Kamulah Takdirku-Part 6

40.7K 4K 168
                                    

"Semenjak aku memutuskan untuk mencintaimu maka aku siap menerima segala konsekuensinya termasuk rasa sakit yang tak berujung."

-Kamulah Takdirku-

🍃🍃🍃


Bantu tandain kalau ada typo!

Aku menatap sendu kepergian Kak Rafka, hatiku benar-benar sakit. Sungguh cinta sepihak itu benar-benar menyakitkan.

Aku hanya bisa tersenyum miris melihat punggung Kak Rafka yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan. Mau mengejar, tetapi untuk apa? Kak Rafka juga tidak peduli padaku.

"Abi..., Kak Rafka nyakitin hati Killa..."

Aku terisak, entah sudah berapa banyak air mataku yang menetes karena Kak Rafka. Aku takut, takut, jika air mataku ini menjadi dosa untuk Kak Rafka. Jika boleh meminta, aku hanya ingin sakit yang aku rasa, air mata yang terus menetes, dan hancurnya diriku ini tidak menjadi sebab Kak Rafka mendapat dosa.

"Ya Allah..., mudahkanlah niat baik hamba. Hamba hanya ingin berbakti kepada suami hamba. Mudahkanlah...," ucapku tulus. Berharap Allah segera mengabulkan doaku.

Aku meringis sambil memegangi kepalaku, tiba-tiba saja kepalaku terasa sakit dan pusing. Seketika aku merasa tubuhku lemas, hingga membuatku tubuhku merosot dan terduduk lemas di lantai.

Aku menoleh saat merasakan ada yang menyentuh kedua bahuku, bibirku mengulas senyuman.

"Astagfirullah..., nyonya Killa kenapa? Ya Allah, mari nyonya, Bibi bantu!" aku menggeleng sambil tersenyum, pertanda aku baik-baik saja. "Ayo nyonya, bangun. Bibi bantu, bismillah!" Bi Imah merangkul pundakku, lalu membantuku berdiri.

"Mari nyonya, kita ke kamarnya nyonya!" Bi Imah menuntunku untuk berjalan menuju kamarku. Aku menurut saja, tidak ada yang bisa aku andalkan selain Bi Imah.

Sesampai di kamar, Bi Imah membantuku untuk merebahkan tubuhku di kasur. Padahal baru saja aku merasa membaik, tapi kenapa sekarang malah memburuk lagi.

Sudahku bilang, Kak Rafka tidak akan khawatir justru ia akan membuatku semakin sakit.

Bi Imah duduk disamping tempat tidurku, dan mengelus pelan kepalaku, "Nyonya...?"

Sebenarnya aku kurang nyaman dengan panggilan nyonya yang diberikan Bi Imah padaku, tetapi katanya itu sesuai perintah Kak Rafka.

Perlakuan Bi Imah kepadaku, membuatku teringat pada umi. Aku semakin rindu dengan umi, jika umi di sini ia pasti akan merawatku dengan baik. Umi selalu merawatku setiap kali aku sakit, mengelus-elus kepalaku dengan penuh kasih sayang sembari melantunkan sholawat dengan merdu untukku.

"Umi, Killa rindu...," ucapku dalam hati. "Abi, Killa ingin pulang saja..."

Aku menatap lurus langit-langit kamarku, sembari mengingat-ingat kejadian dalam hidupku sebelum menikah dengan Kak Rafka. Sebelumnya hidupku baik-baik saja, tetapi mengapa sekarang hidupku jadi seperti ini? Hampa dan hancur. Tidak ada bahagia yang aku rasakan.

"Bibi, kenapa takdir Killa bisa sepahit ini? Dosa besar apa yang telah Killa perbuat, sampai-sampai Allah memberikan Killa ujian sebesar ini?" ujarku dengan suara bergetar, jangan sampai aku menangis.

"Nyonya yang sabar ya, gak ada cara melewati ujian ini selain bersabar. Percaya sama Bibi, semua ini gak akan lama, suatu hari nanti nyonya pasti akan bahagia. Mungkin bukan sekarang, tetapi nanti," ucap Bi Imah, aku diam sembari menyimak ucapannya. "Nyonya jangan pernah berhenti memohon dan berdoa kepada Allah, karena hati itu milik Allah. Allah sangat mudah untuk membolak-balikkan sebuah hati."

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang