"Kamu mendingan pergi aja deh Pih bawa Gege sekalian sana, Mamih pusing liat kalian dari tadi kaya gitu terus!"
Yasir melotot, emosinya seolah masuk lagi kedalam tubuhnya saat Hanna berkata tegas disertai kilat kemarahan di matanya.
Mereka baru saja mengantarkan Yasha masuk keruang tindakan tapi Yasir dan Gerdylan seakan tidak mengerti keadaan masih saja berdebat menyalahkan satu sama lain hingga pada akhirnya membuat Hanna muak.
Sejak dalam perjalanan menuju rumah sakit mereka terus berdebat melupakan Hanna yang mati-matian menjaga Yasha yang hampir hilang kesadaran.
Hanna kesal kenapa tidak ada satupun yang mau mengalah di antara mereka berdua, Hanna tau kalau Gerdylan salah dan patut di beri pelajaran namun Yasir seharusnya juga paham kalau situasinya sedang tidak mendukung untuk terus menyalahkan Gerdylan.
"Kalau kalian masih mau berdebat satu sama lain gak ada yang mau ngalah mendingan pulang aja, aku gak butuh di dampingi oleh kalian!"
Gerdylan memalingkan wajahnya mengusap kembali bekas pukulan dari Yasir yang baru terasa sakitnya sekarang. Dia penyebab Yasha seperti ini tapi sejak awal maksud Gerdylan tidak seperti itu.
Dia hanya ingin membela diri juga meminta kebebasan untuk mengambil keputusan seperti ini bukannya malah di salahkan dan di tuduh yang tidak-tidak.
Memang dalam Islam tato itu di larang ada aturannya soal itu, tapi entah kenapa menurut Gerdylan tidak begitu. Dia menjadikan tato hanya sebagai karya seni, seni yang bisa menjadi tanda bahwa dirinya itu sudah dewasa, entah dapat prinsip dari mana tapi Gerdylan suka itu.
Keduanya saling diam tidak berani untuk berdebat lagi, dari pada di usir oleh Hanna yang mulai geram pada tingkah mereka berdua.
Mereka menunggu dalam keheningan, Hanna tak berhenti berdoa hingga waktu berputar sampai dua jam lebih mereka bahkan lupa kalau sejak buka puasa tadi mereka tidak makan dengan baik.
Bahkan mereka bertiga melewatkan shalat tarawih di mesjid karena belum mau meninggalkan rumah sakit ketika dokter belum keluar untuk menjelaskan kabar putra bungsunya.
"Wali dari pasien Yasha!"
Salah satu suster bernama Suzy memanggil di depan pintu IGD, menunggu hingga ketiga keluarga Gemelard datang menghampiri.
Yasir yang paling dulu bertanya keadaan anaknya tapi suster tersebut menyuruh salah satu dari ketiganya melakukan administrasi untuk pemindahan kamar.
"Apa yang menangani anak saya adalah dokter Bambang atau dokter jaga yang lain?"
"Yang menangani dokter jaga yang lain. Namanya dokter Retno Sebab dokter Bambang baru saja pulang setelah tugas pagi nya." Ucap suster Suzy menjawab pertanyaan dari Hanna.
"Kalau ada yang mau menemani pasien hanya boleh satu orang saja. Di dalam dokter sudah menunggu untuk memberikan penjelasan tentang kondisi pasien. Ayo Ibu bisa ikut saya."
Hanna tanpa menunggu lagi langsung mengikuti langkah suster cantik itu meninggalkan Gerdylan juga Yasir yang masih berdiri menatap kepergian Hanna.
"Kamu pulang aja, jaga adik kamu yang lain. Yoda lagi sakit jangan sampai tambah parah!"
Yasir pergi menuju ruang administrasi mengurus kepindahan Yasha ke kamar rawat. Sedang Gerdylan hanya bisa menatapnya hingga beberapa menit.
Keadaannya kacau, tidak mungkin berkeras untuk menunggu Yasha karena Gerdylan sudah cukup berulah hari ini hingga membuat Yasha seperti ini, maka dengan berat hati Gerdylan melangkah menjauh dan berniat untuk pulang ke rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
YASHA
Teen Fictionini hanya cerita keseharian Yasha dan keluarganya dalam menjalani Ramadhan.