2. Kecewa

426 97 169
                                    

Entah sudah keberapa kalinya Mayrine mendapati Renjun tertidur di sofa dengan keadaan pintu yang belum terkunci.

"Jun, aku membawa sesuatu untukmu," ucap Mayrine pelan, malah terdengar seperti bisikan.

Laki-laki berkulit putih ini tetap mendengkur halus, wajahnya tidak sekacau kemarin.

Dia berpura-pura tidur dan Mayrine tahu itu. Namun, tangannya tetap mengelus rambut Renjun. Matanya sibuk memperhatikan lekuk wajah laki-laki yang menggemari seni ini.

Perlahan, sebelah tangannya bergerak melepas earphone yang menyumpal telinga Renjun.

Setelah mencabut earphone dari ponsel, Mayrine melihat judul lagu yang Renjun dengarkan daritadi.

Sudut bibir Mayrine terangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudut bibir Mayrine terangkat. Bisa-bisanya Renjun mengganti info lagu yang harusnya Into You - Ariana Grande menjadi namanya.

Kalau kata orang-orang, "Bucin."

Wajah Mayrine mendekat kearah pipi Renjun. Sepersekian detik kemudian, mengingat fakta kalau Renjun berpura-pura. Ia mengurungkan niatnya.

"Apakah kau berani melakukannya pada saat aku terjaga?" Renjun membuka matanya.

May sedikit terkejut. Sedikit. Ia tahu Renjun berpura-pura tidur daritadi, namun tidak menyangka akan dipergoki seperti ini.

Terlebih lagi jarak antara wajah mereka sangat dekat.

"Wanna kiss hm?"

Nada pertanyaan Renjun malah tampak seperti pernyataan.

Mayrine memalingkan wajahnya, sementara itu Renjun bangun dari tidurnya.

"Jadi kau membawa apa untukku?"

Kan benar.

Dia tadi hanya berpura-pura tidur.

Menyebalkan.

"Cat air dan makanan. Aku tahu kau belum makan dan juga kehabisan cat air untuk melukis." Mayrine berjalan menuju meja makan Renjun, mengambil kotak bekal miliknya.

Renjun tersenyum kecil, entah sampai kapan akan seperti ini?

Entahlah.

"Open your mouth. This is airplane," sebelum makanan masuk kedalam mulut Renjun, tawa kecil menguar di ruangan ini.

Ah bahagia rasanya.

"Mayrine,"

Mayrine menoleh sekilas, masih mencuci perabotan kotor di dapur.

"Ada apa Jun?"

"Don't leave me."

Entah sudah keberapa kali Renjun mengatakan ini.

"Iya, tidak akan."

Kedua lengan melingkar diperut Mayrine dengan sempurna, sementara itu dagu Renjun mendarat di bahunya.

"Jun, aku sedang mencuci."

Sebenarnya itu bukan alasan utama. Rasanya Mayrine ingin mati saja kalau diperlakukan manis secara terus menerus seperti ini.

Renjun tertawa, mengeratkan tangannya.

Mayrine merasakan kecupan di pipinya beberapa kali.

Renjun sangat suka membuatnya gugup.

Mayrine membalikkan badannya, menatap Renjun lekat. "Maaf, ada apa tuan Renandra? Mengapa tiba-tiba kau menjadi manis seperti ini?"

Renjun tersenyum.

"Aku bosan," Renjun memainkan anak rambut Mayrine.

"Lalu?"

"Nail polish milikmu masih ada di ruang tamu. Bolehkah aku mengecat kukumu?"

Mayrine tersenyum "Okay, i think that's good idea."

Renjun adalah orang yang telaten. Bahkan dalam mengecat kuku dia bisa melakukan itu dengan baik.

Tidak seperti Mayrine. Ketika mengecat kuku malah tertawa dan hasilnya belepotan.

Kadang Mayrine merasa gagal menjadi perempuan atau Renjun yang seharusnya terlahir menjadi perempuan.

"Kau telah berjanji untuk terus menuruti ucapanku bukan?" atensi Mayrine pada ponselnya teralihkan.

Mayrine hanya mengangguk.

Kepala Renjun sedikit mendongak, ia menutup nail polish Mayrine.
"Jangan berusaha melanggar janji itu. Jika kau tidak melanggar maka kita akan aman."

Selalu saja masalah janji dan jangan meninggalkan.

Mayrine sudah berjuta-juta kali mendengar pertanyaan tentang itu dari Renjun.

Entah apa yang ia sembunyikan.

Kita.

Renjun bilang, mereka berdua akan aman. Sementara Mayrine tidak tahu ia dan Renjun akan aman dari siapa.

"Sebenarnya kau selalu membicarakan tentang siapa? Siapa yang akan membawaku pergi? Atau apa yang kau takutkan selama ini?"

Mayrine memberanikan diri untuk bertanya, tidak peduli bagaimana respon Renjun nanti.

"Nanti akan kuberitahu, sekarang belum saatnya."

Bohong.

Mayrine berdecak. "Biarkan saja nail polish ku disini. Aku akan pulang."

Raut wajah Renjun berubah.

"Hey.."

"Ada beberapa hal yang harus kukerjakan. Jangan menghalangi jalanku." Mayrine menepis tangan Renjun.

"Apalagi?"

"Deadline."

Renjun berkspresi seakan percaya dengan ucapanku.

"Oke, hati-hati nona Mayrine," pupil mata Mayrine membulat sempurna ketika Renjun mencium pipi dengan sekilas.

Mayrine hanya diam, setelah mengemasi barangnya ia berjalan menuju pintu.

"Aku pergi dulu Jun. Jangan lupa tidur nanti malam." tanpa Renjun tahu, di lubuk hati Mayrine yang paling dalam ia kecewa dengan Renjun yang selalu menyembunyikan kebenaran darinya.

Tanpa Mayrine sadari, didalam rumah itu Renjun mengembuskan napasnya kasar. Rasa takut kembali menyelimuti dirinya.

Jika bisa, kalau Mayrine yang akan diambil hari itu juga Renjun akan siap menggantikannya.

Namun, sebelum itu benar-benar terjadi Renjun harus bisa mencegahnya dan merubah takdir.

"Mayrine, maaf. Aku hanya takut kehilanganmu."

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang