“Kenapa kau selalu melarangku ini dan itu?!” Terdengar suara dengan sedikit membentak. Beruntungnya, kelas masih kosong jadi hal ini tidak akan menjadi bahan gunjingan.
Lawan bicaranya malas untuk berdebat. Lagipula, perempuan yang ada di depannya itu selalu saja membantahnya.
Perempuan itu melangkahkan kakinya menuju ambang pintu kelas, rasanya aura ruang kelas menjadi lebih buruk dari biasanya.
"Kak, kakak bisa beri ini ke kakak yang ada di dalam? Terima kasih," belum selesai perempuan itu menjawab, adik kelasnya sudah berlari meninggalkannya.
Lagi-lagi penggemar baru.
Dilihatnya kotak merah itu, bekal makanan. Kenapa adik kelasnya seniat itu membuatkan seseorang makanan yang sudah pasti menolaknya mentah-mentah?
Jika ada penghargaan, maka Mayrine adalah orang yang paling sabar dalam menghadapi manusia dingin sepertinya.
Netranya menelisik kedalam kelas. Malas untuk masuk kelas, yang ada ia malah bertengkar lagi dengan laki-laki itu.
Renandra Junata, laki-laki dengan surai hitam itu menenggelamkan kepalanya diantara kedua lengannya yang terlipat diatas meja.
“M..maaf, apa aku mengganggu mu? Ini, tadi ada titipan dari adik kelas,”Mayrine menyentuh pelan pundak lelaki itu.
Lelaki yang biasa disapa Renjun mengangkat kepalanya, rambutnya tidak serapi tadi. Matanya melihat kotak merah itu, lagi-lagi sesuatu yang tidak Mayrine suka, tatapan meremehkan yang Renjun lemparkan.
“Aku tidak membutuhkan itu, buang saja.” Mayrine tersenyum kecut, Renjun akan selalu begitu. Kali ini Renjun tidak melanjutkan tidurnya, penampilannya sedikit...lebih kacau mungkin. Kulitnya memang putih namun, kali ini ia lebih disebut zombie, kulitnya pucat, bibirnya kering, dan kantung matanya terlihat jelas menghitam.
“May,”netra Renjun menatap Mayrine lekat.
“Ya?”
“Tidak apa-apa. Pinjam satu lenganmu sebentar.” May mengernyitkan dahinya sebentar. Belum sempat Mayrine menjawab, Renjun sudah menarik lengannya dan menjadikan lengan Mayrine sebagai bantal untuk alas tidur.
“Aku biasanya lebih cepat tertidur jika rambutku dielus-elus, dan kau tahu itu.” Mendengar itu, Mayrine menghela napasnya kasar, tangannya mengelus surai hitam milik Renjun. Kali ini kelas kosong, jadi ia membiarkan Renjun beristirahat dengan tenang.
Pikiran Mayrine melayang. Mengapa bisa ia terjatuh dengan orang yang keras seperti dia.
"No, that's my girl. Mayrine, kau tidak bisa meninggalkanku. Aku membutuhkanmu," napas Renjun sedikit terengah, lagi-lagi ia mengigau.
Mayrine menepuk pelan pipi Renjun, “Hey, bad dream?”
Renjun tidak menjawab, kedua tangannya menangkup pipi Mayrine .
“I don't want to lose you,”terdengar nada khawatir dari Renjun, Mayrine bisa merasakannya dengan jelas.
“Aku disini, tidak akan ada yang pergi.”
Setelah mendengar pernyataan Mayrine, raut wajah Renjun terlihat sedikit lebih tenang.
“Jun, aku keluar kelas sebentar. Ada urusan.” Tanpa mendengar jawaban dari Renjun, Mayrine berlari keluar pagar sekolah.
Ia ingin menenangkan pikirannya dari Renjun dan segalanya.
Renjun selalu mengekangnya, tidak membolehkan ini dan itu. Kadang itu yang membuat Mayrine tidak habis pikir dengan sikap Renjun yang suka mengatur.
Sementara ditempat lain, Renjun mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi mimpi yang sama.
📞Calling Mayrine .....
“Sial, dia mematikan ponselnya.” Renjun meninggalkan ponselnya di meja, berharap semuanya masih bisa terselamatkan.
Hanya ada satu hal yang ada dipikirannya, pagar depan sekolah.
Ia tidak mau kehilangan lagi.
“Mayrine, kau harus baik-baik saja. Kalau tidak aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.”
Renjun mengatur napasnya yang terengah, netranya melihat ke sekeliling jalan.
Mayrine, kau dimana?
Renjun mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak menemukan Mayrine di jalan sekitar gerbang depan ataupun ditempat lain.
Beberapa menit kemudian, mata Renjun menangkap sosok Mayrine yang duduk di depan pintu minimarket yang ada di seberang sekolah.
Tanpa aba-aba Renjun langsung berlari dan memeluk Mayrine.
“Tersrempet kendaraan kan?” raut wajah Renjun yang tadinya khawatir kembali dingin, seperti biasanya.
“Hm, ya.”
“Untung saja kau tidak apa-apa. Aku tidak mau terjadi sesuatu kepadamu. Kau mengerti kan?” Renjun memeluk tubuh Mayrine, mencium rambut Mayrine.
Mayrine hanya mengangguk pelan, bagaimana Renjun bisa tahu kalau ia terserempet kendaraan?
Namun, kejadian ini terlalu sering.
Renjun sering kali mengingatkannya untuk berhati-hati pada sesuatu.
“Lain kali berhati-hati. Jika kau kesal denganku jangan langsung kabur. Aku bisa gila jika sesuatu yang buruk terjadi kepadamu.” suara Renjun terdengar lebih lembut.
“Iya.”
“Berjanjilah, May.”
“Untuk apa?”
“Tetaplah bersamaku. Dengan itu, kau akan selamat.”
Renjun mengelus pelan rambut Mayrine, banyak hal yang memenuhi pikirannya. Baik tentang kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan maupun tentang Mayrine, semuanya kadang membuat Renjun pening.
“Iya, aku berjanji.” Mayrine menatap manik mata Renjun, salah satu kelemahan Mayrine adalah mata Renjun.
Rasanya seperti terhipnotis.
“The future seems to be worse than this, I need you.” Renjun menggandeng tangan Mayrine menuju area sekolah.
Mayrine menghela napasnya. Baginya Renjun tetaplah orang yang misterius, begitu banyak yang Renjun sembunyikan darinya.
Dalam hati, Mayrine membalas ucapan Renjun.
“I need you more, Renandra Junata.”
Hai, aku balik lagi nih. Kali ini aku nyoba buat alternative universe dengan cast Renjun NCT Dream. Aku harap kalian bakal suka.
See ya di next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1 Ft.Huang Renjun✓
Werewolf𝐓𝐡𝐞 𝐟𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐬𝐞𝐞𝐦𝐬 𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐰𝐨𝐫𝐬𝐞 𝐭𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐡𝐢𝐬, 𝐈 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐲𝐨𝐮 -𝐇𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧 '𝐬 𝐚𝐮. 12 Mei-28 Mei 2020 [COMPLETED] Amazing cover by @Ilmayyaa