21. Perjodohan yang Batal

133 37 75
                                    

Renjun membuka matanya, ini bukan seperti kamarnya. Ah iya, dia baru ingat kalau selama tiga hari ini ia sementara  tinggal di rumah Lia.

Lia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Sebenarnya Lia bukan pribadi yang manja namun, karena merasa bersalah Renjun memilih untuk tinggal sementara di rumah Lia dan merawatnya untuk beberapa waktu.

“Jun, ponselmu kugadaikan saja ya.”
Lia memberikan tatapan kesal pada ponsel Renjun yang sudah dimatikan tiga hari lamanya.

“Jangan ngawur, ada nomor Mayrine disana.”

“Nah itu tahu, kenapa kau malah mematikannya? Kau tidak memikirkan apa yang terjadi pada Mayrine selama ini ketika kau tidak ada? Dia cemas, bodoh.”  Lama-lama Lia ingin melempar kepala Renjun dengan vas bunga milik ibunya.

Lia rasa ada yang salah dengan kepala Renjun.

“Jangan ikut campur urusanku, Lia.” Renjun kembali dingin padanya. Lia bahkan tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Renjun selanjutnya.
Kadang Lia berpikir, apakah Mayrine tidak pusing dengan sikap Renjun yang seperti ini?

“Ya sudah terserah. Kapan rencananya kau masuk sekolah? Sepertinya kau terlalu senang membolos sekarang.” Lia melipat kedua tangannya di depan dada.

“Besok, mari kita selesaikan ini semua. Kita batalkan perjodohan itu.” 

Lia memutar bola matanya malas, “Apa yang akan kukatakan kepada kedua orang tua itu? Dia bahkan sudah tidak di rumah ketika kita pulang.”

Lia merebahkan tubuhnya di sofa, sementara itu Renjun mondar-mandir tak jelas.

“Aku dapat ide.”

Lia meraih remote TV nya, “ Ide apa?”

Renjun diam sejenak, “Menurutmu lebih kuat pengaruh perusahaan keluargamu atau keluargaku?”

Lia diam, “Keluargamu lah. Kalau keluargaku lebih kuat tidak mungkin dia selalu memaksaku untuk menikah denganmu.”

Renjun merasa ini adalah ide yang bagus. Orang tua Lia adalah orang yang gila harta jadi, ide ini mungkin akan berhasil.

“Apa yang akan kau lakukan Jun?”

Renjun tak menjawab, ia mengambil ponselnya, lalu menyandarkannya di tumpukan buku yang ada di meja milik Lia.

Lia bisa lihat di layar ponsel Renjun, Renjun sedang menghubungi ayahnya melalu panggilan video.

“Halo Jun, ada apa? Tumben kau menghubungi ayah.” Terlihat  ayahnya yang masih sibuk berkutat dengan tumpukan kertas yang ada di mejanya.

“Begini ayah, ayah masih ingat Mayrine kan?”

“Masih, pacarmu kan? Ada apa?”

Lia bangkit dari posisi tidurnya.

“Halo om, ini Lia. Lia mohon ya, perjodohannya dibatalkan saja. Lia tidak suka dengan Renjun.” Lia tersenyum kecil.

Ayah Renjun tampak diam, “Tapi ayah sudah mengiyakan permintaan keluarga Lia jauh sebelum kau pacaran dengan Mayrine ,Jun. Lalu bagaimana sekarang?”

Renjun dan Lia  berpandangan, “Katakan ke orang tua Lia,  kalau  mereka tidak membatalkan pertunangan ini ayah akan memutuskan kerja sama antar perusahaan.” Renjun dan Lia berkata bersamaan.

“Ya sudah jika itu maumu. Ayah tutup dulu ya, ayah masih sibuk.”

“Oke ayah,aku sayang ayah.”

Tut.

“YEY, AKHIRNYA KITA BEBAS!” Renjun dan Lia berteriak histeris, setelah itu berpelukan erat.

“Rasanya, rasa sakitku setelah kecelakaan hilang semua. Akhirnya kita bisa mengakali kedua orang tua itu hahaha.” Lia tertawa keras.

Sementara itu Renjun ikut tertawa, “Akhirnya, aku bisa menemui Mayrine.” 

“Ya sudah, pergi sana temui Mayrine! Besok jangan lupa sekolah.”

Renjun hanya mengiyakan ucapan Lia lalu pergi menuju pintu gerbang.

“Aku pergi, dulu!”

Sementara itu Lia hanya mengibaskan tangannya, “Sana, pergi saja. Aku tak peduli!”

Renjun berdiri di depan pintu rumah Mayrine, awalnya tangannya sudah melayang di udara untuk mengetuk pintu kayu yang berwarna cokelat itu.
Namun, ia urungkan niatnya.

Matanya, melirik arloji hitam yang melingkari tangan kirinya. Masih jam tiga sore, biasanya Mayrine akan keluar untuk menyapu halaman rumahnya.

Cklek.

Suara pintu terbuka, menampilkan Mayrine dengan rambut yang digerai memakai baju hitam yang kebesaran. Dan Renjun merasa familiar dengan baju itu.

Ah iya, itu baju milik Renjun.

“J..j.. Jun?” Tanpa aba-aba Renjun langsung memeluk  Mayrine.

Tubuh Mayrine seakan kaku, ia memukul dada Renjun. “Bodoh, kenapa kau hilang tanpa kabar hah?!”
Suara Mayrine serak karena menangis.

Renjun melepaskan pelukannya, “Maaf, ayo masuk. Tidak baik berdiam di depan pintu.”

Renjun menggandeng tangan Mayrine masuk ke dalam rumah. Ia kembali memeluk Mayrine, mencium rambut, pipi, dan dahi Mayrine.

“Aku bisa gila jika kau benar-benar meninggalkanku.”

Mayrine hanya bisa membeku di tempatnya.

“Bisa kau katakan, kemana saja kau pergi selama tiga hari ini?” Mayrine menunduk, mengelus pelan jari Renjun.

“Jangan bahas itu dulu, aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.”

Mayrine kecewa, lagi-lagi Renjun tidak mau jujur padanya.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang