin tetap menjadi bagian di hidupmu, meskipun hanya menjadi temanmu." lirihnya yang kali ini sedikit membuat hatiku lega.
Kini aku lebih berani untuk menatap matanya. Wajah orang yang dulu selalu menghiasi hari-hariku.
"Maafin aku ya Sha...kamu masih mau kan berteman sama aku?" ucapnya memohon.
Aku mengangguk. Dan kulihat dia tersenyum.
Dan sekarang akupun berusaha tersenyum padanya.
"Makasih Sha.." ucapnya sambil mengusap tanganku. Aku mengangguk dan menarik pelan tanganku ketika pramusaji membawa makanan kami.
***
Kami masih di mall dan berjalan-jalan. Sean menawariku membeli sesuatu tapi aku menolaknya dan dia tidak memaksa.
Aku tau, sekarang dia sangat berusaha untuk menjaga moodku agar tetap baik padanya.Aku tidak berusaha bertanya kemana dan kenapa dia dulu pergi begitu saja meninggalkanku tanpa pesan apa-apa, aku enggan membahasnya karena takut membuat hatiku kembali marah, tapi Sean bilang, kalau aku mau tahu..aku bisa menanyakannya pada mamaku. Dia bilang, dia sudah bercerita banyak dengan mama selama menungguku tadi.
"Yang tadi kerumah, itu pacar kamu??" tanyanya sedikit mengagetkanku. Mengingatkanku pada Iqbaal dan sikapnya yang mengesalkan tadi pagi.
Aku hanya mengangguk tanpa berbicara.
"Aku ikut senang Sha, setidaknya sekarang udah ada yang jagain kamu. Aku hanya ingin kamu bahagia.." ucapnya sambil tersenyum.
"Makasih.." jawabku singkat.
Entah mengapa, aku masih belum bisa berbicara banyak seperti dulu padanya. Tapi sekarang, aku sedang berusaha memaafkannya dan berdamai dengan masa lalu.
"Mau nonton??" tanyanya.
Aku berfikir sejenak. Dan akhirnya menggelengkan kepalaku.
"Udah sore, kita pulang aja ya.." jawabku.
"Oh okey.." jawabnya pelan, dan sepertinya dia sedikit kecewa.
***
Sampai dirumah, Sean duduk di ruang tamu dan menikmati kopi yang dibuatkan mamaku.
"Aku besok malem kembali ke London Sha, ada salam dari ayah dan ibuku" aku mengangguk.
Dia mengambil sesuatu yang tadi dia bawa di jok belakang mobilnya. Sebuah paper bag berukuran sedang.