"Bahagia itu sederhana, sesederhana kamu tersenyum dan bersyukur atas apa yang sudah kamu punya."
-Kamulah Takdirku-
🍃🍃🍃
•Bantu tandain kalau ada typo ygy!
Hari ini, rumah kami kedatangan tamu spesial. Bunda Sarah dan Ayah Hafizh, mereka adalah mertuaku, orang tua dari suamiku. Beberapa bulan yang lalu mereka sudah pulang dari luar negeri, dan sekarang menetap di Indonesia. Mereka tinggal di rumah nenek—ibu dari Ayah Hafidz.
Kami sudah selesai melaksankan sholat berjamaah zuhur, Ayah Hafizh sebagai Imam. Setelah sholat, kami berkumpul di ruang keluarga. Berbincang bersama. Aku sudah mulai terbiasa jika bersama kedua mertuaku itu, kalau awal-awal bertemu mereka aku masih merasa canggung. Tapi sekarang sudah tidak.
"Bunda sama ayah kok gak bilang Killa kalau mau ke sini? Untung Killa gak kemana-mana."
"Lho Rafka gak bilang sama kamu? Padahal Bunda udah ngasih tau dia tadi malem."
Aku menggeleng pelan, "Gak ada tuh bun. Makanya tadi waktu Bunda sama ayah datang, Killa kaget. Jarang-jarang banget bunda sama ayah ke sini."
"Anak itu kebiasaan, pikun," timpal Ayah setelah mendengar penuturanku.
Bunda mengangguk setuju, "Ayah kamu tuh sibuk mulu, makanya kami jarang ke sini. Bunda jadi jarang deh ketemu sama menantu kesayangan bunda ini," ujarnya sambil mencubit pipiku.
Aku tersenyum malu, "Sama dong kayak Mas Rafka, dia juga sibuk mulu."
"Dia emang gitu, sama seperti Ayah. Sifatnya juga mirip, sama-sama keras kepala. Rafka kalau marah persis banget kayak Ayah, nyeremin," Bunda sedikit berbisik diakhri kalimat.
"Ayah masih mending ya," bela Ayah, aku terkekeh kecil ternyata ayah mendengar ucapan bunda.
"Tapi Rafka itu mudah luluh kalau marah. Dia paling gak bisa marah sama orang yang dia sayang, justru dia bakalan marah banget sama orang yang berani nyakitin orang yang dia sayang. Kayak kamu misalnya, bunda yakin banget dia gak akan bisa marah sama kamu. Kalaupun dia marah, pasti gak lama. Bener gak?"
Aku mengangguk cepat, benar sekali. Setelah Mas Rafka mencintaiku, dia tidak pernah lagi marah padaku. Berbicara kasar atau dengan nada tinggi saja tidak pernah. Justru setiap kalimat yanh terlontar dari mulut Mas Rafka selalu saja membuatku tenang, bahagia, manis sekali ucapannya. Tidak seperti dulu.
Dulu sebelum Maa Rafka mencintaiku, dia sering sekali marah-marah padaku. Marahnya na'udzubillah. Aku napas aja nih dia yang tidak ikhlas. Nasib-nasib.
"Mas Rafka baik banget sama Killa, bunda."
Bunda tersenyum, "Kamu bahagia sama Rafka?"
Aku mengangguk cepat, "Bahagia banget bunda. Mas Rafka sangat sayang sama Killa, memperlakukan Killa layaknya Ratu haha." Aku menatap kedua mertuaku secara bergantian. "Makasih ya bunda, ayah, udah percaya sama Killa buat jadi istrinya Mas Rafka."
Bunda memelukku sambil mengelus-elus kepalaku, "Bunda dan ayah yang makasih sama kamu, kamu udah mau jadi istri Rafka. Kamu membawa pengaruh baik buat dia. Semoga rumah tangga kalian selalu dijaga oleh Allah dan dijauhkan dari hal-hal buruk yang bisa bikin ngerusak rumah tangga kalian."
"Rukun terus ya nak," tambah ayah.
Aku mengangguk dalam pelukan bunda, "Aamiin allahumma aamiin."
Aku bersyukur, aku bisa diterima dengan baik oleh keluarga Mas Rafka. Bukan hanya orang tua Mas Rafka, bahkan seluruh anggota Mas Rafka bisa menerimaku dengan baik. Wajar saja sih kami menikah karena perjodohan, tentu saja aku bisa diterima dengan baik oleh keluar Mas Rafka. Karena aku adalah pilihan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah Takdirku [TAMAT]
Roman d'amour[DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️ Dilarang berkomentar dengan kata-kata kasar! ⚠️ Awas Emosi ⚠️ Awas Baper Benci menjadi cinta. Ketika cinta tak terbalas, maka doa lah yang bertindak. Ketika kamu sudah Allah takdirkan untukku...