7. Asik warna rambut

2.5K 268 55
                                        

"Pokoknya gak mau tau, Yasha mau warna rambut kaya Ka Gege!" Hanna juga Yasir saling tukar pandangan dan berakhir menghela nafas secara bersamaan.

Ini sudah hampir jam sembilan malam tapi topik pembicaraan masih seputar ganti warna rambut gara-gara si sulung yang datang dengan rambut merah menyala sampai membuat si Bungsu juga ingin mengganti warna rambut seperti itu.

Teman-teman Yasha sudah pulang semua, menyisakan seluruh keluarga Gemelard yang saat ini tengah santai di ruang keluarga setelah menyelesaikan sholat tarawih di mesjid.

"Ge, tanggung jawab gara-gara kamu ini Adiknya jadi ngerusuh!"

Gerdylan menggaruk keningnya, pusing juga kalau sudah begini. Niatnya kan ingin ganti rambut karena sudah bosan dengan warna hitam, kenapa jadi malah berurusan dengan Yasha sih.

"Dek, kakak kan ganti warna rambut karna mau ikutan cosplay jadi Garaa yang di film Naruto soalnya ada acara nanti Minggu depan. Masa kamu mau ikut-ikutan jadi Garaa juga sih!" 

"Gak mau tau, Yasha mau rambut merah gitu juga! Ngambek ni kalau engga boleh."

Hanna mengusap kepala anaknya, susah juga membujuk Yasha kalau sudah seperti ini. "Tapi kan Adek sekolah, memangnya mau di usir dari sekolah karena rambutnya beda sendiri?"

Yasha masih memanyunkan bibirnya. "Pokoknya Yasha tetep pengen rambut kaya gitu titik!" Yasha melipat kedua tangannya di depan dada, dengan wajah yang merah karena kesal.

Sejak tadi tidak ada yang menyetujui idenya, padahal kan sekolah masih seminggu lagi masih ada waktu untuk menikmati rambut merahnya.

"Engga ah dek, bahaya tau warna-warna rambut nanti rambutnya rusak." Kali ini Yasir yang menanggapi, mencoba memberi pengertian tapi malah membuat anaknya berteriak kesal.

Hanna mencubit lengan suaminya pelan, memberi peringatan karena malah memperkeruh suasana.

"Dek sini deh!" Tara memanggil, ketika ide bagus melintas di kepalanya. Yasha mau tak mau menghampiri masih memasang wajah kesalnya.

Tara membisikan sesuatu pada telinga Yasha hingga mata anak itu berbinar. "Kak Tara gak lagi bohong kan?" Yasha bertanya ketika melihat senyum di wajah kakaknya, takut saja kalau kakak keduanya itu malah membohongi nya.

"Engga, makanya Adek nurut aja dulu sekarang makan terus minum obat dulu gimana?"

Yasha berpikir sejenak, dengan mata yang mengerling ke atas. "Oke. Mih siapin makan sama minum obat yah, Yasha nunggu di kamar."

Dengan langkah pelan lalu Yasha beranjak dari kursi, beruntung kondisinya sudah lebih baik hingga infus sudah bisa di buka oleh Hanna. Sekedar informasi saja kalau Hanna itu mantan Perawat di rumah sakit terbesar di Jakarta Milik keluarga nya.

Sempat jadi perawat terbaik sebelum dirinya mengandung Yasha dan harus berhenti bekerja karena kandungan nya yang selalu bermasalah.

"Yoda kamu temenin Adik kamu dulu mendingan, kasian kan jalan nya masih pelan gitu." Yoda yang sedang lanjut makan Candil menoleh, ingin menolak tapi raut wajah Yasir begitu serius jadi lebih baik menurut saja.

Kali ini Hanna memanggil nama Tara ketika anak gadisnya dengan santai menganti Chanel TV mencari acara yang bangus untuk di tonton.

"Tara, kamu gak lagi ngerencanain yang macem-macem kan buat adek kamu?"

Tara menghentikan kegiatannya lalu dengan wajah santainya dia melirik kepada Hanna.

"Mamih tenang aja semua aman kok, mana mungkin Tara macem-macem sama Adik kesayangan Tara."

YASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang