7. Mabuk

198 57 123
                                    

Mayrine membuka matanya, jam menunjukkan pukul delapan pagi. Lengan kanannya terasa berat, dilihatnya Mark yang tertidur diatas lengannya.

Mark benar-benar menjaganya dengan baik.

“Mark, bangun. Kau tidak sekolah?" Tangan kiri Mayrine menepuk pipi Mark pelan.

Sementara itu , Mark menguap. Memandang Mayrine sekilas “Sudah bangun ya. Biar aku order makanan dulu.”

“Ngomong-ngomong May, aku sudah bilang kepihak sekolah kalau kau sakit.” Mark dengan santai mengambil sisir dan merapikan rambut Mayrine.

“Lalu bagaimana denganmu?”

“Ya, seperti biasa,” setelahnya Mark tertawa.

“Iya-iya orang berkuasa memang bebas.”

Mark lagi-lagi tertawa. Seperti yang banyak orang tahu, tawa Mark memang menular.

Mark merebahkan dirinya lagi, membuka aplikasi instagram. Mencari following instagram Renjun.

Liaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Liaaa.th

Game terus -_-
@Renanjunata
8jam yang lalu
Komentar dinonaktifkan

“SHIT!” Mark mengumpat, ia mengira Lia akan menjalani  hubungan ini secara sembunyi-sembunyi. Tapi nyatanya ia menunjukkan dirinya yang sebenarnya.

Mayrine mengambil handuk yang ada di lemari.

“Ada apa?”

Mark tersenyum kecil. “Tidak, tidak ada apa-apa.”

Mayrine mengangkat bahunya, "Ya sudah aku mandi dulu.”

Mark mengangguk.

Cari tahu tentang seseorang yang bernama Lia.
[Send picture]

Renjun melamun, melihat kursi yang ada di pojok kosong.

Rasanya ada yang hilang.

Biasanya, setiap pagi Renjun menjemput Mayrine dan mereka berangkat sekolah bersama.

Namun, yang terjadi hari ini berbeda. Jok belakang kosong.

Tak ada yang tahu apa alasan Mayrine tidak hadir hari ini. Yang Renjun tahu, ia sudah berusaha menghubungi Mayrine ratusan kali namun hasilnya nihil.

Sebegitu benci kah Mayrine dengan Renjun?

Hati Renjun gusar,  keraguan menyelimuti hatinya. Haruskah ia menjelaskan semuanya kepada Mayrine?

Renjun kembali menenggelamkan kepalanya di lipatan kedua tangannya.  Biasanya Mayrine yang akan mengelus rambutnya agar tertidur. Ah dirinya merindukan Mayrine.

“Apa Mayrine tak cukup untukmu?”  terdengar suara yang cukup familiar di telinga Renjun.

Renjun mengangkat kepalanya. Ternyata itu adalah Jeno.
Sekadar informasi, Jeno adalah orang yang pernah Mayrine tolak pada saat hari terakhir MOS.

“Jangan ikut campur urusanku, Jeno.” Nada bicara Renjun tenang namun, menusuk.

Jeno hanya tersenyum.

“Semoga nanti kau tidak terlambat untuk mengejar Mayrine. Dan ya, kau harus melihat ini,” Jeno menunjukkan ponselnya kearah Renjun.

Apa-apaan ini?

Ternyata benar, kecepatan seseorang dalam menyebarkan berita atau rumor bisa mengalahkan kecepatan internet.

“Jangan tanya aku darimana informasi ini berasal. Karena topik antara kau, Mayrine, dan selingkuhanmu sudah menjadi bahan pembicaraan  utama di grup chat angkatan kita.” Jeno menjauh dari tempat duduk Renjun.

Renjun memukul meja, kakinya langsung melangkah menuju rooftop.

“Halo Jun, ada ap...”

“Hapus postingan itu, gila! Jika Mayrine tahu ia bisa makin membenciku.” Renjun menyentak, ia tak menyangka Lia akan memposting fotonya.

“Tapi Jun..”

“Hapus atau aku akan membongkar semuanya?”  Nada bicara Renjun makin meninggi.

“Jangan mengancamku Renandra!”

“Aku tak pernah main-main dengan ucapanku Lia,” Renjun memberi peringatan pada Lia. Ia tak mau Lia semakin melewati batas.

Renjun membanting ponselnya di sofa rooftop. Lama-lama ia yang bisa gila. Lia sulit dikendalikan, belum lagi Mayrine yang tak mau mendengar penjelasannya. Semuanya terasa rumit.

Mayrine merebahkan dirinya di ranjang. Waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi namun,  ia tidak bisa tidur.

Apakah Renjun sudah tidur?

Mayrine mengusap wajahnya pelan, untuk apa ia memikirkan orang yang tak memikirkannya.

Tok tok tok.

Suara pintu diketuk terdengar keras. Siapa yang hendak bertamu pada jam seperti ini?

Sebelah tangan Mayrine mengambil pisau dapur. Mayrine hanya mengingat satu hal yang pernah Mark katakan padanya.

Dunia ini begitu luas. Banyak orang jahat yang mengintai kita. Yang bisa kita lakukan adalah menjaga diri kita sendiri.

Perlahan, Mayrine membuka  gagang pintu dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang pisau yang disembunyikan dibalik punggungnya.

“Do you still love me?”

Ctak.

Pisau yang ada di tangan kiri Mayrine jatuh begitu saja ketika Renjun hendak memeluknya.

Tidak bisa dipungkiri kalau Mayrine merindukan laki-laki yang ada di depannya. Air matanya mengalir deras, Renjun selalu mempunyai tempat di hati Mayrine.

Bau alkohol tercium ketika Renjun berbicara padanya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Renjun hingga ia mabuk seperti ini?

“May, kau tahu? Aku tak mencintai Lia. Itu semuanya hanya salah paham. Aku membenci diriku sendiri karena telah membuat dirimu sedih.Mengapa kau mengabaikan setiap pesan dan telpon dariku? Apakah kau membenciku?”

Renjun meracau. Cara bicaranya tidak seperti biasa. Mungkin, karena pengaruh alkohol.

Mayrine tidak tahu bagaimana ia harus menjawab setiap pertanyaan Renjun. Yang ia ingin dengar adalah kejujuran Renjun, tanpa ada yang ditutup-tutupi sedikitpun.

“Mayrine, do you still love me?”

Parah, Renjun semakin kacau.

“H..ha..halo Mark. Tolong antar Renjun ke rumahnya, sekarang Renjun sedang di rumahku. Dia mabuk dan meracau tak jelas.”

“Oke.” Nada bicara Mark agak berubah.

“Aku mohon, secepatnya.”

Mayrine menutup matanya sejenak, “Maaf Jun. Aku masih belum ingin bertemu denganmu.”

ᴵⁿˢᵒᵐⁿⁱᵃ 1  Ft.Huang Renjun✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang