Kali ini suasana terasa berbeda. Mayrine hanya berbicara sedikit pada Renjun. Bukannya bagaimana, ia hanya masih ragu dengan perasaan Renjun padanya.
"Ada apa denganmu, mengapa lebih pendiam? Sakit?" Mayrine menggeleng pelan, memainkan kukunya. Jika berani, ia akan bilang ke Renjun kalau hatinya yang sakit.
Ditengah kecanggungan itu, pintu rumah diketuk.
"SIAPA?" Renjun berteriak.
"Mark tampan."
Renjun mendengus kesal, malas merespon ucapan Mark.
"Masuk saja Mark," Mayrine berteriak, sementara itu Renjun memberi tatapan tidak terima pada Mayrine.
"HELLO EVERYBODY!" Mark bersorak.
"Norak," Renjun mendengus kesal, ia kesal. Mengapa setiap ia ingin berduaan dengan Mayrine, Mark selalu datang? Memangnya dia tidak punya pacar?
Mark menatap sinis pada Renjun,"Kemana saja kau? Sudah puas membuat Mayrine menangis?"
Renjun diam, Mayrine melihat kearah Mark, "Jika mau bertengkar, bisa di lapangan. Hari ini tolong damai."
Mayrine memijat batang hidungnya.Setelah itu Mark diam sesaat, "Ada yang mau makanan, tidak?"
"Aku, " Renjun mengacungkan telunjuknya.
Mark cemberut, "Kau nanti-nanti saja, suapan pertama harus untuk Mayrine."
Mark membuka sekotak pizza dan menyuapinya ke Mayrine.
"Hey, dia pacarku! Memangnya kau tidak punya pacar hah?!" Renjun tak terima dengan adegan yang ada di depannya .
"Stop it. Aku sudah punya pacar ya," Mark berkata sombong.
"Memang siapa yang mau menjadi pacarmu?" Renjun setengah berteriak.
"Chika."
Renjun setengah terkejut ketika mendengar nama Chika disebut.
Mengapa Chika mau dengan laki-laki modelan Mark?"Anggap saja ini syukuran," Mark mengulurkan kotak pizza itu kearah Renjun.
"Dan, setelah ini aku bisa melupakan pacarmu." Tentu saja Mark melanjutkan kalimat ini dalam hati.
Mayrine mengambil beberapa cemilan dari tas kain milik Mark. Jika kalian kehabisan cemilan atau kelaparan, hubungi saja Mark. Tuan muda Mark tidak akan kehabisan itu semua.
Mark menyandarkan kepalanya di sofa. Baru beberapa hari ia meninggalkan rumah Mayrine rasanya ia sudah rindu dengan rumah itu.
"Hey, Jeno menelponku." Renjun melihat kearah Mark dengan tatapan tidak suka.
Mark melihat meja, dan ia baru ingat kalau ponselnya mati.
"Pasti LPJ." Mark berucap pelan.
"Ada apa Jen?"
" KAU DI RUMAH MAYRINE? MARK ADA DISANA TIDAK?" Jeno setengah berteriak, Renjun menjauhkan telinganya.
Renjun meletakkan ponsel di pangkuannya, me-loadspeaker panggilan Jeno agar didengar oleh Mark.
"Apa Jen?"
"Jadi begini, kami menangis."
Renjun mengerutkan keningnya, apa maksudnya?
"Hah?"
"Iya kami, aku dan Chika menangis. Tapi Chika saja sih, aku menangis dalam hati."
"KAU BICARA APA SIH JENO?" Mark berteriak.
"Chika..Chika menangis.. LPJ yang kita buat kemarin kan baru jadi sedikit. Tapi kita cek hari ini datanya hilang.... semua."
Mark menepuk dahinya, "Mati saja aku."
"Lalu bagaimana dengan data yang tahun lalu?" Mark memainkan kukunya, cemas dengan jawaban Jeno.
"Hilang juga, tapi..."
"Tapi apa?"
"Mungkin ada di laptopku. Semua data yang ada di flashdisk Chika hilang semua. Sebentar aku cek dulu."
Mark mengacak rambutnya, "Oke, sekarang aku kesana."
"Selamat bertugas bapak ketua, tuan muda Mark." Renjun tertawa, akhirnya ia bisa terbebas dari Mark dan bisa berduaan dengan Mayrine.
"Berisik kau , sialan." Mark bangkit dari sofa Mayrine.
"May, aku pergi dulu ya."
"Hati-hati, mark,"
•
Renjun menyandarkan kepalanya di bahu Mayrine, seperti biasanya, ia manja seperti anak kucing.
"Jun?"
Renjun mendongak, "Ada apa sayang?"
Mayrine, diam ia tak tahu harus berkata apa saat ini.
"Kau bingung mau bilang apa kan? Ya sudah, boleh aku bertanya?"
Renjun menatap tangan Mayrine, gelang yang Renjun berikan tiga tahun yang lalu tidak ia lihat lagi di tangan kanan Mayrine.
"Gelangnya kemana? Kenapa tidak dipakai?"
Mayrine memegang pergelangan tangannya, "Lupa kupakai, kemarin sempat kulepaskan."
Tentu saja Mayrine berbohong. Sesekali berbohong pada Renjun tidak apa kan? Lagipula Renjun suka membohonginya.
Kemarin Mayrine sudah putus asa tentang Renjun. Ia melepaskan kalung dan gelang yang pernah Renjun berikan.
"May, jika aku pergi nanti. Kau bisa mencari laki-laki lain yang lebih baik dari aku, tapi bagimu aku tetap yang paling tampan kan." Renjun tertawa kecil.
"Kau berkata apa Jun? Baru kemarin kau menghilang, sekarang kau akan pergi lagi?" suara Mayrine terdengar serak, ingin menangis.
"Hey, bukan begitu maksudku." Renjun menggenggam tangan Mayrine, mengusapnya perlahan.
Air mata Mayrine jatuh, menetes di pipi Renjun. Mayrine sudah tidak bisa menahannya lagi, Renjun memberikannya banyak rasa sakit.
"Lalu apa Jun? Apalagi? Aku harus menunggumu berapa lama lagi? Sebenarnya kau mencintaiku atau tidak hah?!" Mayrine berteriak.
"Aku sangat..sangat mencintaimu Jun. Jangan pergi kemanapun, aku mohon." Mayrine menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Renjun memeluk Mayrine erat, "Kau tak pernah tau apa yang kurasakan May, aku bahkan rela jika menukar nyawaku untuk keselamatanmu. Aku..aku hanya takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1 Ft.Huang Renjun✓
Lobisomem𝐓𝐡𝐞 𝐟𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐬𝐞𝐞𝐦𝐬 𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐰𝐨𝐫𝐬𝐞 𝐭𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐡𝐢𝐬, 𝐈 𝐧𝐞𝐞𝐝 𝐲𝐨𝐮 -𝐇𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐑𝐞𝐧𝐣𝐮𝐧 '𝐬 𝐚𝐮. 12 Mei-28 Mei 2020 [COMPLETED] Amazing cover by @Ilmayyaa