"Jangan ragu jangan bimbang. Libatkan Allah pasti urusan jadi lebih gampang."
-Kamulah Takdirku-
🍃🍃🍃
•Bantu tandain kalau ada typo ygy
Aku menggeliat saat tidurku terasa kurang nyaman, berusaha untuk mencari posisi yang nyaman tapi tetap saja tidak aku temukan. Dengan terpaksa aku terbangun, mengucek mataku agar tidak terlalu terasa berat. Tak lupa aku juga menguap, tentu saja aku langsung menutup mulutku.
Samar-samar aku melihat jarum jam yang terus berputar-putar, ternyata jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Dengan rasa ngantuk yang masih terasa aku beranjak dari tidurku, mengumpulkan nyawa dengan duduk dan bersandar di kepala ranjang. Aku sedikit menunduk, memperhatikan tubuhku yang tertutup selimut. Aku mengedarkan pandanganku, tempatku sekarang persis seperti kamarku.
Dengan raut wajah bingung aku bergumam, "Lah kok bisa di kamar? Bukannya tadi…tadi di ruang makan?" aku bergidik ngeri, aku menelan ludahku susah payah. "Siapa yang bawa aku ke sini?"
Aku mengelus-elus dadaku, "Astagfirullah, nambah beban pikiran aja," ujarku sambil menggaruk kepalaku yang masih terbalut jilbab. "Eh, Kak Rafka mana? Ya ampun, sampai lupa. Kak Rafka udah makan atau belum ya…," ujarku sambil melompat dari tempat tidur. Aku langsung berlari kecil keluar kamar.
Aku menuruni tangga dengan terburu-buru, "Kak Rafka udah makan atau belum ya…," ucapku khawatir, khawatir dengannya dan juga dengan makananku. Takut, jika makananku tidak dimakan sedangkan aku sudah meluangkan waktu untuk memasak itu.
Langkahku terhenti di ruang makan, menatap heran ke arah meja makan. Meja makan bersih tanpa ada tumpukkan piring dan lainnya. Makanan yang aku masak habis tak tersisa. Aku melangkah menuju dapur, mungkin saja Bi Imah sudah memindahkannya. Sampai di dapur ternyata tidak ada apapun, sup yang aku buat juga tidak ada di sana, nasi juga hanya tersisa sedikit di rice cooker. Ku lihat wastafel tidak ada piring atau mangkuk kotor.
Aku menjadi bingung. Siapa yang melakukan semua ini?
Aku menggaruk kepala sambil berjalan kembali ke ruang makan, terduduk di kursi meja makan sambil termenung.
"Siapa yang makan semuanya? Terus, siapa yang beres-beres juga? Masa Bi Imah? Ah, enggak mungkin. Bi Imah tadi malam sudah tidur. Lalu siapa?" aku terus berbicara, seolah bertanya tentang hal yang memenuhi kepalaku. "Yakali Kak Rafka?"
🍃🍃🍃
Tidak mau ambil pusing, aku kembali ke kamar lalu melaksankan sholat sunnah tahajjud. Daripada memikirkan sesuatu yang menambah beban pikiran, lebih baik sholat supaya beban pikiran jadi berkurang.
Rakaat demi rakaat aku kerjakan dengan baik dan khusuk. Namun, sekeras apapun aku mencoba sholat dengan khusuk tetap hasilnya nihil. Aku selalu saja memikirkan hal-hal lain, terutama hal dunia, padahal sudah jelas-jelas aku sedang beribadah untuk akhiratku tetapi bisa-bisanya aku memikirkan perihal duniaku.
Malu. Satu kata yang mendeskripsikan perasaanku saat ini. Rasanya aku sangat malu pada Allah, disaat aku sedang mencari bekal untuk akhirat bisa-bisanya aku malah memikirkan tentang dunia. Malu sekali rasanya, disaat aku sedang menyembah Allah, berserah, mengadu pada-Nya. Aku justru memikirkan dunia.
Ampuni hamba Ya Allah.
"Ya Allah…, Ya Tuhanku. Hamba kembali berserah dan mengadu pada-Mu. Untuk kesekian kalinya hamba datang dan meminta pada-Mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah Takdirku [TAMAT]
Storie d'amore[DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️ Dilarang berkomentar dengan kata-kata kasar! ⚠️ Awas Emosi ⚠️ Awas Baper Benci menjadi cinta. Ketika cinta tak terbalas, maka doa lah yang bertindak. Ketika kamu sudah Allah takdirkan untukku...