19. LPJ dan Kesempatan

131 38 75
                                    


“Perlu aku buatkan minuman?”
Chika berucap pelan, lawan bicaranya memejamkan mata sejenak.

“Air mineral saja.”

“Sebentar, biar aku ambilkan.” Chika berjalan ke dapur.

Mark memijat batang hidungnya,  Mayrine selalu ada di pikirannya. Entah kapan Mark bisa melupakan perasaanya pada Mayrine yang lebih dari sahabat.

Chika terdiam sejenak, kalau dipikir-pikir aneh jika
Mark bertamu ke rumahnya. Tugas OSIS sudah selesai semua, lalu apa yang membuat Mark datang kemari?

“Ini airnya, Mark.”

Mark menerima gelas yang Chika berikan, meminumnya dengan sekali teguk.

“Ada proposal atau berkas yang perlu diselesaikan lagi ya Mark? Atau LPJ?” Chika menerka-nerka tujuan Mark datang ke rumahnya.

Mark menggeleng pelan, “LPJ memang harus dicicil, kau mau membuatnya sekarang?”

Chika meregangkan tangannya, “Kalau dibuat sekarang, kita terlalu rajin namanya. Akhir periode masih jauh kan?”

Mark mengangguk, “Iya memang masih jauh. Kau mengira aku kesini karena akan mengerjakan itu?”

Chika tersenyum, “Kita kan pengurus inti. Apalagi yang akan kau lakukan denganku selain membahas tentang OSIS?”

“Kita sudah menjadi partner hampir dua tahun Chik. Santai saja, hidup kita tak soal OSIS melulu.”

Chika melihat ubin rumahnya, “Lalu ada apa?”

Mark memainkan ujung kukunya, “Bagaimana cara melupakan seseorang? Ah maksudku, bagaimana cara berhenti mencintainya?”

Chika mengerti apa yang membuat make sekacau ini, jawabannya pasti Mayrine.

“Kau menyukai seseorang?” Chika bertanya hati-hati.

Mark berdecak pelan, “Bukan menyukai, lebih tepatnya menyayangi mungkin. Tapi kurasa ini adalah hal yang sia-sia.”

Chika menunduk, berusaha menahan air matanya yang akan menetes.

“Aku tidak bisa membantumu, Mark. Aku juga mengalami hal yang sama.”

Jika Chika ingat bagaimana kebersamaannya dengan Mark selama hampir dua tahun belakangan ini rasanya sakit.

Mark tidak terlalu bisa berkomunikasi dengan baik ke anggota yang lain. Ia mengandalkan Jeno dan Chika agar suasananya tidak terlalu kaku.

Salahkah jika Chika merasa Mark memperlakukannya berbeda?

Tapi, Chika tahu di hati Mark hanya ada Mayrine. Chika tidak mungkin bisa menghapus nama Mayrine dari hati  Mark dalam sekejap.

“Begitu ya? Maafkan aku.”

Chika terkejut, Mark meminta maaf. Untuk apa?

“Maaf kenapa?”

“Kau menyukaiku kan? Jadi beri aku kesempatan untuk menyukaimu juga.” Mark memeluk Chika erat.

Pupil mata Chika membesar, apa  ia bermimpi? Ini pasti bukan tuan muda Mark.

“Mark, kau tidak habis minum-minum kan?”

Mark menggeleng namun, masih memeluk Chika.

“Jadi, apa kau memberiku kesempatan untuk itu?” Chika mengangguk pelan, walaupun sebenarnya ia takut Mark hanya menjadikannya pelarian.

“Maukah kau mendengarkan sebuah cerita?”

Chika mengangguk, ini pertama kalinya Mark bercerita tentang hal lain kepadanya.

“Aku bersahabat dengan Mayrine sejak SD. Dia itu baik, mungkin bisa dibilang polos. Kami selalu bersama kemanapun.”

Mark memberi jeda pada kalimatnya, menatap Chika sejenak. “Akan kulanjutkan, tapi jangan cemburu.” Mark menangkup pipi Chika.

Kalau ada yang bertanya bagaimana perasaan Chika sekarang, jawabannya adalah campur aduk.

“Ck, iya. Lanjutkan saja.” Chika berdecak kesal, berusaha menutupi kegugupannya.

Mark tertawa kecil, “Baik, akan kulanjutkan.”

“Memasuki SMP, Mayrine mulai bertemu dengan Renjun. Lama-kelamaan mereka makin dekat. Bahkan kesempatanku bersama dengan Mayrine makin sedikit, dan akhirnya...mereka berpacaran.”

“Kalau dipikir-pikir rasanya sedih, bahkan aku belum sempat mengatakan apapun pada Mayrine.”

Mark menutup ceritanya, sebenarnya banyak yang ingin ia katakan pada Chika. Namun, itu sama saja dengan membuka luka lama.

“Kau serius dengaku, Mark?”
Pertanyaan ini penting, tapi Chika takut Mark akan tersinggung.

“Aku tak pernah main-main dengan ucapanku. Aku hanya perlu terbiasa...tidak apa kan?”

Chika mengangguk, “Tidak apa Mark.”

Disaat seperti ini, ponsel Chika berdering menampilkan nama Jeno dilayar.

“Jangan berduaan saja. Aku di depan pagar seperti orang bodoh. Daritadi aku sudah menekan bel berkali-kali.” Jeno terdengar kesal.

Mark tertawa, “Bagus, lebih baik kau jangan masuk.”

Jeno berdecak, “Kalian, jangan berduaan dulu. LPJ harus dicicil!” setelah itu Chika melihat kearah Mark.

“Memangnya kita akan membuat LPJ apa? Event OSIS kan masih jauh.” Mark berusaha mengingat-ingat.

“LPJ event minggu lalu, ketika pekan olahraga pelajar, huh kau sebenarnya niat atau tidak menjadi ketua?” Jeno berdecak kesal.

Mark hanya tersenyum tak bersalah sambil berkata, “Oh iya, aku lupa. Aku kan tidak turun tangan waktu itu.”

“Kan kubilang juga apa. Tidak ada salahnya kita mencicil LPJ.” Chika mengingatkan kepada Mark, jangankan ketua, LPJ sebagai sekretaris saja sudah banyak apalagi LPJ ketua.

“Hey, sampai kapan kalian berdua mengobrol di dalam sedangkan aku masih di depan pagar?”

Mark tertawa, “Sabar haha. Akan kubuka pagarnya sekarang.”

“Aku menyesal memilihmu sebagai ketua, Mark.”

Setelah itu Mark dan Chika tertawa bersamaan.

“LPJ, LPJ, LPJ!” Jeno berseru ketika sudah memasuki rumah Chika.

Sementara itu Mark menggeleng, “Sok rajin. Akhir periode masih jauh!” Mark meneriaki Jeno.

“Biar saja. Kita lihat siapa yang akan kelabakan di akhir periode karena banyak revisi.”

“Dasar, wakil aneh.”

“Ketuanya lebih aneh. Dimana-mana ketua menyuruh anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan secepatnya, tapi orang ini malah menyuruh kita untuk santai-santai.” Jeno memutar bola matanya malas.

“Kenapa kemarin tidak buat di ruang sekretariat saja?” Mark curiga, sepertinya Jeno memiliki maksud lain.

“Di sekre stok jajanan sudah habis, karena di rumah Chika ada banyak makanya aku kesini.”

“Dasar tukang makan!”

“Awas saja jika aku melihatmu ikut mengambil jajan, kupukul kepalamu!”

Mark berlari, bersembunyi di belakang punggung Chika.
“Bu, tolong aku dikejar monster!”

“Mark, sialan!”

Hari ini akan menjadi hari yang panjang. Chika akan mendengar Mark yang adu mulut dengan Jeno karena LPJ yang belum jadi sama sekali. Dan Chika akan sibuk merevisi setiap kecerobohan yang mereka lakukan.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang