22. Memalukan.

1.6K 254 99
                                    

Hanna akhirnya pergi menghampiri Yasha yang sudah lebih dulu masuk ke kamarnya setelah wanita itu menyelesaikan makannya.

Perlahan kakinya melangkah menaiki tangga hingga sampai ke lantai dua lalu membuka pintu kamar Yasha pelan-pelan. Hanna mengintip menyembulkan kepalanya memperhatikan sekitar mencari keberadaan Yasha.

Hingga pandangannya berhenti saat melihat Yasha sedang sholat dengan khusuk. Sehingga membuatnya terpaku, ragu untuk masuk ke dalam karena takut mengganggu konsentrasi anaknya.

Sampai Yasha selesai sholat lalu melipat kedua kakinya dan berdoa Hanna masih diam di balik pintu yang sedikit terbuka, sekali saja rasanya Hanna ingin mendengar doa apa yang selalu anaknya panjatkan selepas sholat.

"Ya Allah, bahagiakan selalu keluarga Yasha. Yasha hanya ingin diberikan kesehatan saja agar bisa selalu bersama dengan keluarga Yasha. Tanpa merepotkan mereka."

Yasha mengusap wajahnya setelah merapalkan Aamiin dengan jelas. Lalu berdiri untuk melipat sajadah dan menaruhnya di rak.

Hanna tersenyum sendu, mendengar lantunan doa yang sangat sederhana namun berarti besar itu, wanita yang masih cantik di umurnya yang sudah memasuki usia kepala lima itu lantas mengetuk pintu kamar Yasha lalu masuk perlahan memperhatikan wajah anaknya yang sedikit terkejut.

"Kirain Mamih kamu ngambek."

Hanna ikut duduk di ranjang tepat sebelah Yasha yang sedang membuka ponselnya.

"Loh, memang masih ngambek. Emang gak keliatan Yasha ngambeknya!"

Yasha hanya berucap santai namun mampu membuat Hanna tertawa sembari mengusap kepala anaknya itu dengan lembut.

"Masa sih, sini Mamih peluk biar gak ngambek lagi."

Hanna memeluk tubuh Yasha dari samping tanpa aba-aba, membuat anaknya menggeliat karena tidak nyaman di peluk seperti itu.

"Mih, lepasin ah Yasha ngambek beneran ini loh!"

Yasha masih memberontak namun Hanna malah semakin memeluk anak itu bahkan sampai kedua nya berguling lalu Yasha tertawa kencang sebab setelahnya Hanna mengelitik tubuh anaknya.

"Ampun-ampun deh Mih, Iyah-iyah udah Yasha gak marah lagi." 

Keduanya tertawa dengan napasnya yang memburu karena kebanyakan tertawa. Hanna melirik Yasha memperhatikan deru napas anaknya.

"Maafin Mamih, tadi Mamih yang nyuruh Kak Yoda buat gak bangunin kamu tidur. Jadi jangan marah sama Kak Yoda yah?"

Yasha masih dengan posisinya yang terbaring menatap Hanna, Mamihnya sudah duduk tapi pandangannya tak lepas dari Yasha.

"Kenapa gitu sih, kan Yasha ada janji Mamih." Ucap Yasha seakan tidak terima atas apa yang di katakan Hanna.

"Kamu itu kecapean nak, Mamih bangunin pas pulang aja kamu gak gerak sama sekali. mana napasnya lambat, kan mamih parno jadinya."

Yasha membasahi bibirnya, lalu mengingat kembali. Memang saat bangun tadi ada rasa tidak nyaman pada dadanya yang coba Yasha abaikan, Yasha kira itu hanya hal biasa namun mendengar yang di ucapkan Mamihnya dia lantas diam sambil memikirkan hal lain.

"Emang gak kerasa yah Mamih usapin dada Adek tadi? Mamih juga sempat bangunin adek, tapi Adek bilang masih ngantuk jadi Mamih ngelarang Yoda buat bangunin Adek."

Yasha sungguh tidak mengingat apa yang di bicarakan oleh Hanna, jadi dia hanya diam saja.

Hanna mengusap tangan Yasha yang di genggaman nya, lalu memeriksa denyut nadi anak bungsunya.

YASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang