3. Bingung

308 82 147
                                    

Pusing dan gelisah.

Itu yang Renjun rasakan saat ini.

Ia tahu kalau Mayrine marah, namun tak bisa berkata apa-apa lagi. Mayrine merupakan tipe perempuan yang jika marah tidak akan membentak atau berteriak.

Mayrine hanya diam, jika itu sangat membuat kesal mungkin Mayrine akan membentak seperti kemarin.

Lebih baik dibentak atau diteriaki daripada didiamkan oleh Mayrine.
Renjun tak bisa seperti ini.

Jika Renjun memberitahu ini apakah Mayrine akan percaya?

May, sudah sampai di rumah?
Maaf tidak bisa mengantarmu, aku tau kau marah padaku. Maaf, aku belum bisa menjelaskannya. Aku harap kau mengerti posisiku.
Regards, your beloved.

Renjun mengunci layar ponselnya. Mengapa hidupnya serumit ini?
Selain melarang Mayrine ia tidak punya cara lain untuk mencegah serangkaian kejadian buruk yang akan terjadi.

Haruskah ia menjalani semua ini sendirian? Dunia begitu buruk dan kejam.

Mayrine membuka matanya ketika mendengar notifikasi chat yang bunyinya berbeda dengan yang lain.

"Sudah pasti Renjun."

Tangan Mayrine bergerak malas mengambil ponsel yang ada di nakas.

Baru saja ia mengetikkan balasan. Ponselnya bergetar lama.

📞Renandra calling...

Mayrine mengembuskan napasnya. Ia sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun.

"....." Mayrine malas memulai percakapan, maka ia akan mendengarkan apa saja yang akan Renjun katakan sekarang.

"Sudah makan?"

"...." masih hening.

"Sedang tidak mood bicara? Ya sudah. Maafkan aku May, suatu hari kau akan tahu mengapa aku selalu melarangmu dan menyembunyikan sesuatu." Nada bicara Renjun merendah, untung saja ini berbicara lewat telepon. Jika berbicara langsung maka netra Renjun akan menatap Mayrine lekat-lekat.

"May, suka cokelat kan? Nanti malam akan kukirimkan martabak manis rasa cokelat ke rumahmu. Menulis butuh banyak tenaga dan makanan kan?"

"Sialan, Renjun berusaha menyogokku." Mayrine menggerutu.

"Terserah," akhirnya setelah berbicara panjang lebar Mayrine mau merespon ucapan Renjun.

"Kau yang akan mengirimnya?" Mayrine berucap hati-hati.

"Tidak, nanti ojek online yang akan mengantarnya ke rumahmu." Setelahnya terdengar embusan napas Mayrine.

Tak ada respon setelah kata ojek online.

"Kau mau aku yang mengantarnya? Tapi jangan mendiamkan aku lagi ya," terdengar suara tawa Renjun di seberang sana.

"Bukan begitu, tidak perlu. Aku perlu berkonsentrasi dengan deadline ku." Mayrine berusaha mengelak, ia tak mau kalau nanti Renjun pergi ke rumahnya.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang