Pukul tujuh lewat lima belas menit malam keluarga Gemelard baru di perbolehkan masuk keruangan Yasha ketika si bungsu di pindahkan ke kamar rawat khusus.
Ada perawat Sarah yang di tugaskan langsung menjaga Yasha selama itu, dokter Bambang memang sengaja melarang yang lain untuk menemui Yasha terlebih dahulu, selain masih harus ada beberapa pemeriksaan setelah penanganan juga dokter Bambang memikirkan keluarga Gemelard yang bahkan melupakan waktu buka puasa tadi saking paniknya.
Kalau tidak di ingatkan oleh dokter yang lain mungkin keluarga Gemelard akan puasa sampai isya atau jauh malam, sebab dalam kondisi seperti pikiran kacau rasa lapar jadi menguap.
Hanna masuk lebih dulu, di ikuti yang lainnya. Ruangannya masih sama, ruangan khusus yang selalu di gunakan Yasha kalau sedang di rawat di rumah sakit.
Karena ini rumah sakit milik keluarga Yasir yang di wariskan dari kakek nya maka selalu ada tempat special untuk keluarganya bila sampai harus di rawat.
Bukan apa-apa hanya keluarga Gemelard itu keluarga besar jadi tempat yang di butuhkan juga cukup besar agar tidak menggangu juga keluarga pasien yang lain bila mereka berisik.
"Ya Tuhan dek, kan jadi pada lecet gini."
Hanna berjalan cepat di sebelah ranjang, mengusap rambut anaknya yang lepek. Ada perban di sisi kanan kepala Yasha karena mendapatkan beberapa jahitan sebab lukanya yang menganga.
Yasir ikut mendekati juga di sisi lain tempat tidur anaknya. Melihat dengan jelas kalau wajah tampan anaknya kini hampir penuh dengan luka hingga bibir bawah juga atas Yasha sedikit bengkak akibat luka sobek di sisi bibir beruntung tidak dalam juga tidak memerlukan jahitan.
Pelipis Yasha juga tergores dan masih terlihat memerah di beberapa bagian pipinya.
Tangan kanan Yasha juga harus di gips, kalau kaki hanya terkilir jadi hanya perlu di berikan penahan engkel saja.
Tara belum berani mendekat, sejak tadi dia sama sekali belum bisa tenang sehingga saat buka puasa sama sekali tidak makan nasi, hanya minum saja itupun harus di paksa Sultan.
Gerdylan ikut juga mengelilingi ranjang Yasha, dia yang tadinya heboh karena panik kini hanya bisa diam. Melihat adiknya masih belum sadar setelah di tangani oleh dokter membuat hatinya sakit.
"Mih, dokter Bambang bilang apa?"
Gerdylan bertanya tatapan khawatir tidak lepas dari sosok Yasha karena sejak tadi pertanyaan itu yang berputar ketika Hanna juga Yasir pergi menemui ruangan dokter Bambang padahal kedua orang tuanya itu belum selesai makan.
"Untuk luka luar hanya lecet saja, kepalanya yang terbentur juga tidak mengalami masalah hanya menunggu jahitan kering dan lukanya sembuh. Jantungnya juga Alhamdulillah masih baik, dokter Bambang bilang Yasha hanya shock untung saja bukan serangan jantung. Jadi tidak perlu di khawatirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
YASHA
Roman pour Adolescentsini hanya cerita keseharian Yasha dan keluarganya dalam menjalani Ramadhan.