Kamulah Takdirku-Part 7

40.1K 3.9K 195
                                    

"Aku tidak pernah memaksamu untuk membalas cintaku, tetapi setidaknya hargai keberadaanku."

-Kamulah Takdirku-

🍃🍃🍃

Bantu tandain kalau ada typo yaa

"Emm..., ka--kakak udah sholat?" akhirnya, kalimat itu terlontar juga dari mulutku ini. Aku menjadi tambah gugup ditatap seperti itu oleh Kak Rafka, suamiku itu hanya diam sambil menatapku.

"Udah," jawabnya jelas, singkat, dan padat.

Aku tersenyum tipis, "Alhamdulillah. Oh ya, kakak mau sarapan apa hari ini? Biar Killa masakin."

"Gak usah."

"Gak usah masak? Terus kakak mau sarapan pakai apa? Aduh, Kak Rafka gimana sih," cerocosku diakhiri dengan kekehan kecil, agar tidak terlalu canggung.

Kak Rafka hanya menatapku dengan datar. Ia berdehem. "Killa, bisa gak kamu gak usah sok baik sama saya? Saya gak suka dan gak butuh itu semua."

"Tap..."

"Saya gak butuh apapun dari kamu Syakilla!" bentaknya. Nada bicaranya mulai meninggi.

Aku tersentak kaget, jantungku mendadak berdetak kencang. Kedua tanganku berkeringat dingin, kenapa Kak Rafka bisa sekasar ini.

"Maaf, Kak. Tapi..., niat Killa baik. Killa cuma mau melayani Kak Rafka layaknya seorang istri. Killa...killa cuma mau berbakti sama Kak Rafka," ujarku. Kedua bola mataku sudah tampak berkaca-kaca. "Apa salah?"

Di mana salahku? Aku hanya ingin bersikap baik pada suamiku. Apa itu salah?

"Jelas salah!" ujarnya tegas. "Kamu gak usah deh bersikap sok baik sama saya, percuma! Karena sampai kapanpun saya gak akan pernah cinta sama kamu! Dan saya, gak akan pernah terima kamu jadi istri saya!" ucapnya penuh penekanan. Setelah mengucapkan itu, Kak Rafka langsung masuk kembali ke dalam kamarnya tak lupa ia menutup pintu dengan sangat kasar.

Spontan aku memegangi dadaku, kaget saat mendengar suara tak bersahabat dari pintu kamarnya. Hatiku berdenyut sakit, ucapan Kak Rafka benar-benar menusuk.

Jika sudah seperti ini, lalu aku harus apa? Apa aku mampu bertahan?

Hubungan ini milik kita berdua, tetapi kenapa hanya aku yang berjuang di sini?

Hatiku sakit, tetapi tidak berdarah.

Ada yang menusuk hatiku hingga menimbulkan sakit yang teramat dalam. Hatiku berdenyut sakit, air mataku lolos tanpa bisa aku cegah.

"Ummi, abi..., Killa disakiti lagi...," ucapku dalam hati. Entah sudah berapa kali aku mengadu disakiti tapi bodohnya aku tidak berani mengadu secara langsung pada kedua orangtuaku. Tidak mungkin aku mengadu pada umi dan abi. Keduanya pasti marah, sedih, dan kecewa. Aku tidak mau itu semua terjadi pada ummi dan abi.

Cukup aku jangan umi apalagi abi.

Aku menatap sendu pintu kamar Kak Rafka, "Kuatkan hamba Ya Allah," ujarku lirih sembari menghapus air mataku. Aku tidak boleh lemah, aku harus semangat. Aku yakin semua ini tidak akan lama.

Aku melangkah pelan menuju dapur, aku harus tetap memasak. Dimakan atau tidak, itu tidak masalah. Setidaknya aku telah melakukan kewajibanku untuk melayani suamiku.

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang