6. Pacar Kedua?

216 65 158
                                    

Hari ini Renjun tak bicara banyak pada Mayrine, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sementara itu Mayrine tak ambil pusing, ia menyalakan lagu yang ada di ponselnya. Mayrine merasa tak enak badan. Sepertinya demam. Mungkin nanti ia akan beristirahat setelah Renjun pulang.

Padahal daritadi Renjun sudah memaksanya untuk tidur. Namun, Mayrine merasa tak enak jika harus meninggalkan Renjun. Bagaimanapun, Renjun tetaplah tamu.

Sesaat setelahnya ponsel Renjun berdering. Renjun yang masih tidur di pangkuan Mayrine menatap ponsel itu malas.

Siapa lagi yang menganggu Renjun saat berduaan?

“Ada telepon masuk Jun,” Mayrine mengarahkan dagunya kearah ponsel Renjun.

“Angkat saja, tak apa.” Renjun berucap cuek.

📞 Lia calling...

“Lia? Bukankah itu siswi sekolah sebelah yang terkenal?” Mayrine  membatin.

Jangan bilang kalau...

“Renjun, kau tidak jadi ke rumahku?” Terdengar nada manja dari suara Lia, Mayrine berani bersumpah kalau ia benci mendengar suara semacam itu yang ditujukan kepada pacarnya.

Mata Mayrine membulat sempurna. Apa ia tak salah dengar? Sebenarnya ada hubungan apa Lia dengan Renjun?

“Halo Jun. Kau masih mendengarkanku?” 

Mayrine tidak bicara sepatah katapun. Tangannya terulur, menyerahkan ponsel itu pada sang empunya.

“Masih Lia. Maaf aku tidak bisa, aku masih ada urusan dengan temanku.”

Tut.
Setelah itu Renjun mengakhiri panggilan secara sepihak. 

Mayrine tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata.

Temanku.

Renjun mengatakan kalau dirinya adalah teman.

Are you crazy, Jun?

Jadi selama ini hubungan macam apa yang Mayrine jalani dengan Renjun?

Pacar? Selingkuhan? Atau pacar kedua?

Memikirkan opsi ketiga membuat Mayrine ingin menangis. Semuanya terasa seperti mimpi.

Rasanya baru kemarin Renjun membantunya untuk mengetik naskahnya dan baru kemarin Renjun memeluknya erat seakan tak rela jika Mayrine meninggalkannya.

“Pergi dari rumahku Jun, sekarang!”  Suaranya terdengar bergetar, rasanya sulit untuk mengusir Renjun dari rumahnya.

Renjun bangkit dari pangkuan Mayrine.

“May, listen to me.” Renjun memegang kedua bahu Mayrine, menatap Mayrine lekat.

Mayrine memalingkan wajahnya.

“Tidak ada yang perlu dijelaskan, Renandra. Sekarang keluar, aku tak mau lagi melihat wajahmu!”

Mayrine mendorong bahu Renjun, dengan tenaganya yang tak seberapa.
Tangan Mayrine mencari kontak seseorang yang dapat dihubungi.

Cepatlah kemari, aku membutuhkanmu.

Setelah menekan tombol kirim, Mayrine kembali menatap Renjun.

Get out!”  Ini pertama kalinya Mayrine berteriak kepada Renjun.

“Maaf, May.” Hanya itu yang Renjun ucapkan sebelum keluar dari rumah Mayrine.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang