Kamulah Takdirku-Part 34

44.5K 3.1K 56
                                        

"Percayalah. Doa-doa yang melangit, tidak akan Allah kembalikan dalam keadaan kosong."

-Kamulah Takdirku-

🍃🍃🍃

•Bantu tandain kalau ada typo ygy

Setelah berhari-hari berada di Baitullah untuk menjalankan ibadah umroh. Kini kami sekeluarga telah tiba di tanah kelahiran kami. Tak terasa kami sudah pulang saja dari Baitullah, padahal rasanya baru-baru kemarin kami pergi kesana. Semoga Allah memberikan kesempatan lagi untuk ke Baitullah.

Sepulang dari sana, aku dan Mas Rafka mendapatkan kabar gembira dari kedua sahabat kami, yaitu Kak Rizky dan Nadira. Keduanya akan diberikan kesempatan untuk menjadi orang tua. Ya, Nadira sedang hamil, kabar gembira dari sahabatku itu membuat aku ikut bahagia. Satu sisi, aku juga sedih bahkan iri. Sahabatku sudah hamil, sedangkan aku? Ah sudahlah, aku tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan.

Aku sangat bersyukur memiliki seorang suami yang selalu mendukungku dalam keadaan apapun, mengajarkanku arti sebuah kesabaran dan keikhlasan. Bukan hanya Mas Rafka bahkan semua keluargaku juga mendukung diriku. Terutama umi, abi, bunda, dan ayah mereka selalu menelponku memberikan semangat dan doa untukku. Aku sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu mencintai dan menyayangiku.

Aku juga yakin kalau memang sudah waktunya, aku pasti akan hamil. Mungkin tidak sekarang, tetapi nanti.

Aku menganggap ini semua adalah cara Allah untuk membuatku lebih dekat dengan-Nya. Karena jujur saja, semakin hari aku semakin dekat dengan Allah. Aku semakin cinta kepada-Nya. Ternyata memang benar, ujian itu membuat kita semakin dekat dan cinta kepada sang Pencipta.

Kami menjalankan aktifitas kami seperti biasa, begitu juga dengan Mas Rafka yang kembali sibuk mengurus pekerjaan kantor. Berbeda denganku yang semenjak pulang umroh, aku langsung jatuh sakit.

Aku sedang merebahkan tubuhku sambil menyandarkan punggung di kepala kasur, aku baru saja selesai sarapan. Mas Rafka yang memberikan sekaligus menyuapiku. Semenjak aku sakit, Mas Rafka merawatku dengan baik. Tak henti-hentinya aku bersyukur atas kehadiran Mas Rafka dalam hidupku. Dia semestaku.

Aku menatap Mas Rafka sambil tersenyum tipis, ia duduk di sampingku sambil mengelus-elus kepalaku dengan penuh kasih sayang.

"Sayang, serius nih gapapa kalau aku pergi ke Kantor?"

Aku mencubit hidungnya gemas, "Udah sepuluh kali kamu nanya kayak gitu," ujarku sambil terkekeh pelan.

Mas Rafka mengusap-usap lembut pipiku, "Aku khawatir sayang. Aku takut kamu kenapa-napa. Aku mau ngerawat kamu aja deh, aku gak usah ke kantor. Aku gak tenang ninggalin kamu sendirian."

"Heh, gak-gak. Sana mas, kamu ke kantor aja. Aku gapapa sayang, lagian di rumah ada bi imah juga kan. Aku gak sendirian sayang." Aku tersenyum, berusaha meyakinkan Mas Rafka bahwa aku baik-baik saja.

Mas Rafka meraih tanganku, menggenggam sambil mengelus-elus punggung tanganku.

"Beneran?"

Aku menghela napas lalu tersenyum tipis, "Iya mas, aku gapapa. Mending sekarang kamu berang ke kantor, nanti kamu telat."

"Biarin aja telat, aku bos-nya."

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang