4. Penyesalan Renjun

241 70 120
                                    

Sekarang, ia disini. Di ruang tengah rumah  Mayrine.

“Lain kali jangan ceroboh. Kan sudah kuingatkan untuk mengisi ulang daya baterainya.”  Mayrine hanya mengangguk pelan.

Tangan Mayrine mengusap air matanya. Hal yang terakhir ia ingat adalah setelah laptopnya mati, jarinya  mencari kontak Renjun dan menelponnya.

“Naskahku bisa kembali kan?” Mayrine terdengar sesenggukan.

Sementara itu Renjun masih terdiam, netranya fokus pada laptop.
Sebelah tangannya mengelus rambut Mayrine.

Tadi Renjun dibuat panik karena panggilan dari Mayrine  yang menangis.  Tanpa memikirkan bagaimana pakaian yang ia kenakan, tangannya langsung menyambar kunci motor.

“Jun.. hiks.. Jun,"

“Hey, ada apa?”

“Naskah...Jun..”

Renjun menepuk dahinya, dugannya benar. Mayrine memang ceroboh.
Andai saja ia mengingatkan Mayrine lebih cepat, mungkin tidak akan seperti ini jadinya.

Mayrine ceroboh dan Renjun yang lamban bergerak.

“Biar aku yang tangani. Sekarang minum air mineral dulu, tenggorokanmu sakit karena menangis.” Renjun menyodorkan segelas air mineral pas Mayrine.

Sementara Mayrine hanya diam, menuruti permintaan Renjun sambil merenung. 

“Bagaimana? Sudah bisa?” Mayrine memainkan ujung kaus Renjun, dalam hatinya berharap namun juga cemas kalau naskahnya tidak bisa kembali.

“Sudah, ternyata autosave.”

Setelahnya, Renjun bisa mendengar Mayrine menghela napas lega.

“Mark dimana?”

“Sudah pulang Jun. Kenapa?”

“Tidak, aku hanya ingin mengobrol sedikit bersamanya,” Renjun tersenyum.

Mayrine hanya ber oh ria ketika mendengar jawaban Renjun. Semoga dia tak berbohong lagi padanya. Lagipula hubungan Renjun dengan Mark bisa dibilang...tidak terlalu baik.

Tidak terlalu baik dalam artian sering bertengkar. Namun, cara Renjun berbicara dan melihat  Mark itu sedikit aneh.

Renjun tampak tak suka pada Mark namun,  itu tidak terlalu terlihat. Sementara Mark tidak begitu menanggapinya.

“Lihat kantung matamu. Kau tidak tidur lagi?”

Renjun hanya tersenyum, entah jawabannya iya atau tidak Mayrine tak tahu.

Tangan Renjun bergerak mematikan daya laptop, "Naskahmu  sudah kuselesaikan.”

Mata Mayrine membulat sempurna. Bagaimana Renjun bisa tahu alur cerita dari naskahnya?

“Coba, biar kulihat. Aku tak mau nanti kalau alurnya malah tidak jelas.”

Renjun tertawa, “Cek besok pagi saja. Aku yakin apa yang kubuat sudah benar dan sesuai dengan pikiranmu. Sekarang sudah malam.”

“Jun, maaf merepotkanmu malam-malam begini.” Mayrine tersenyum kikuk. Kadang ia merasa tak enak dengan Renjun yang selalu menuruti kemauannya.

Seperti yang pernah Renjun katakan padanya.

“I'll give you everything.”

Kecuali sesuatu yang ia sembunyikan. Tentang keamanan mereka berdua, khususnya Mayrine. Dan perihal siapa yang akan mengambilnya nanti.

Dan kekasihnya ini akan selalu datang  disaat Mayrine membutuhkannya.
Banyak orang akan iri dengan orang seberuntung Mayrine yang bisa memiliki Renjun.

“Tidak apa-apa. Aku selalu setia dengan ucapanku. I'll give you everything,”  tangan Renjun mengacak rambut Mayrine.

Bukan rambutnya saja yang berantakan, hatinya juga. Ah bisa mati Mayrine kalau begini ceritanya.

Renjun merebahkan tubuhnya di sofa, matanya menerawang.

“Sangat sulit bagiku untuk tidur. Bahkan jika aku tidur, hanya akan ada mimpi buruk,"

Mayrine mengerti benar masalah Renjun yang ini. Bahkan Renjun hanya tidur pada saat jam istirahat panjang. Jam istirahat singkat hanya sekitar 30 menit dan itu digunakan untuk makan.

Renjun itu benar-benar... misterius.

Tangan Mayrine terulur, mengelus pelan rambut Renjun.

“Tidurlah. Besok pagi kau bisa kembali kerumahmu untuk mandi dan mengganti baju.”

Renjun mengangguk. Ketika bersama Mayrine rasanya beban hidupnya sedikit berkurang.

Sun goes down
It's time to sleep
It's time to go to bed

Mayrine membuka suaranya, walaupun suaranya tak sebagus Renjun tapi ini tidak terlalu buruk.

Sementara Renjun sudah memejamkan matanya perlahan.

Here we go again
The day is gonna end
It's time to get some rest

Sleep
I'll meet you in your dream
Sleep
We'll have fun in the scene

And we go catch the fireflies together
And we go fly the kite in the ocean
And we go jump and climb into the sky
And we go
And we go

And we go catch the fireflies together
And we go fly the kite in the ocean
And we go jump and climb into the sky
And we go
And we go

Mayrine tersenyum, akhirnya Renjun bisa tidur. Kalau terus begini, mungkin penampilan Renjun takkan terlihat seperti zombie.

Matanya sibuk memperhatikan lekuk wajah Renjun yang sempurna.

Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Namun, ia tidak berani menanyakannya kepada Renjun. Ia tidak mau berdebat lagi.

Kadang, banyak hal negatif yang memenuhi pikiran Mayrine.
Ia takut kehilangan laki-laki yang sabar seperti Renjun dan banyak hal yang tidak bisa Mayrine ungkapkan dengan kata-kata.

Mayrine mendekatkan wajahnya ke Renjun. Mengecup pipinya singkat.

“Goodnight my boy. I love you.”

Setelahnya, Mayrine menyelimuti Renjun. Malam ini akan menjadi malam yang panjang. Ia harus mengecek naskahnya dan juga kembali berkutat dengan pikirannya.


ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang