"Dek, itu papih belinya mahal loh dek. Lima belas jutaan kalau engga salah, masa kamu injak belakangnya gitu si dek pakainya?"
Yasir mengoceh sembari kesusahan karena banyak barang yang di bawanya. Tapi melihat cara Yasha memakai sepatu barunya itu membuat hatinya menjerit.
Bagaimana tidak Yasha memakai sepatu dengan seenaknya, menginjak bagian belakangnya begitu saja padahal itu sepatu mahal mana baru juga di beli.
"Dek, denger gak si' papah ngomong!"
Yasir berseru ketika Yasha malah santai saja berjalan di depannya. Tanpa mau meresponnya dari tadi.
Yasha menoleh kebelakang tepat dimana Papih nya berada, lalu kembali melirik kepada sepatu pemberian dari Yasir yang langsung di pakai nya.
"Loh Papih ini aneh, sepatu ya memang di injak lah. Masa iya buat di pajang aja?"
Yasha menjawab santai lalu melanjutkan jalannya bergandengan dengan Tara yang sejak tadi berada di sampingnya.
Yasir menyusul Yasha agar lebih mudah untuk berbicara, mereka sedang dalam perjalanan menuju ke tempat parkir setelah Yasha di bolehkan pulang mereka langsung bersiap karena barang-barang sudah di kemas lebih dulu jadi tidak perlu membuang banyak waktu.
Yasha bahkan tidak mau memakai kursi roda anak itu sudah terlalu sehat katanya setelah di beri sepatu baru, jadi ingin mencobanya langsung dengan berjalan kaki.
"Bukan itu maksud Papih, ya kali dek pakai sepatunya modelan begitu. Tau gitu Papih beliin sendal aja kalau kamu pakainya gitu, kan sayang dek kamu injak injak gitu."
Yasir berbicara namun anaknya seolah tidak perduli, Yasha bahkan semakin menjadi dengan melompat-lompat memperlihatkan betapa kuatnya sepatu itu.
Namun hanya sebentar sebab Hanna langsung menegurnya lalu mengancam akan menunda kepulangan kalau Yasha masih tidak menurut.
Anak itu tentu takut, membayangkan kalau tangannya kembali kena infus saja rasanya sudah bikin bulu kuduknya berdiri. Apa lagi kalau memang terjadi, amit-amitlah pokoknya.
"Salahin Papih tu mih, ingetin sama Papih juga kalau barang yang udah di kasih itu yah itu hak penerima mau di pakainya kaya apa. Papih banyak protes kaya gak ikhlas gitu kan Mih ngasihnya."
Hanna tidak bisa lagi berbicara kalau anaknya sudah begitu, Yasha bahkan mendahului mereka untuk berjalan, seakan anak itu memang benar-benar sehat dan tidak pernah masuk rumah sakit.
Yasha membuka pintu mobil ketika sampai lebih dulu. "Hai adek kesayangan!" Yasha mundur beberapa langkah sembari memegang dadanya, sumpah itu tadi apaan Yasha masih tidak berkutik bahkan sampai keluarga yang lain menghampiri nya karena khawatir dengan Yasha.
"Gege kamu ini, liat adek kamu kaget kan!"
Hanna memukul lengan Gerdylan saat anak itu keluar dari mobil dan ikut menghampiri Yasha.
Yasha tidak berkedip masih dengan pandangan yang shock, bahkan saat Yasir mengguncang bahunya anak itu hanya diam.
"Dek, maaf dek. Aduh gimana ini aku panggil dokter Bambang aja gimana ini."
Gerdylan baru aja akan berlari pergi sebelum tangan Yasha yang mendarat tepat di punggungnya dengan kencang.
Gerdylan menjerit kesakitan lain dengan Yasha yang memasang tampang marah.
"Rasain loh! Lagian udah berapa hari gak jenguk Yasha sekalinya datang malah mau bikin Yasha mati!"
Yasha kembali memberikan pukulan pukulan kepada tubuh Gerdylan yang hanya bisa pasrah dan sesekali menahannya dengan tangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
YASHA
أدب المراهقينini hanya cerita keseharian Yasha dan keluarganya dalam menjalani Ramadhan.