Hanna masih memeluk Yasha yang tertidur sembari mengusap lembut dada anaknya yang naik turun dengan lambat, setelah tadi Yasha sedikit mengamuk dan membutuhkan beberapa perawat serta dokter yang menenangkannya barulah anak itu bisa lebih tenang.
Tidak berontak lagi meski mulutnya tak henti berkata 'takut' hingga dia tertidur. Sekitar sepuluh menit yang lalu dokter pergi dari ruangan setelah memastikan kalau tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi soal kondisi Yasha.
Kondisi vitalnya terlihat membaik, mungkin Yasha tadi mengamuk seperti itu karena masih terbawa-bawa kejadian yang di alaminya sebelum pingsan.
Anak itu sejak kecil tidak pernah di hadapkan oleh situasi seperti itu, selain keluarga nya yang memang harmonis juga karena Yasha itu anak istimewa.
Maka saat hal ini terjadi rasa kepercayaan nya kepada Yasir menjadi hilang karena dengan matanya sendiri dia melihat sifat kasarnya Yasir mengubah image ayah sabar dan baik hati menjadi ayah yang pemarah.
Melihat itupun dokter menyarankan agar mereka pelan-pelan mendekati Yasha terutama orang orang yang terlibat dalam pertengkaran yang membuat Yasha Shock.
Hanna melirik pada pintu ruangan ketika Tara masuk bersama Yoda yang terlihat mengantuk. Jam sudah menunjukan pukul sebelas jadi wajar kalau mata Yoda sudah tidak tahan, belum lagi kondisi Yoda yang sedang tidak vit membuatnya terlihat lelah terus.
"Kenapa tidak bawa Yoda pulang?"
Hanna bertanya pelan, sedikit berbisik karena takut membuat Yasha terganggu dan kembali terbangun.
Tara menuntun Yoda menyuruhnya duduk di kursi sedang sendirinya hanya berdiri di sebelah Hanna yang setengah baring di ranjang Yasha.
"Yoda gak mau pulang Mih, apa lagi ngeliat Yasha kaya tadi." Yoda berucap mendahului Tara yang ingin menjelaskan.
"Tadi Yoda marah-marah sama Papih, nyalahin Papih katanya gara-gara Papih Yasha jadi sakit!"
Tara sedikit bercerita lantas membuat Yoda langsung buang muka, melipat tangannya membuat gaya angkuh.
Hanna memperhatikan itu, Yasha dan Yoda itu terhitung paling sering berkelahi, saling jahil namun tetap saja saling sayang dan perhatian hingga membuat mereka semakin dekat.
"Yoda, Mamih tau kalau Papih dan Ka Gege itu salah. Tapi untuk menyalahkan juga untuk memarahi mereka itu bukan solusi yang baik nak."
Hanna berucap pelan, sedikit memberi pengertian kepada Yoda yang emosinya masih labil karena memang sedang masa-masa beranjak dewasanya.
Yoda menatap Hanna, merasa tidak setuju dengan saran dari Mamihnya. Karena jelas tadi Yasha bahkan ketakutan melihat Papihnya berada disampingnya ketika baru sadar.
"Pokoknya Papih harus tanggung jawab, harus bisa balikin Adek kaya dulu lagi!"
Hanna hanya bisa memberikan senyum hangat, dia juga takut. Namun masih bisa berharap kalau Yasha hanya trauma ringan dan tidak akan berdampak banyak pada mental juga kesehatan nya.
"Bukankah tadi Yoda sudah berobat, kenapa obatnya tidak di minum. Sini Mamih periksa masih panas tidak?"
Hanna mengalihkan pembicaraan mengingat obrolan seperti ini tidak akan ada habis nya, membuat Yoda dengan malas menghampiri nya.
Hanna meraba dahi Yoda merasakan suhu yang sedikit meningkat dari sebelumnya dia cek, anak itu mungkin kecapean terlebih pikirannya yang sedang terbebani.
"Ini ada bubur, ayo di makan dulu. Baru minum obat, demam kamu gak akan sembuh kalau di biarin begitu. Tara bisa bantu adiknya makan?"
Tara memutar matanya, malas sebenarnya kalau sudah di suruh mengurus orang sakit. Tapi mau membantah juga Tara tidak sanggup ketika menatap wajah lelah dari Hanna juga rona pucat Yoda.

KAMU SEDANG MEMBACA
YASHA
Teen Fictionini hanya cerita keseharian Yasha dan keluarganya dalam menjalani Ramadhan.