13. Satu Rahasia yang Terungkap

171 41 79
                                    

Sekolah kembali digemparkan dengan Renjun dan Mayrine yang kembali bersama.

Kemana perginya rumor yang mengatakan kalau Mayrine adalah pacar kedua Renjun?

Sementara itu Mark tidak kalah terkejutnya dengan anak lain.

“Ada apa hm?” Jeno tersenyum ketika Mayrine duduk.

“Sudah kelar.” Mayrine hanya mengatakan itu Jeno langsung mengerti. Mark yang menguping berpikir bagaimana mereka bisa berbaikan dengan cepat.

“Sabar ya bro.” Jeno tertawa kecil, peka dengan keadaan Mark yang terjebak dalam zona pertemanan.

Mark hanya tersenyum, “Tak usah kasihani aku. Lihat saja dirimu, kau ditolak oleh dia kan?”

Jeno menepuk meja. “Mark sialan.”

Mark tertawa keras, merasa menang dari Jeno.

Mark duduk di ruang tamu kediaman Mayrine. Sang tuan rumah memang belum sampai namun, apa salahnya jika ia datang lebih awal. 

“Iya Jun, aku sudah sampai rumah. Iya, nanti makan setelah ganti baju.” Terdengar suara Mayrine yang sepertinya menelpon Renjun.

Sebelah tangan Mayrine menyentuh gagang pintu, membukanya perlahan.

“Tidak usah masak. Aku bawakan mie ayam untukmu.”

Mayrine terlihat  ragu ketika melihat dua kantong plastik yang ada di meja.

“Jika mau marah nanti saja. Makan dulu.” Mark melirik tempat kosong yang ada di sebelahnya.

Mayrine diam, langsung duduk di sebelah Mark.

“Renjun tak membolehkan aku makan mie terlalu banyak. Jika dia tahu maka dia akan marah.”

Mark berdecak kesal.

“Sekarang tidak ada Renjun kan? Jadi makan saja denganku. Hanya sekali saja, setelah itu aku takkan membelikanmu mie ayam.”

“Ya sudah.”

Mayrine dan Mark makan dengan tenang, tanpa ada perbincangan ringan seperti biasanya.

“Maafkan aku.” Mark menatap Mayrine lekat.

“Untuk apa?”

“Aku tahu ucapanku waktu itu tak pantas. Tapi yang kulakukan itu untuk kebaikanmu, May. Aku tak bisa jika kita tak saling bicara seperti ini.”

“Aku memaafkanmu.Lagipula aku sudah berbaikan dengan Renjun.” Mayrine berucap singkat, menghabiskan sisa makanannya.

“Kau yakin itu yang terbaik?”

Mayrine mengangguk.“Aku sudah dewasa, Mark. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendirian, jangan anggap aku anak kecil terus.”

Mark tersenyum, “Ya sudah jika itu keputusanmu. Aku akan tetap mendukungnya.”

Ponsel Mayrine bergetar,pertanda  notifikasi chat masuk.

Renandra
Setelah itu jangan makan mie lagi. Aku tak mau kau sakit.
Bagaimana dengan Mark?

Iya, berisik.
Sudah, sudah selesai.

“Kau lama-lama seperti orang yang tak waras karena tersenyum sendiri.” Mark melirik Mayrine yang tersenyum memandangi layar ponselnya.

“Makanya, cari pacar dong Mark!” Mayrine tertawa renyah ketika melihat ekspresi Mark yang terkejut dengan jawabannya.

“Aku terlalu tampan. Biar saja perempuan yang mengejarku, aku tidak perlu mengejar mereka.” Mark terlihat sombong.

“Mark, apa kau tak tertarik dengan kakak kelas yang ada di gedung seberang kelas kita? Dia cantik tahu!” Mayrine bersemangat.

“Tidak.”

Andai saja Mayrine tahu jika Mark adalah orang yang selalu menunggunya selama ini.

Setelah itu mereka larut dalam obrolan dan candaan mereka. Walaupun Mark tidak bisa memiliki Mayrine setidaknya ia bisa membuat Mayrine bahagia, itu sudah cukup baginya.

Renjun menghela napas berat, melihat lawan bicaranya dengan tatapan menusuk.

“Apa lagi, Lia. Apa kau tak bisa berhenti mengganggu hubunganku dengan Mayrine?”

Lawan bicaranya, Lia tersenyum penuh arti.

“Jun. Sebelumnya siapa yang membuat perjanjian ini? Itu kau, bukan aku.” Lia tertawa pelan.

Renjun mengusap wajahnya.

“Aku tahu, tapi semuanya sudah berakhir. Aku tak mau Mayrine terus menerus kecewa padaku. Aku mencintanya.”

Lia menepuk tangannya.

“Cinta? Cinta macam apa yang kau katakan? Bahkan dia tak tahu apa-apa tentangmu dan kita.”

“Katakan pada orang tuamu untuk menghentikan perjodohan gila ini. Aku muak denganmu, Lia. Kau bisa cari laki-laki lain untuk menjadi pacar atau tunanganmu, aku sudah tak peduli.”

Lia menyandarkan kepalanya di pundak Renjun. “Jika aku bisa maka akan kulakukan sejak awal, Jun. Tapi akan kuusahakan. Aku tidak bisa berlama-lama seperti ini.”

Renjun mengusap tangan Lia, “Bagus, lakukan secepatnya. Aku sudah lelah berpura-pura.”

Lia bangkit dari posisinya, melihat Renjun lekat. “Tapi..apa dia sudah mengetahu rahasiamu?”

Renjun hanya menggeleng.

“Aku tak bisa memberitahunya dalam waktu dekat. Setidaknya jika dia masih bersamaku maka dia akan selamat, dan peraaaanku juga akan tenang.”

Lia menggeleng keras.

“Kau tidak bisa terus menerus seperti ini Jun. Kalau begini, egois namanya.”

“Lalu aku harus apa? Memberitahunya? Aku sudah cukup mendapatkan banyak respon negatif ketika orang lain mendengar ini.”

Lia memegang bahu Renjun, “Lalu kau masih menganggap Mayrine sebagai orang lain?”

Renjun menggeleng, “Bukan begitu, tapi..aku hanya tak bisa kehilangan orang yang aku sayangi. Mayrine belum berhak tahu, yang penting dia masih bersamaku.”

“Atur saja lah sendiri. Aku lelah denganmu yang keras kepala.”

Renjun tak menghiraukan ucapan Lia,  baginya ia bisa memutuskan sendiri langkah apa yang akan diambil selanjutnya.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang