18. Rindu?

153 38 85
                                    

Lia mendorong mangkuk yang berisi bubur ke lantai, perasaannya campur aduk sekarang. Bagi Lia, semuanya egois. Tak ada yang memikirkan perasaannya sedikitpun.

“Kau tidak bisa seperti ini terus menerus Lia. Semakin cepat kau keluar darisini, semakin cepat aku bisa menemui Mayrine.” Renjun mengacak rambutnya. Ia mulai tak mengerti dengan Lia yang mempersulit keadannya.

Lia menatap Renjun, menunjuk wajahnya.

“Kau selalu menyebut, Mayrine, Mayrine, dan Mayrine. Apa menurutmu aku tak penting bagimu?” Lia berteriak. Disaat yang bersamaan, ia merasakan kepalanya yang sakit.

“Kau tetap penting, Lia. Apa kau tak tahu apa yang orang tuamu katakan padaku? Dia bilang aku tidak bisa mencegah ini. Ternyata perasaanku benar, seharusnya aku tak membiarkanmu mengendarai mobil.” Renjun menatap Lia pasrah, malas berdebat. Di kepalanya hanya terputar kejadian di taman tadi.

“Kau sebut dia orang tuaku? Dia bahkan tak mendengarkan keinginanku. Aku tidak mau dijodohkan denganmu, pita suaraku bisa putus jika aku menikah denganmu. Setiap hari hanya berteriak saja.”  Lia melihat sinis kearah Renjun.

“Ya sudah, katakan saja pada kedua orang tuamu kalau aku akan menikahi Mayrine secepatnya. Lama-lama aku kesal dengan kalian semua.” Renjun menengadahkan kepalanya.

Lia tertawa kecil.
“Menikah? Hahaha. Kau kita semudah itu? Memangnya dia masih mencintaimu?”

Renjun mendengus pelan, “Terserah, terserah. Aku malas berdebat denganmu.”

Lia menyentuh punggung tangan Renjun, “Maaf karena aku tak menuruti perkataanmu. Katakan padaku? Berapa banyak uang yang mereka berikan untukku?”

Renjun tersenyum.
“Tak apa. Hanya tiga puluh juta.”

Setelahnya Lia tertawa.
“Memang, aku tak mengerti dengan mereka. Yang mereka tahu hanya uang dan uang. Apa mereka pikir uang yang bisa merawatku? Jika bisa aku akan membeli orang tua yang tak seperti mereka.”

Renjun melihat Lia nanar, temannya ini memang malang. Walaupun hidup berkecukupan tapi kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

“Simpan saja uangnya, siapa tahu kau perlu.”

Renjun tahu kalimatnya salah, Lia bahkan memiliki lebih dari itu.

“Ambil semuanya, kau bilang mau menikahi Mayrine kan?”

Renjun tertawa, “Aku tadi hanya bercanda. Menikah itu masih lama.”

Lia menatap Renjun serius, “Iya aku tak bercanda. Ambil saja, anggap itu adalah hadiah jika nanti kau menikah dengan Mayrine.”

“Hey, itu masih lama. Lagipula aku tidak memiliki hak.”

Lia berdecak kesal, “Ambil saja, atau aku tidak membatalkan perjodohan ini?”

Renjun mendengus, lagi-lagi ia kalah dari Lia.

“Lia, jika misalkan nanti aku tidak ada. Kau jangan keluar dari jalur ya.”

Lia terhenyak, apa-apaan ini?

“Jangan berkata aneh-aneh. Kau tak bisa meninggalkanku.”

“Tidak ada yang tahu kan? Intinya, kau harus bisa menjaga diri sendiri.” Renjun menaik turunkan bahunya.

Lia cemas, ia takut kalau ini beberapa ini akan menjadi hari-hari terakhirnya bersama Renjun.

[Play mulmed ya!]

Mayrine menikmati lagu yang dibawakan penyanyi di restoran ini, ponselnya sengaja dimatikan agar Mark tidak berisik.

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang