Kamulah Takdirku-Part 15

51.2K 4.3K 158
                                    

"Jangan pernah bosan berdoa, percaya atau tidak jalur langit tidak akan pernah meleset."

-Kamulah Takdirku-

🍃🍃🍃

•Bantu tandain kalau ada typo ygy

"Astagfirullah! Abiiii!!" teriakku sambil menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

"Astagfirullah, Killa kamu kenapa teriak?!"

Aku merenggangkan jari-jari tanganku, mengintip lewat celah-celah tanganku. Menyadari apa yang aku lihat masih sama seperti tadi, aku langsung menutup rapat-rapat jari-jari tanganku dan menutup wajahku kuat-kuat.

"Ihh maaf, kakak tuh yang kenapa!"

"Lah kok jadi saya? Kamu yang dateng-dateng langsung teriak, dikira ini hutan."

"Ihh kakak sih..."

"Hah? Emang aku kenapa?" tanyanya bingung. "Coba ngomong yang bener, jangan ditutup gitu wajahnya."

Aku menggeleng kuat. "Gak mau lah. Kak Rafka gak pake baju," balasku. Aku mengintip lewat celah-celah jari tanganku, masih saja sama. Kak Rafka hanya memakai kain handuk.

"Astagaa, jadi daritadi kamu tutup muka kamu karena aku gak pake baju?" Aku dengan cepat mengangguk mengiyakan pertanyan Kak Rafka. Spontan Kak Rafka langsung tertawa. "Hahaha... Killa Killa, kamu ada-ada aja sih."

Aku langsung melepas kedua tanganku, menatap heran ke arah Kak Rafka yang masih saja tertawa. Memangnya ada yang lucu?

"Ihh Kak Rafka kenapa kok tiba-tiba ketawa? Perasaan gak ada yang lucu deh."

Aku dibuat terheran-heran. Tak lama, tawanya reda. Kak Rafka mengusap-usap matanya yang berair akibat tawanya yang terlalu serius.

"Kamu yang lucu."

Aku terdiam. Bibirku spontan melengkung ke atas. Lihat aku sangat tidak bisa menahan diri, bisa-bisanya aku langsung tersenyum mendengar ucapan Kak Rafka.

"Tadi kenapa coba mukanya pake ditutupin segala, udah kayak liat setan aja," ucapnya diakhiri kekehan.

Aku menyengir. "Maaf kak hehe. Lagian Kak Rafka gak pake baju, auratnya jadi keliatan."

"Ya emang kenapa kalau keliatan?" Kak Rafka kembali tertawa. "Aku suami kamu."

Aku menelan ludahku, perasaanku campur aduk. Ucapan Kak Rafka benar-benar tak aman bagi kesehatan jantungku. Bibirku pun tak tinggal diam, sedaritadi terus tersenyum. Aku mengatur napas, memegangi dadaku yang berdebar kencang.

"Hei, Killa kenapa? Dada kamu sakit?"

"Hah? Eh..." dengan cepat aku menurunkan tanganku, menyembunyikannya dibalik tubuhku. "Gak kok hehe..."

Kak Rafka terkekeh. Sepertinya dia tahu bahwa aku salah tingkah. Aku menggaruk tengkukku, aku benar-benar tak tahan diperhatikan oleh Kak Rafka.

"Kak... Emm... Itu tadi, kenapa ya manggil Killa?"

"Ohh iya, sampe lupa. Kamu mau gak berbakti sama suamimu? Sama aku?"

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang