Kamulah Takdirku-Part 26

44.5K 3.7K 103
                                    

"Belajarlah mengikhlaskan karena sekuat apapun kamu mengerjarnya jika ia tidak ditakdirkan untukmu maka ia tidak akan pernah menjadi milikmu."

-Kamulah Takdriku-

🍃🍃🍃


Bantu tandai kalau ada typo ygy

Allahuakbar allahuakbar...

Kumandang azan asar menggelegar begitu keras hingga menyentuh gendang telingaku. Tersadar, akupun segera beranjak dari posisiku. Mengambil air wudu kemudian melaksanakan kewajibanku sebagai umat islam. Tak lupa, aku berzikir, berdoa, dan mengaji.

Ayat demi ayah kulantunkan dengan baik, tanpa sadar sudah dua lembar banyaknha aku membaca. Berselang beberapa menit, suara yang berasal dari handphoneku berhasil mengalihkan pandanganku.

"Shadaqallahul'azim," gumamku.

Kuraih benda pipih hitam yabg tergeletak dj atas nakas. Sudut bibirku melengkung ke atas saat mataku menangkap susunan huruf dari nama mas Rafka. Aku duduk di atas kasur sembari menempelkan handphone di telingaku.

"Assalammualaikum istriku yang cantik."

"Waalailumussalam suami Killa yang ganteng," balasku sembari terkekeh geli.

"Cantiknya aku udah sholat?"

"Alhamdulillah udah, baru selesai ngaji juga. Kalau gantengnya Killa udah sholat?"

"Alhamdulillah udah sayang."

"Mas kapan pulangnya?"

"Kangen ya?"

"Kangen haha. Ada yang mau Killa omongin."

"Apa tuh? Aku penasaran. Bilang sekarang gak bisa sayang?"

"Gak bisa sayang, nanti ya pas kamu udah di rumah. Makanya kamu cepetan pulangnya."

"Iya sayang iya, ini bentar lagi aku pulang."

"Ya udah, nanti pulangnya hati-hati. Kalau gitu aku tutup ya? Assalammualaikum."

"Iya cantikku. Wa'alaikumussalam."

Setelah mengobrol lewat telepon dengan Mas Rafka, aku kembali menyimpan ponselku. Melepas mukena yang kukenakan, dan langsung mengganti pakaianku dengan gamis bernuansa cream.

Setelah selesai mengganti pakaian, sudah rapi. Aku keluar dari kamar, dan melangkah menuju dapur. Seperti biasa aku akan memasak.

Aku sering memasak, karena setiap memasak untuk makan. Aku selalu memasak dengan porsi secukupnya, sengaja agar tidak mubazir.

Aku sering memasak bukan? Karena memasak adalah salah satu hobiku. Selain itu, memasak untuk suami bagiku itu sudah menjadi tanggungjawab seorang istri. Bahkan aku menganggap bahwa itu adalah sebuah kewajiban bagiku.

"Nyonya mau masak?"

Aku menoleh saat mendengar suara seseorang, aku mengulas senyuman melihat Bi Imah berdiri di sebelahku.

"Killa mau masak buat makan malam bik. Bahan untuk bikin rendang ada gak?" tanyaku. Seingatku aku sempat membeli kemarin, tetapi tidak tahu dagingnya masih ada atau sudah habis.

"Ada nyonya, bibi simpan di kulkas. Mau bibi ambilin?"

"Mau bik. Tolong ambilin yaa."

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang